bc

Just Stay Princess

book_age16+
2.8K
FOLLOW
40.0K
READ
billionaire
possessive
pregnant
arrogant
sensitive
CEO
princess
drama
tragedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Tentang dua orang yang pernah menjadi pasangan kekasih sebelum akhirnya saling memunggungi, lalu dipertemukan kembali, dan disatukan kembali. Namun, tak ada cinta seperti sebelumnya. Yasmin hanya berperan menjadi sosok ibu dari anak perempuan cantik bernama Clarissa yang Tian bawa sepulangnya ia dari luar negeri.

Sayangnya, kehidupan rumah tangga Yasmin Aliara dan Sebastian Megantara tidak semudah seperti yang Yasmin bayangkan. Meluluhkan hati Tian nyatanya berkali lipat lebih menyiksa hati. Apalagi, tingkah lelaki itu yang bertindak semena-mena, sukses membuat malam-malam Yasmin diliputi tangis dan d**a menyesakkan.

Bisakah Yasmin kembali merebut hati Tian?

Atau lebih memilih meninggalkan karena sakit hati yang tak bisa lagi tertahankan.

chap-preview
Free preview
1. Awal yang Baru
1. Awal. Yang Baru  Aku tak pernah tahu jika mencintainya akan sedalam ini, bahagiaku membuncah kala dia mengucap ikrar suci di depan semua orang. Menjadikanku satu-satunya wanita yang berdiri di sampingnya. Mencintainya. Tersenyum hangat, Yasmin menyambut setiap ucapan selamat pernikahan dan do'a-do'a baik dari kawan, saudara dan tamu undangan lain yang hadir di acara resepsi pernikahannya. Tak lupa juga, dia mengaminkannya. Agar terwujud setiap harap dan do'a baik demi kehidupan rumah tangganya kelak, bersama sang suami. Laki-laki berparas tampan, dengan tubuh tinggi dan hidung mancung. Tak perlu Yasmin memperkirakan berapa banyak pasang mata dari wanita-wanita di dalam gedung ini yang rela menoleh berkali-kali dan memuji betapa tampannya suaminya. Lelaki itu memakai setelan jas hitam lengkap, dengan bunga berwarna putih kecil di saku jas d**a sebelah kiri. Sedangkan Yasmin sendiri memakai gaun brokat warna broken white, dengan punggung terbuka. Ekor gaun memanjang dari bahan tulle dengan warna sedana gaun. Tak lelah Yasmin memanjatkan puji syukur, penantiannya bertahun-tahun ini akhirnya terjawab. Laki-laki yang memang sejak awal menempati hatinya dipertemukan kembali. Setelah sekian lama jarak dan keadaan membuat rentang untuk memisahkan dia dengan Sebastian Megantara. Suaminya kini. Bagi Yasmin, dia seperti sedang bermimpi. Hari bahagia ini seolah hanyalah sebuah imajinasinya saja. Khayalan belaka. Karena dia begitu merindu, begitu mendamba ikatan suci pernikahan. Dengan laki-laki yang dipilih hatinya. Tapi ada satu kejanggalan di hatinya, sesaat dia melirik laki-laki di sebelahnya. Tian -panggilan akrab Sebastian terlihat tidak suka, bahkan lelaki itu begitu jarang untuk sekadar tersenyum. Di hari yang begitu bahagia ini, mengapa juga sang mempelai laki-laki tak mengumbar senyum manisnya. Padahal semua orang di dalam ballroom hotel ini begitu senang menebar senyum dan kebahagiaan. Ah, mungkin Tian lelah. Pikir Yasmin positif. Karena dia sendiri tahu, semua rancangan acara Tian lah yang menyusun dan mempersiapkannya, dalam kurun waktu kurang dari 1 bulan. "Mas capek, mau aku ambilin minum dan makana--" "Tidak perlu." potong Tian cepat dan tegas. Dia bahkan belum mendengar keseluruhan ucapan wanita yang kali ini menyandang status sebagai istrinya. Dan lagi, laki-laki itu tak sedikit pun mengalihkan pandangannya, untuk sekadar melihat wanita cantik yang duduk di sebelahnya. Yasmin tersenyum maklum. Tak sedikit pun hatinya terluka dengan ucapan penolakan sang suami. Dia sudah terlalu mengerti bagaimana perangai Tian. Tegas, dingin, keras. Namun satu hal lagi yang terlalu dimengerti wanita itu. Dia sudah jatuh terlalu dalam pada lingkaran cinta seorang Sebastian. Tujuh tahun laki-laki itu menghilang, selama itu pula dia memendam rasanya. Ingin lupa, ingin menghilangkannya tapi tetap saja, rasa itu bersemayam di hatinya. Dan ketika laki-laki itu hadir kembali di hidupnya, Yasmin menyadari satu hal. Cintanya tak pernah berkurang, atau pun berpindah ke lain hati. Cintanya tetap menggunung dan semakin bertambah. Hanya pada sosok lelaki di sampingnya ini. "Ya sudah, aku ambil minum untuk sendiri saja." Yasmin melirih, masih tak melepas senyuman manisnya. Dia sudah akan bangkit berdiri ketika seorang gadis manis berlari kecil ke arah dirinya dan segera melompat memeluknya. Membuat Yasmin kembali jatuh terduduk. "Cla sudah bangun?" tanya Yasmin merdu, mengusap puncak kepala gadis kecil itu yang dihiasi mahkota bunga. Clarissa Alkena, gadis usia lima tahun itu mengangguk mantap, senyuman terukir lebar, menampilkan gigi-gigi kecil yang tertata rapi. "Kenapa Mama nggak nungguin Cla sampai bangun?" Yasmin tersenyum, tak melepas usapan tangannya di puncak kepala putrinya. "Mama harus nemuin tamu-tamu, jadi nitipin Cla sama Mbak." ujarnya. Karena dua jam yang lalu, Clarissa yang kelelahan meminta untuk ditemani tidur di kamar hotel. Yasmin yang tak ingin membuat gadis manis itu ngambek, akhirnya undur diri dari acara sejenak untuk menidurkan Clarissa. Dan setelah yakin Clarissa terlelap, dia menitipkan putrinya pada Nami -Mbak yang menjadi pengasuh Clarissa sejak awal. "Mama janji mau tidur sama-sama." Clarissa merajuk, bibir mungilnya maju beberapa senti. Cemberut. "Nanti kita tidur bareng, Mama janji." Yasmin berbisik, mendekatkan wajahnya pada Clarissa dan mengimbuhi. "Mama bacakan dongeng putri salju, kesukaan Cla. Oke." Clarissa antusias mengangguk. Bola matanya mengerling senang. "Tidur bertiga sama Papa?" Yasmin menelan ludah, sedikit melirik Tian yang tampak tidak begitu peduli dengan obrolan dirinya dan Clarissa. Lelaki itu tetap mengarahkan pandangan pada penyanyi di panggung tak jauh dari mereka yang memang menjadi salah satu pengisi acara. Dia tidak lupa, seberapa dinginnya sikap Tian hari ini. Memang, sejak pertemuan mereka untuk kali pertama sejak bertahun-tahun, Tian tidak lagi ramah dan hangat. Sudah tahu begitu, lalu kenapa dia menyetujui untuk menikah dengan Tian, karena ... "Ma, kok diam?" Yasmin mengecup dahi Clarissa. "Iya, besok kita atur waktunya ya, sayang." Setelahnya, Clarissa melompat turun dengan seruan terima kasih begitu senangnya. Berpindah untuk memeluk Tian dan duduk di pangkuan lelaki itu. Dan sambutan yang Tian berikan ratusan derajat berbanding terbalik dengan apa yang Yasmin terima seharian ini. Tian tersenyum hangat, mengecup berkali-kali puncak kepala Clarissa. Pancaran bola mata lelaki itu menunjukkan betapa sayangnya dia pada gadis manis di pangkuannya. "Tian yang sekarang sudah berbeda, Yas. Kamu harus tahu. Kamu bisa menolak, nggak harus menyetujui menikah dengan lelaki itu hanya karena ingin membalas kebaikan Bu Diana." "Tapi kamu tahu, aku cinta banget sama Tian. Dari dulu sampai saat ini. Dan ini seolah takdir buatku, kalau Bu Diana yang selama ini membantu usaha kita, ternyata ibunya Tian." Riri yang tahu betul sekeras kepala apa Yasmin jika sudah membahas tentang Tian, hanya mampu menghela napas. "Dia punya putri kecil yang sangat dicintai. Mungkin kamu akan sering diabaikan. Mengingat hubungan kalian di masa lalu berakhir tidak baik." Yasmin mengusap sudut matanya. Mengerjap beberapa kali. Bukankah dia tidak boleh bersedih di hari bahagianya. Obrolannya dengan Riri beberapa hari lalu memang benar adanya. Tapi, dia sudah mengambil keputusan, resiko apa pun yang akan dia dapatkan kelak, sudah menjadi bagian dari pilihannya yang harus dia terima. "Tian memang berubah, Ri. Tapi, sekeras apa pun hatinya, pasti akhirnya bisa luluh juga kalau setiap hari aku suguhkan cinta," Namun Yasmin tidak pernah benar-benar mengenal suaminya. Tian yang  dia kenal sekarang tidak akan semudah dan semulia yang dia harapkan. Lelaki itu sudah mengeraskan hati untuk perempuan mana pun, termasuk Yasmin. Wanita di masa lalu yang pernah begitu lama menghiasi hari-harinya. "Papa sayang banget dong, sama Cla. Jadi nggak akan biarin Cla sendirian." Yasmin menoleh ke arah Tian, sekali lagi mengukir senyuman hangat pada lelaki itu yang masih fokus pada sang putri, sebelum dia bangkit berdiri dan menyambut jabatan salam dari beberapa tamu. "Selamat ya, Mbak Yas. Kamu cantik banget hari ini, dan beruntung banget dapetin Pak Tian. Dia hangat banget sama anak." Yasmin lupa, siapa nama orang yang baru memujinya tadi. Namun yang jelas, dia beberapa kali melihat wanita itu di kantor Tian. Saat beberapa kali bertandang ke kantor lelaki itu untuk menjemput Clarissa yang merajuk di kantor Tian. "Terima kasih," Dan seperti yang sudah-sudah, Yasmin akan membalas dengan senyuman manis terlampau hangat. Dia memang beruntung bisa menikah dengan Tian, lelaki yang teramat dia cintai. Beruntung kah, atau tidak? ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

T E A R S

read
312.6K
bc

Everything

read
277.9K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.3K
bc

Noda Masa Lalu

read
183.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook