bc

Little Mom

book_age18+
815
FOLLOW
3.2K
READ
love-triangle
forced
second chance
pregnant
CEO
drama
affair
polygamy
office lady
sacrifice
like
intro-logo
Blurb

Sejak lulus SMP, Kamari Yumna memutuskan untuk hidup seorang diri tanpa bayangan orang tuanya. Ia bekerja keras dari pagi hingga malam demi uang, padahal ia merupakan anak tunggal kaya raya dari keluarga yang terpandang. Kehidupan yang keras menempanya menjadi pribadi yang keras pula. Pantang baginya luluh pada siapapun, terkecuali kepada Delisa—anak kecil yang tiba-tiba dekat dengannya.

"Delisa suka banget sama lo. Gue mau lo nikah sama gue," ajak Danu dengan gelagat yang sepertinya sudah mabuk setelah merayakan pertunangannya dengan wanita lain.

Kamari tertawa, "dasar cowok maruk! Belum sejam tunangan, eh malah ngelamar cewek. Titid Lo mau gue potong!?" ancam Kamari.

chap-preview
Free preview
1 | Bukan Wanita Sembarangan
"Nih bayaran buat lo!" Seorang pria jangkung memberikan beberapa lembar uang kepada seorang wanita cantik yang di lengannya sudah penuh dengan aneka motif tato. Sebelum mengambil upahnya, wanita itu menyesap vapenya sekali, lalu meniupkan asap vape tersebut ke arah si pria. "Berarti hari ini dah kelar kan ya, bang Bima?" tanya wanita itu sembari jemarinya lincah menghitung lembar uang yang baru saja didapatkannya. Pria yang bernama Bima itu pun mengerutkan dahinya, lantas terkekeh. "Tumben amat lo buru-buru? Mau kemana lo!?" tanyanya begitu penasaran. "Kagak ada, bang. Ini hari ulang tahun gue. Udah lama gue gak tiup lilin," jawab wanita itu santai, tapi nada bicaranya terdengar sedih. Pun juga dengan raut wajahnya yang berubah sendu. Menyadari hal tersebut, Bima pun merangkul bahu wanita itu. Kini mereka sama-sama meratapi nasib sembari menatap indahnya biru langit dari lantai tertinggi gedung hotel setelah lelah bekerja seharian ini. Yang satunya menyesap rokok dan yang satunya lagi menghisap vape. Selama beberapa menit, mereka hanya tenggelam pada pikiran masing-masing. Sampai akhirnya Bima mulai memusatkan dirinya pada wanita cantik di sampingnya, yang beberapa tahun terakhir menjadi rekan kerjanya. Menatap wanita itu—mulai dari rambutnya yang sehat dan lebat tapi selalu berakhir dicepol asal, turun menuju kedua alisnya yang tebal, matanya yang indah dengan bulu mata lentik, hidung mancung, hingga berakhir di bibir ranum itu. Wanita ini tidak pernah memakai riasan make-up, tapi selalu membuat Bima pangling. Bahkan sekarang, ia sudah menelan ludahnya berulang kali, menahan hasrat b***t yang terus memberontak. "Kamari, gue punya ide," tiba-tiba Bima nyeletuk. Wanita yang bernama Kamari itu hanya melirik sebentar, kemudian mengeluarkan asap vapenya sebagai kode kalau ia ingin mendengarkan ide itu tanpa berbicara lebih. Bima pun mengerti, kemudian berkata, "Lo sama gue kan punya nasib yang sama, bedanya lo masih punya orang tua sedangkan gue kagak. Daripada hidup kita gini-gini mulu, mending kita nikah," ujarnya dengan amat santai. Seketika Kamari tersedak oleh asap vapenya sendiri. "Gila lo, bang!" Serunya kemudian menepis lengan Bima. "Lo kan tahu kalo sampai kapanpun gue gak mau nikah, masa lo lupa!?" lanjut Kamari geram. Bagaimana tidak? Rekan kerjanya tiba-tiba bermaksud mau menikahinya, padahal mereka sudah lama saling kenal satu sama lain. Mereka sama-sama membawa luka dan trauma masing-masing yang seharusnya tidak dibahas lagi. Jangankan tersedak, Kamari tiba-tiba jantungan detik ini juga pun bisa saja terjadi. Tersirat kekecewaan pada wajah Bima. Jelas ia baru saja ditolak dan sepertinya ini bukan pertama kalinya. "Ya kalo lo gak mau nikah karena gak mau punya anak, lo bisa pake KB atau gue bisa pake kondom setiap kali kita ngelakuin 'itu'. Jelas lo gak bakalan hamil kalo gitu caranya," sambung Bima, tanpa berpikir panjang akan apa yang diucapkannya. "Gila lo!" seru Kamari makin berapi-api dan kini menjauh dari jangkauan Bima. Kamari segera meringkus kamera-kameranya, lalu memasukkannya ke dalam sebuah koper. Di sana terdapat banyak sekali peralatan fotografi. Ia bergelut di bidang ini cukup lama dan karena bidang inilah ia bisa bertemu dengan Bima. "Alasan gue gak mau menikah bukan karena gue takut punya anak atau seks, bang. Lebih dari itu," Kamari berhenti sejenak, lalu menghembuskan napas panjang. Ia menahan kekesalannya agar tidak meledak-ledak saat ini juga, "dan seharusnya lo gak perlu bahas itu lagi. Kita udah sama-sama sepakat dari dulu. Kita ini rekan kerja, bang." "Tapi masalah orang tua lo itu udah lama terjadi, Kamari. Lo harusnya bisa maafin mereka supaya lo bisa mulai hidup lo yang lebih baik lagi. Kita udah sama-sama dewasa dan udah saatnya kita bahagia," ujar Bima membawa-bawa masa lalu dan orang tua. Kamari hampir membanting kameranya, lalu menatap Bima dengan nyalang. "Gue bisa hidup bahagia tanpa harus maafin mereka," ucap Kamari penuh penekanan. "Enggak," elak Bima. Ia berjalan mendekati Kamari. "Lo belum bahagia sepenuhnya, Kamari. Gue tau lo bisa hidup sampe detik ini tanpa bantuan orang tua lo, tapi lo punya banyak utang dan gue gak tega liat lo ditagih mulu. Makanya gue mau nikahin lo, biar gue bisa bantu lunasin semua utang lo." Kamari berdecih. "Kalo alasannya cuman itu, ngapain gue nikah? Gue tinggal ke bank, minjem uang, selesai urusan," ucap Kamari, menolak telak ajakan Bima. Setiap bujukan yang Bima katakan selalu berakhir ditolak, membuat kesabaran Bima kian menipis. Dirinya begitu menginginkan Kamari, karena itulah ia bertindak di luar kendali. Ia mendekap Kamari dari belakang, menenggelamkan wajahnya pada leher jenjang Kamari dan mengendusnya dengan penuh napsu. Aroma parfum Kamari yang manis dan begitu memabukkan, membuat Bima kehilangan akal sehatnya. "Gue udah lama suka sama lo, tapi lo selalu nolak gue," bisik Bima tepat di samping telinga Kamari. Diamnya Kamari membuat Bima berpikir bahwa Kamari juga menginginkan dirinya, tapi pria itu keliru. Kamari punya cara lain tuk bebas dari kungkungan napsu Bima. Kamari tidak bisa melawan tenaga Bima, sudah pasti kalah, maka ia harus melakukan cara yang cerdas. "Gue pastiin abis ini lo 'burung' lo patah, Bim," ujar Kamari dalam hatinya. Kamari berbalik badan agar mereka bisa berhadap-hadapan, dan membuatnya sedikit syok kala melihat bagaimana sorot mata Bima padanya yang begitu mendamba. Pria itu benar-benar napsu. Untuk melancarkan rencana, Kamari berpura-pura tergoda. Ia menyentuh leher Bima, menggoda pria itu, dan dalam satu kali sentakan Kamari menarik leher Bima dan melahap bibir Bima. Ciuman mereka menjadi kian memanas. Melahap dan melumat satu sama lain, tidak peduli dengan beberapa benda yang berjatuhan akibat kebrutalan mereka. Bahkan Bima pun melenguh dibuatnya. Di sela-sela ciuman, Bima berbisik "gue cinta mati sama lo, Kamari. Gue janji bakalan berubah kalo lo mau nikah sama gue. Gue bakalan bekerja keras dan bahagiain lo," lirihnya lantas melanjutkan ciuman panas mereka. Kamari membatin, "bahagia p****t lo! Lo pikir gue gak tahu kalo tiap malam lo tidur sama cewek lain dan sering gonta-ganti? Bisa hancur hidup gue kalo nikah sama orang kayak lo!" Kamari sudah muak berpura-pura, ia juga sudah tidak nyaman dengan sentuhan pria itu yang kian melewati batas, bahkan kancing baju Kamari pun beberapa sudah copot karena kebrutalan Bima. Pada saat Bima masih terlena, di saat itulah dengan sekuat tenaga Kamari menekuk lututnya hingga mengenai bagian vital Bima yang sedari tadi mengacung keras. "Akhhhh!" Bima berakhir menghindar, mengusap-usap asetnya yang sudah dipastikan sedang kram luar biasa akibat perlawanan Kamari. Kamari mengusap kasar bibirnya yang beberapa detik lalu beradu dengan bibir Bima. Kini, ia tersenyum puas, tidak peduli bagaimana Bima mengaduh kesakitan. "Gila lo!?" Teriak Bima. "Lo yang gila!" Balas Kamari lebih lantang. "Gue gak nyangka ternyata selama ini pikiran lo tentang gue sebatas dijadiin fantasi liar lo doang. Gue pikir lo bisa gue jadiin abang gue setelah gue gak punya keluarga, ternyata sama aja!" imbuh Kamari begitu kecewa. "Ya siapa suruh lo punya body hot dan cantik!? Pergaulan lo juga bebas! Jangan pikir lo bisa dapetin pria baik-baik dengan kelakuan dan penampilan lo yang urakan!" seru Bima. Kamari syok mendengarnya. "Bahkan keluarga lo aja kayaknya malu nerima lo lagi!" imbuh Bima lebih berapi-api. Cuih! Kamari meludahi pria itu saking geramnya. "Jaga omongan lo ya, bang. Untung gue gak sampe gebukin lo. Selama ini gue baik-baikin lo karena lo bantu gue terus, tapi kalo ini yang lo pikirin tentang gue, mending gue kelilit utang sampe mati daripada hidup sama orang yang cuman mikirin s**********n doang!" Kamari segera meraih kopernya dan keluar dari ruangan itu. Sebelum benar-benar mencapai pintu, Bima berteriak, "kembaliin uang gue!" Kamari tidak menggubrisnya. Ia terus berjalan keluar ruangan menuju lift. Ia hanya mendumel, "enak aja! Gue yang cape-cape kerja, lo yang dapet enaknya. Mending urus tuh 'burung' lo yang bengkok!" Sesampainya di dalam lift, ponselnya berdering. Ia melirik layar ponselnya, melihat siapa gerangan yang memanggil. Setelah tahu orangnya, ia pun menolaknya mentah-mentah. Menghela napas panjang nan kasar seolah orang yang memanggil adalah orang yang paling membosankan sedunia. Akan tetapi, tidak lama kemudian ponselnya kembali berdering dan itu membuatnya cukup kesal. Ia hampir saja melempar ponselnya. Kamari menerima panggilan itu kemudian berkata, "rasa-rasanya gue pengen banget robek telinga lo. Dua minggu berturut-turut lo telpon gue dan ancam gue dengan hal yang sama, dan jawaban gue gak akan berubah. Mau lo ancam gue dengan cara apapun, gak akan merubah keadaan dan gak akan bikin hati gue luluh," ujar Kamari berapi-api. "Emangnya lo gak iri ngeliat dia dapat kasih sayang orang tua lo," jawab orang itu dan disambut dengan cekikikan, "dia enak-enakan tidur di kasur empuk, jalan-jalan ke luar negeri tanpa keluar keringat, sedangkan lo banting tulang cuman demi ego lo yang gak seberapa itu. Coba lo pikirin itu dan selamatin orang tua lo," sambungnya. Kamari tertawa terbahak-bahak. Untungnya dia sendirian menggunakan lift, kalau tidak mungkin orang-orang sudah menganggapnya gila. Dia tertawa, tapi air matanya mengalir. "Gue malah nunggu Mama dan Papa gue bangkrut biar mereka tau gimana susahnya gue selama ini. Biarin aja cewek itu porotin harta mereka sampai gak ada yang tersisa," ucap Kamari dengan nada yang dingin.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook