bc

Listen to My Heart

book_age12+
476
FOLLOW
3.2K
READ
friends to lovers
badboy
student
drama
sweet
bxg
highschool
friendship
like
intro-logo
Blurb

Rasanya sulit.

Sulit bagi Cinta untuk mengungkapkan isi hatinya pada Vino, sahabatnya.

Ingin bicara tapi tidak bisa.

Lalu apa yang harus Cinta lakukan?

Mengalah pada keadaan?

Bisakah Vino mendengar suara hatinya walau tanpa Cinta ungkapkan?

Tanpa Cinta tahu, di dalam hati Vino, Cinta hanyalah sahabatnya. Rasa sayang yang Vino miliki untuk Cinta tak lebih dari perasaan sayang kepada sahabatnya.

Lalu bagaimana dengan Dewa yang tiba-tiba hadir dalam hidup Cinta? Mengusik Cinta dengan kehadirannya, dengan tatapan tajamnya, dan ucapan ketusnya. Hingga pada akhirnya malah Dewa yang merasa terusik karena kelakuannya sendiri. Karena Cinta, pada akhirnya ia merasakan rasanya jatuh cinta.

Siapa yang sangka, Dewa yang selalu bicara ketus dan menatapnya tajam hanya untuk mengalihkan perhatian Cinta dari Vino. Dewa yang diam-diam menaruh hati pada Cinta tanpa berani mengungkapkannya.

Lalu bagaimana mereka bertiga menghadapi tiga situasi dalam hati mereka yang berbeda?

Bisakah mereka bertiga saling mendengarkan melalui hati yang saling bicara namun bibir yang masih setia tak bersuara?

chap-preview
Free preview
1 | Manusia Pluto
"CINTA!!" Teriakan keras dari suara lelaki mulai mengusik tidur Cinta yang masih asyik terlelap di bawah balutan selimut tebal. Cinta menggeram pelan dengan mata yang yang masih terpejam. Ia sudah hafal betul dengan suara yang baru saja berteriak memanggil namanya itu. "CINTA!! BANGUN!!" Kini giliran suara kerikil yang menghantam jendela kamarnya. Cinta tak habis pikir dengan manusia kurang kerjaan di luar sana. Hari ini adalah hari minggu dan seharusnya manusia Pluto a.k.a sahabatnya itu tahu bahwa Cinta sedang tak ingin diganggu. Cinta hanya ingin menghabiskan akhir pekannya dengan bersantai di rumah. "CINTAAAA!!!!" Kedua mata Cinta sontak terbuka lebar. Ia menjambak rambutnya frustasi. Dengan penuh rasa malas Cinta bangkit duduk. Ia terpaksa membuka matanya, dan menyadarkan dirinya. Menatap jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul 7.30 pagi. Hari ini Cinta memang sengaja ingin bangun siang, karena sedang halangan. Sehingga saat waktunya subuh tadi, ia tetap membiarkan tubuhnya terlelap. Cinta menghela napas panjang. Ia menyibak selimutnya dengan kasar lalu bangkit berdiri sambil menguncir rambutnya. Setelah ini, ia akan membalas perbuatan si manusia Pluto yang berani mengusik tidurnya. Cinta membuka tirai jendelanya dengan lebar, membuat matanya sontak menyipit sempurna karena pancaran sinar matahari yang seakan langsung menubruk mata kecilnya. "Buka! Cepetan!!" Cinta mengerutkan keningnya kesal saat melihat wajah Vino yang sudah berada di depan wajahnya yang terhalang dengan kaca jendela. Mau tak mau akhirnya Cinta membuka pintu jendela kamarnya. Sahabatnya yang berumur sebaya dengan dirinya itu berdiri di depan jendela kamarnya dengan senyum yang manis nan lebar. "Nah gitu dong!" Vino mendekat dan menopang dagu di jendela kamar Cinta yang telah terbuka. Ia menelisik tiap inci wajah Cinta, membuat Cinta langsung menundukkan kepalany, malu. "Ada kerak jigong di ujung bibir kamu," kata Vino. Cinta sontak membulatkan matanya dan langsung menyentuh ujung bibirnya. Gelagapan menghilangkan bekas kerak jigong seperti yang dibilang Vino barusan. "Aku cuma bercanda padahal, ternyata kamu langsung percaya." Tatapan tajam Cinta langsung menusuk manik mata Vino. Tapi bagi Vino, tatapan tajam Cinta sama sekali tidak terlihat menyeramkan, yang ada seperti mata kucing yang bulat menggemaskan. Vino tertawa renyah, gemas melihat kelakuan Cinta. "Kamu lama banget sih bangunnya, aku udah neriakin nama kamu dari tadi tau!" Cinta hanya mendengus sebal, tak menjawab. "Sekarang kamu mandi ya, aku tungguin. GPL, 5 menit, udah termasuk siap-siap ya!" Baru Cinta ingin memberikan penolakan, Vino sudah lebih dulu melambaikan tangannya dan melangkah jauh dari jendela rumahnya. “Aku nggak terima penolakan! Sebentar lagi aku jemput kamu!!” teriak Vino. Vino memasuki pekarangan rumahnya yang terdapat persis di depan rumah Cinta. Sesekali lelaki itu menoleh sambil melambaikan tangannya ceria tanpa merasa bersalah sedikitpun. Cinta menggembungkan kedua pipinya, lalu memutar tubuhnya. Mandi dan bersiap sesuai dengan permintaan Vino. ***** Cinta keluar dari kamarnya setelah selesai mandi. Ia juga sudah memakai baju yang ia siapkan untuk pergi bersama Vino hari ini. Ia menambahkan waktu 10 menit dari yang ditentukan oleh Vino. Terserah jika Vino akan mengoceh sepanjang hari karena menunggunya bersiap. Lagipula sangat jarang menemukan perempuan yang bisa menyelesaikan mandi dan juga bersiap dalam waktu 5 menit. "Cinta, sini sayang. Duduk, sarapan." Cinta tersenyum dan mengangguk mendengar panggilan bundanya begitu ia akan mendekat ke dapur. Tapi pupil mata Cinta seketika melebar begitu mengetahui si manusia Pluto itu sudah nangkring di meja makannya. Vino terlihat begitu santai melahap sepiring menu sarapan buatan Rina, bundanya Cinta. Rumah milik siapa, yang makan dengan santainya siapa? Cinta mendekat ke arah meja makan, dan duduk di kursi kosong di hadapan Vino. "Karena kamu lagi halangan jadi Bunda tau kalau kamu mau istirahat, dan nggak mau dibangunkan. Tapi ternyata kata Vino, kamu punya janji sama dia." Ujar Rina sambil menyendokkan nasi putih ke piring putrinya. "Oohh! Jadi Cinta lagi dapet, Bun?" Vino langsung menyela sebelum Cinta memberikan tanggapan. Nada bicaranya bahkan terdengar sangat menyebalkan di telinga Cinta. "Pantesan Cinta kebo banget hari ini, dibanguninnya susah," keluh Vino mengejek. Cinta mendesis, dan mengangkat centong nasi yang ada di tangannya. "Bun!" pekik Vino, saat Cinta bersiap ingin memukul dirinya. "Cinta jahat nih! Masa Vino mau dipukul," adunya dengan mengangkat kedua lengannya berusaha melindungi kepalanya. Rina menghela napas panjang melihat kelakuan putrinya dan juga sahabat putrinya yang selalu bertengkar itu. Bahkan di hadapannya, Vino tak pernah merasa takut untuk mengusili Cinta. Tapi Rina tak masalah, selama candaan Vino tetap pada batas kewajaran dan tak menyakiti putrinya. "Vino, Cinta, kalian jangan ribut terus. Ini masih pagi," kata Rina dengan nada tegas yang membuat Cinta mau tak mau mengalah dan melepaskan centong di tangannya. "Vino, emang kamu belum sarapan di rumah kamu tadi?" bukan karena tidak mengizinkan Vino ikut sarapan, hanya saja ia bingung karena Vino selalu tidak pernah absen untuk makan di rumahnya ketika Cinta juga sedang makan. Vino nyengir. Menampilkan dereta gigi putihnya pada ibu dari sahabatnya. "Udah sih, Bu. Tapi karena nungguin Cinta yang kalau siap-siap udah kaya tuan putri, Vino jadi laper lagi." Cinta merengut kesal. Akhirnya centong yang tadi sudah turun kembali terangkat dan berhasil mengenai lengan Vino. Vino meringis sakit dan melotot ke arah Cinta, sedang Cinta hanya memeletkan lidahnya. "Cinta curang ih. Liat aja nanti akan aku bales!" seru Vino tak terima. "Sudah habiskan dulu sarapannya. Kalian itu, masa setiap hari kerjanya selalu berantem, sih?" Cinta kembali memeletkan lidahnya tak acuh. "Ibu tinggal dulu ke belakang ya." Sementara ibunya pergi ke belakang, Cinta memilih untuk kembali melanjutkan sarapannya yang sempat terhenti karena sibuk meladeni sikap menjengkelkan milik Vino. Tapi bukan Vino namanya, jika ia berhenti membuat Cinta kesal. Mungkin harapan terbesar Vino adalah dengan selalu membuat Cinta marah dan kesal. "Cinta, aku nggak suka bawang. Nih kamu makan bawang aku ya.” Dengan wajah tak berdosanya, Vino memberikan bawang goreng yang telah bercampur nasi basah di ujung sendoknya. Cinta diam. "Cinta, aku nggak habis nasinya, udah kenyang. Nih kamu habisin nasi aku ya," kata Vino dengan memberikan nasi yang telah bercampur dengan kuah sop ke dalam piring makan milik Cinta. Ia menumpahkannya begitu saja ke atas piring, tanpa mengingat Cinta paling tidak suka jika memakan makanan yang sudah diaduk, terutama antara nasi dengan sayur yang berkuah. Karena ketika makan sayur yang berkuah, Cinta akan selalu menggunakan tempat yang terpisah antara nasi dengan sayurnya. Cinta masih diam. "Cinta, aku nggak doyan wortel. Kamu yang makan ya," ucap Vino dengan kembali memberikan sayur wortelnya ke dalam piring milik Cinta. Habis sudah kesabaran gadis itu meladeni sikap Vino. Cinta membanting sendok ke atas piringnya, hingga menimbulkan suara dentingan yang cukup keras. Ia langsung menghabiskan s**u cokelatnya dalam sekali tarikan napas, kemudian bangkit berdiri. Menatap tajam sekali lagi ke arah Vino lalu memutar tubuhnya untuk meninggalkan meja makan. Karena Vino, Cinta tak berselera makan lagi. Karena Vino, pagi Cinta jadi lengkap menyebalkannya. Dengan cepat Vino menahan lengan Cinta. "Yah, Cin, kamu marah sama aku?” Cinta menepis tangan Vino, berlalu dari hadapan Vino untuk kembali masuk ke dalam kamarnya. “Yaaahhh… kamu beneran marah sama aku? Jangan dong. Aku cuma bercanda tau, maaf ya kalau kelewatan. Tapi Cinta, kamu nggak boleh marah sama aku. Kamu kan udah janji mau nemenin aku pergi hari ini?” Vino terus mengintili kepergian Cinta dengan berjalan was-was di belakang tubuh Cinta. Tapi Cinta tak akan luluh hanya dengan suara memelas dari mulut Vino. Karena ketika ia memaafkan Vino, cowok itu pasti akan kembali berulah padanya. "Cinta maaf. Aku janji nggak akan jailin kamu lagi hari ini. Ya, kamu taulah ya, aku paling suka kalau ngisengin kamu. Nggak tahu kenapa, itu kayak udah mendarah daging gitu, hehe." Jengkel sekali Cinta rasanya mendengar kalimat Vino barusan. Memangnya, dirinya itu mainan, dijailin dan diisengin seenaknya? "Cin, kamu tahu nggak sih kal-" Brak! Mata Vino langsung terpejam sempurna begitu pintu kamar Cinta tertutup rapat di hadapan wajahnya. "Cinta!” pekik Vino karena kaget. “Kalau kena muka aku gimana?!" pasalnya jika sedikit saja Vino memaska masuk, tangannya pasti terjepit. Atau jika ia sedikit lebih dekat dengan pintu, sudah pasti wajahnya itu terhantam oleh pintu. "Iih, begitu ya kalau cewek lagi dapet. Baper banget, sensitif. Bercandaan kita dianggap serius. Harusnya lucu jadi nggak seru," dumel Vino. "Padahal kan niatnya cuma bercan-" kalimat Vino mengambang begitu pintu kamar Cinta kembali terbuka dan memperlihatkan wajah sahabatnya yang menatap kesal ke arahnya. Cinta menggeser tubuh tinggi Vino dengan sling bag miliknya, lalu berjalan melewati Vino begitu saja. Kedua sudut bibir Vino tertarik membentuk senyum manis. Ia langsung bergerak cepat menyusul langkah kaki Cinta. "Yuhuuuu…” Vino bersiul girang. “Jadi kamu udah siap pergi sekarang?" tanya Vino dengan alis terangkat sebelah. Berharap Cinta akan segera mengangguk untuk mempercepat waktu singkat mereka. Cinta memutar bola matanya lalu menghela napas panjang. Ia berniat memutar tubuhnya kembali, tapi dihalang oleh tangan Vino yang menyentuh ujung baju di lengannya. Sungguh, jika Cinta bisa berteriak bahwa Vino sangat menyebalkan hari ini, maka dengan senang hati akan Cinta lakukan. Tapi sayangnya, ia tak bisa berteriak pada Vino. "Oke, aku tau kamu marah. Tapi aku juga sadar bahwa aku terlalu ganteng untuk kamu tolak ajakannya. Ya, kan?" tanya Vino, lagi, dengan alis terangkat sebelah. "Kamu juga pasti nggak ada kegiatan di rumah hari ini, kan? Makanya, kan udah aku bilang, hari ini kamu emang udah harus nganterin aku pergi." Cinta menepis 2 jari Vino yang memegang bajunya. Cinta menghentakkan kaki sebal, lalu kembali menyempurnakan langkahnya untuk menuju kamar. Tapi secepat itu pulalah Vino langsung berlari dan menghadang tubuh Cinta hingga menyebabkan tubuh mereka tinggal berjarak 2 jengkal lagi. Vino masih saja bisa tertawa. "Oke oke, aku kalah. Aku ngaku banyak dosa sama kamu hari ini. Aku juga yang iseng sama kamu. Aku juga yang nggak ada kegiatan di rumah, yaaaa walaupun kamu juga sih hehe. Ah, aku juga yang udah kegeeran kalau aku ganteng. Eh, tapi emang aku beneran ganteng kan, Cin?" Cinta menggeleng pasrah. "Dan yang paling penting adalah, aku butuh kamu hari ini." Vino menatap manik mata Cinta dalam. Berusaha meyakinkan Cinta jika dirinya memang membutuhkan bantuan perempuan itu untuk melaksanakan sesuatu yang menjadi penentu hidup dan matinya.  *****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.4K
bc

The Unwanted Bride

read
111.0K
bc

Mengikat Mutiara

read
142.2K
bc

Fake Marriage

read
8.5K
bc

Me and My Broken Heart

read
34.5K
bc

TERSESAT RINDU

read
333.2K
bc

Long Road

read
118.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook