bc

THIS LOVE

book_age12+
629
FOLLOW
2.8K
READ
possessive
fated
goodgirl
drama
sweet
bxg
campus
enimies to lovers
like
intro-logo
Blurb

Mulanya hidup Tria datar-datar saja. Tapi semenjak ketua senat itu memasuki teritorial kehidupannya, maka hidupnya pun menjadi campur aduk dan tak sedatar biasanya. Seperti permen yang banyak rasanya, Tria pun merasa nano-nano sekali setiap Mahesa si ketua senat tampan itu mendekati sekaligus mengusik kehidupannya dalam berbagai waktu.

Kisah yang ringan dan manis. Kehidupan percintaan dua sejoli yang memiliki karakter berbeda di antara keduanya~

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Pov 1 Hari ini adalah hari pertamaku menjejakkan kedua kakiku di sebuah kampus. Akhirnya, masa ospek yang melelahkan dan memusingkan itu selesai juga. Semua senior yang ikut terlibat ternyata nano-nano, maksudnya, karakter mereka bermacam-macam. Ada yang galak ada juga yang baik. Entah mungkin memang seperti itu barangkali perlakuan umum para senior kepada juniornya. Namun semula, aku pikir bakalan mudah bersosialisasi dengan mereka. Tapi ternyata lumayan sulit juga untuk sekadar mengakrabkan diri dengan mereka. Aku berjalan menyusuri taman fakultas yang begitu rimbun, taman yang dialasi oleh rerumputan yang masih segar dengan warna khasnya yang menyegarkan mata. Kutengokan pula kepala ke kiri dan ke kanan, mencari sosok yang kukenal tapi tidak kunjung kutemukan. Huh, aku melenguh pendek sambil mendudukkan diri di atas bangku besi yang berukuran panjang. "Ck, Si Viona kebiasaan deh. Dia telat mulu," decakku kesal. Aku bahkan tidak berhenti melirik jam yang melingkar sempurna di pergelangan tangan kiriku. Ya, aku memang sedang menunggu Viona. Sahabatku yang sama-sama kuliah dan satu fakultas juga denganku. Padahal, ini adalah hari pertama kami kuliah, tapi Viona justru malah terlambat dan sukses membuatku kebosanan setengah mati karena harus menunggu kedatangannya sejak setengah jam yang lalu. Selagi menunggu kemunculannya, aku pun mulai mengitari taman sekitarku dengan tatapan penuh kagum. Sungguh, aku sangat senang karena sesuai cita-citaku, aku bisa kuliah di kampus elite dan populer ini. Lalu aku membuang napas kesal, Viona benar-benar tidak bisa diandalkan. Ya sudahlah, daripada aku telat masuk dan dimarahi dosen di hari pertamaku ini, lebih baik aku tinggalkan saja dia. Lagipula, aku juga tidak mau memberikan kesan perdana yang buruk di mata dosenku nanti, huft.... Tanpa berniat menunggu Viona lagi, aku pun akhirnya memutuskan untuk beranjak saja guna pergi menuju kelas yang letaknya berada di lantai dua. Namun ketika aku bangkit berdiri tiba-tiba saja keningku beradu kencang dengan sesuatu. JEDUK. "AW," pekikku dan spontan meraba kening. Di samping itu, seseorang lainnya tengah memekik juga sambil meraba rahangnya. Lalu, aku pun memicingkan sebelah mataku agar bisa melihat jelas sosok yang sudah membuat keningku sakit seketika. "Lo bisa lihat gak sih? Jalan kok merem," lontarnya songong masih mengelus rahang. Mendengar semprotannya, tentu saja aku refleks terperangah. Terlebih saat melihat sikap ketus yang diserta dengan delikkan mata si penabrak itu. Tunggu! Bukankah seharusnya aku yang bersikap seperti itu? Tapi justru, kenapa jadi malah kebalik? Menyadari itu aku pun mendengkus kasar. Lihatlah! Lelaki di hadapanku ini terlihat menyebalkan sekali. Walaupun wajahnya ganteng, tapi aku sudah terlanjur tidak suka sama sikapnya yang sok. Mulanya aku berniat untuk membuka mulut dan membalas ucapannya yang begitu tak enak kudengar, tapi tiba-tiba saja dia malah melengos pergi sambil dengan sengaja menyenggol bahuku sampai aku terhuyung melangkah mundur. Sudah kubilang, cowok itu teramat songong bukan? Benar-benar gak sopan! *** Sepanjang perjalanan aku terus menggerutu, tidak henti-hentinya bahkan aku sempat mengumpat dan menyumpahi lelaki sombong tadi di dalam hatiku. Aku tidak percaya, ternyata di kampus sepopuler ini masih saja ada stok manusia yang menyebalkan. Huh, seharusnya orang seperti itu dilempar jauh saja ke Samudera Antartika. Berada di bumi pun hanya membuat lahan semakin sempit saja menurutku. Dengan masih diiringi kekesalan yang mendalam, aku lalu menaiki tangga dengan pandangan menunduk sembari mengusap keningku yang terasa ngilu akibat hantaman tadi. Untung saja aku tidak pingsan di tempat, kalau sampai aku jatuh pingsan aku gak tahu apa lelaki itu akan menolongku atau justru malah membiarkanku tergeletak di atas rumput seperti kerikil-kerikil tak berguna. Belasan anak tangga bahkan sudah kulalui, hingga saat aku tiba di belokan yang akan membawaku ke koridor menuju kelas aku pun tak sengaja bertabrakan lagi dengan seseorang lainnya. Oh Tidak! Ku harap ini bukan orang yang sama. "Sorry, sorry ... lo gak apa-apa kan?" tanyanya sebelum aku sempat mengaduh. Perlahan, kuangkat wajahku untuk melihat si pemilik suara barusan. Sampai dalam beberapa detik berlangsung, aku pun terpaku diam dalam posisiku. Tampan. Itulah kesan pertama yang kulontarkan dari dalam hati di tengah keterpakuanku. "Hey ... lo gak apa-apa kan?" tegurnya lagi melambaikan tangan di depan mukaku. Aku lantas terkesiap, menggeleng cepat hingga membuatnya bernapas lega. "Eng, gu-gue gak apa-apa, kok," sahutku pada akhirnya. Seketika, membuat si cowok tampan itu kembali mengembuskan napas leganya seraya berkata. "Syukurlah kalo gitu," desahnya sejenak, "Oh iya, kalo gak salah ... lo mahasiswi baru yang abis selesai diospek kemarin itu kan?" imbuhnya memberikan sebuah pertanyaan. Untuk sesaat, aku pun menjawabnya dengan anggukan. Lalu tanpa diduga, cowok di hadapanku itu pun seketika telah mengulurkan tangan kanannya di sela seulas senyumannya yang tersungging di bibir. Namun untuk beberapa detik aku hanya melongo sambil melihat tangan juga wajah tampannya secara bergantian. "Gue Dirly ... salah satu senior yang nge-ospek mahasiswa/i baru kemarin," ujarnya mengenalkan diri tanpa kuminta. Aduhai ... senyumnya itu lho sukses mengalihkan duniaku. Batinku terpesona. Aku serius, lesung pipitnya tercetak jelas ketika ia tersenyum. Mata sipitnya begitu teduh saat menyorot, dan parasnya yang tampan itu bikin aku gak mengenal lelah kalau disuruh untuk memandangnya lebih lama lagi. Sangat berbeda jauh dengan lelaki yang kutemui tadi di taman fakultas, muka sih boleh oke tapi kalau sikap dan sifatnya kayak gitu sih aku mikir sepuluh kali juga buat memujinya. "Halo!" seru cowok itu menyadarkan. Dalam sekejap, aku pun kembali terkesiap. "Oh, emm ya. Gue-nama gue Tria," balasku sembari menerima uluran tangannya. Kemudian, cowok yang--kalau tidak salah-- bernama Dirly itu pun mengangguk dengan setia memamerkan senyumannya. Hingga dalam beberapa saat kami pun berjabat tangan dan entah kenapa, rasanya aku tidak ingin melepaskan genggaman tangannya ini. Genggaman yang begitu lembut dan juga hangat. Sampai tiba-tiba, kedatangan Viona yang terengah-engah pun terpaksa membuat aku dan Dirly harus menuntaskan jabat-jabatan tangan yang mulanya sedang berlangsung. "Haduh! Sumpah gue capek banget, " ujarnya sambil terengah-engah. Sigap, aku dan Dirly pun menoleh spontan ke arahnya. "Tria, kalo gitu gue duluan ya! Senang bisa kenalan sama mahasiswi cantik dan ramah seperti lo. Sampai ketemu di lain kesempatan," pamit Dirly yang membuat perhatianku kembali teralih padanya. Kemudian, aku pun lekas mengangguk setuju sekaligus mengantarkan kepergian Dirly dengan pandanganku yang mengikuti ayunan langkahnya. Namun, ku hentikan pandanganku yang mengikuti langkah Dirly ketika sosoknya sudah menghilang di balik tangga. "Dor! Siapa tuh?" seru Viona yang menepuk lenganku. Sesaat kemudian, aku pun langsung menoleh ke arahnya sembari sedikit mengomelinya. "Heh, lo dari mana aja? Gue tungguin lo dari setengah jam yang lalu tau. Tapi lo bahkan gak nongol-nongol juga," ucapku mendengkus kesal. Kulihat, Viona pun malah nyengir lebar seraya berkata, "Hehe, sorry ... gue tadi bareng sama Meo. Jadinya agak telat deh," jawabnya cengengesan. Mendengar satu nama yang tak asing, aku pun spontan menatapnya penuh kernyitan. "Meo? Lo bareng sama Meo?" tegasku memastikan. Viona lantas mengangguk dengan senyuman gembira di wajahnya. Ya, aku tahu betul siapa itu Meo. Nama lengkapnya adalah Romeo, dia teman satu SMA kami dan sudah lama juga dia dekat dengan cowok itu. Tapi setahuku, hubungannya bahkan masih saja sebatas teman. Kasihan ... mungkin itu kali ya yang dinamakan dengan terjebak di fase friendzone. *** Dua mata kuliah sudah kuarungi dengan hati yang gembira. Akhirnya, sesuai harapan aku telah memberikan kesan menyenangkan di mata kedua dosenku. Ya, Mr. Alex dan Bu Geta-dua dosen yang baru kukenal- langsung bisa mengenal dan memahamiku dengan baik. Meskipun kami baru saling mengenal di kelas pertama dan kedua tadi, tapi aku sangat senang karena keduanya sangat menyukai cara belajarku yang selalu menyimak dan memperhatikan mereka kala menerangkan. Apa aku perlu bilang? Mereka tampak begitu terkesan dengan sikap dan keaktifanku ketika di kelas. Membuatku merasa bahagia karena setidaknya aku sudah berhasil menunjukkan yang terbaik untuk seukuran mahasiswi baru sepertiku. Lalu kini, aku dan Viona sedang bergegas menuju kantin. Aku sudah tak tahan ingin melemparkan makanan pada cacing-cacing yang sudah berteriak meminta jatahnya. Sungguh memalukan jika tidak segera kuberi makan, bisa-bisa, mereka menimbulkan suara-suara horor yang menandakan perutku keroncongan. "Eh iya, Tri, gue baru inget deh. Cowok yang tadi ngobrol sama lo pas gue dateng itu siapa ya? Kok kayaknya kalian akrab banget," tanya Viona yang sudah mengambil tempat duduk kosong mendahuluiku. Ya, kami memang baru saja tiba di salah satu meja yang tersedia di kantin. "Ha? Cowok, cowok yang mana maksud lo?" tanyaku balik. Serius, aku mendadak lupa dengan cowok yang Viona maksud. "Ck, itu loh, cowok kece yang salaman sama lo tadi. Rasa-rasanya, gue baru lihat dia gitu deh. Temen baru lo ya?" celoteh Viona menatap penasaran. Aku berpikir sejenak, mengingat-ingat perihal cowok yang sedang sibuk Viona tanyakan. Sampai akhirnya, aku pun mulai teringat pada sosok Dirly si kakak senior tampan itu. "Ooh, maksud lo Kak Dirly?" pekikku balas menatap. Sigap, Viona pun menggedikan bahunya seraya berujar, "Mana gue tau namanya siapa. Tapi, mukanya oke punya. Siapa tuh? Gebetan lo ya? Kalo iya, gaya banget lo, Tri. Baru sehari masuk kuliah, udah punya gebetan aja...." tukas Viona berlebihan. Ia pun mulai heboh mencolek-colek pipiku yang begitu membuatku sangat risih. "Gebetan mata lo! Dia itu senior kita tau. Kalo lo gak lupa, dia juga ikut nge-ospek kita katanya," ujarku menjelaskan. Namun, bukan Viona jika dia tidak menanggapi sesuatu hal dengan sikap berlebihannya. "APA? LO SERIUS??" Lihat! Dia memekik sebegitu melengkingnya. Aku bahkan sampai meringis sambil melirik sana sini, takutnya mereka yang sedang makan di kantin ini malah jadi terganggu gara-gara suara cemprengnya Viona barusan. "Vi, pelanin suara lo napa! Ganggu kedamaian orang di sekitar aja!" tegurku memelototinya. Tapi yang terjadi, dia pun hanya haha hehe gak jelas seakan-akan dia tak melakukan sedikit pun kesalahan. Lain kali, aku berjanji untuk tidak memberikan sebuah kabar yang bisa membuatnya memekik kencang seperti barusan. Viona memang mempunyai suara yang cempreng, bahkan jika dia kaget maka tak segan-segan dia akan berteriak seolah tidak ada siapapun yang mendengarnya. Dan anehnya, kenapa juga aku masih betah ya bersahabat dengan pemilik suara cempreng bin melengking ini? Setelah pesanan diantar ke meja kami, aku pun lekas menyantap mie ayam yang masih mengepulkan asap hangat di atas mangkuknya. Begitupun juga dengan Viona, bedanya, dia memesan bakso kuah saja tanpa ditemani lain-lainnya. Entahlah, mungkin Viona sedang diet, makanya gak pesan banyak-banyak. Namun di tengah aku yang sedang asik melahap mie ayamku yang tinggal bersisa setengahnya, tanpa sengaja aku pun melihat ke arah lapangan voli yang dipenuhi oleh para mahasiswa senior yang sedang asik bermain dalam dua tim. Riuh tepuk tangan bahkan tengah menggema, mengiringi permainan voli yang semakin seru untuk ditonton. Tepat ketika pandanganku berhenti di satu titik, aku menemukan sosok tampan yang tadi pagi baru saja berkenalan denganku. Siapa namanya? Ya, Dirly. Jika kuamati secara teliti, lelaki itu selalu tersenyum ya. Apa mungkin dia memang murah senyum? Bahkan saat dia sedang berbincang dengan teman lelakinya sekalipun senyuman di bibirnya tak pernah terlupakan. Hingga pada saat aku yang sedang diam-diam memperhatikan senyuman manis seniorku, tiba-tiba saja tenggorokanku terasa kering. Oh ya! Aku butuh minuman sekarang. Sialnya, minumanku malah habis. Maka terpaksa, aku pun harus membelinya lagi ke kios kantin yang serupa. "Vi, gue mau beli minuman dulu ya," izinku cepat, untungnya lekas disetujui Viona. Aku mempercepat langkahku menuju kios kantin yang menyediakan berbagai jenis minuman dingin. Tanpa banyak memilih, aku pun mengambil satu botol minuman berperisa mangga yang terjejer rapi di dalam lemari pendingin. Krek. Sesudah tutupnya kubuka, kuteguk pula isinya. Aaahh, legaaaaa.... "Bu, minumannya satu ya!" seruku mengacungkan botol minuman yang sudah kuteguk duluan sambil menyerahkan uang seharga minuman yang kubeli pada ibu kantin. Selepas itu, aku berniat untuk kembali lagi ke mejaku. Namun saat aku berbalik-BRUKK. Aku bertubrukan lagi untuk ketiga kalinya di hari ini. Gawatnya, minuman yang belum sempat kututupi itu pun malah ikut terguncang sampai menumpahkan isinya mengenai baju si lelaki yang tak sengaja kutabrak sekarang. Oow .... "Arghht!" erangnya sambil mengibas pelan ke arah tengah kausnya dengan satu tangan. Sungguh, aku tak sengaja. Aku pun menggigit bibir bawahku. Hingga tak lama kemudian, lelaki itu lantas mengangkat wajahnya dan menatapku dengan sorotan matanya yang mengartikan kemarahan. Secara spontan, aku menelan ludah. Dan kalian tau? Ternyata, lelaki yang kini sedang menatapku penuh amarah itu adalah- "ELO LAGI ??" bentaknya lantang. Tidak! Kenapa harus dia lagi? Entah apa yang harus kuperbuat, yang jelas, sekarang dia begitu marah padaku. Ya, kali ini aku mengaku salah dan karena kecerobohanku, kaus putih yang dikenakannya pun telah basah hingga terdapat noda kuning yang melingkar besar di bagian dadanya. "Tria, ada apa?" Tiba-tiba Viona datang menyusulku. Bukan hanya itu, bahkan kini matanya sedang melotot horor ketika menemukan noda kotor yang terdapat di kaus si lelaki itu. "Oh My God...." desisnya semakin membelalak. Untuk sesaat, membuatku melirik Viona dengan dahi yang berkerut bingung.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.0K
bc

My Secret Little Wife

read
91.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook