bc

Warung Kopi Jenny (END)

book_age18+
2.3K
FOLLOW
20.5K
READ
sex
arranged marriage
submissive
badboy
bitch
drama
comedy
virgin
intersex
like
intro-logo
Blurb

Jennyta Junitha adalah gadis manis asal Sunda-Betawi yang tinggal di komplek Rusunawa Depok.

Dulunya ia adalah seorang Tenaga Kerja Wanita yang mengadu nasib ke Negeri Jiran, Malaysia. Namun hanya tiga tahun, ia memilih untuk kembali ke Tanah Air dan membeli satu unit Rusunawa untuk sang ibu yang sudah menjanda.

Ia pun akhirnya banting stir dan menggunakan modal yang tersisa untuk membangun sebuah warung kopi kecil di pinggiran Rusunawa, sampai di sanalah ia bertemu dengan seorang mantan preman Kota Depok bernama Jimmy Waluyo.

Hari-hari Jenny benar-benar berubah seperti di Neraka, sejak Jimmy selalu saja mengusili hidupnya.

Bagaimanakah kisah di Warung Kopi ini terjadi?

Lantas ketika tai kucing rasa coklat itu diam-diam timbul di antara selisih paham yang acap kali berlangsung, dapatkan Jennytha Junitha menghilangkan pesona sang kekasih yang bernama Januar Arifin dan pindah ke hati Jimmy Waluyo?

chap-preview
Free preview
PROLOG
"Mak, air panasnya udah?" Jenny bertanya di sela cepolan rambutnya yang hampir selesai ia buat. "Udah semua, Jen. Pokoknya beres dah. Lo turun gih sono. Kelamaan dandan keburu rejeki lo di patok ayam jago tuh nanti," cerocos Mak Ratna, yang baru saja naik ke Rusunawa miliknya. "Ya kali di gorok aja tuh Ayam jago napa, Mak. 'Kan enak bisa bikin ayam goreng atau di semur pake jengkol. Ribet amat!" "Astaga naga nih anak! Masih aja terus nyolot. Jodoh lo jauh ntar, Jen!" kesal Mak Ratna akhirnya memilih menuang segelas air ke dalam gelas dan meminumnya hingga tandas. Jenny terkekeh melihat Ibunya berhenti menggerutu, dan segera berpamitan untuk turun dan melanjutkan aksi pertamanya di Warung kopi. "Jejen turun dulu ye, Mak? Nitip daleman kalo Emak mau ke laundry!" teriak Jenny yamg sudah berada di depan pintu. "Emak bakal nyuci sendiri! Duitnya udah tipis bakal modal elu jualan, kan? Heran banget deh. Kenapa nggak lu cuci aja sendiri ntar pas udah tutup?" "Jejen mau buka 24 Jam, Mak." "Astaga! Yang bener lu? Kuat emang?" Mak Ratna terkejut bukan main. Jenny tertawa semakin keras dan kembali repetan Mak Ratna terdengar sebelum pintu ia tutup. "Makkk... Mak! Ya, mana kuatlah Jejen buka sampai 24 jam. Yang ada malah ketemu pocong pengen ngopi kayak film Suzanna pesen sate!" seru Jenny terus saja terbahak. Ia berniat turun ke bawah, karena memang ia mendapat hunian di lantai lima. Sayangnya satu insiden tak di duga terjadi, dan perkara besar timbul bagaikan bom atom yang tiba-tiba membumi hanguskan kota Hiroshima dan Nagasaki. BRUGH... PRANK... "Aduh!" "Handphone gueee...!" Perang dunia di buka. "Woi, ganti rugi! Handphone gue pecah nih LCD-nya!" teriak suara berat seseorang yang di tabrak Jenny. "Enak aja! Lo duluan yang nabrak gue, keles! Kenapa harus gue yang ganti handphone lo? Aneh!" Jenny tak terima, karena memang itulah kenyataan yang terjadi. "Alah, alasan lo! Gue nggak mau tau lo musti ganti nih handphone gue! Ini barang baru gue, tau! Sial--" "Apa lo bilang? Sialan? Egh, elo tuh yang bikin sial gue! Nih, lo liat siku gue," jawab Jenny menunjukkan sikunya yang berdarah, "Gue juga minta duit ganti rugi buat ke Dokter karena lo udah aniaya gue, tau! Jadi cepet kasih duitnya cepetan!" "Yah, udah ada cincin polos di jarinya. Bini orang dong nih cewek berarti. Ck, cakep tapinya dia. Nggak bisa di apa-apain dah. Padahal bodynya--" "Heh! Ngelamun lo?! Ye sarap nih laki! Udah aneh, stres tingkat dewa pula! Habisin waktu gue aja," kesal Jenny hendak melangkah maju. "Urusan kita belum kelar! Gue nggak peduli lo udah punya Suami dan lo mau laporin ke dia atau ke siapa pun! Intinya Handphone gue rusak dan elo akibatnya!" "What?! Suami? Kapan gue nikahnya? Kawin aja belom. Jangan ngarang lo, ya? Minggir lo. Gue buru-buru!" dan Jenny melangkah juga. "Hah? Beneran dia belum nikah? Belom kawin juga? Wah, seriusan nih? Pas banget dong kalo gitu! Misi gue harus berhasil kali ini," Jimmy bersorak dalam hati, namun langkah kaki Jenny sudah jauh hingga ke lantai tiga. Tapi bukan Jimmy Waluyo namanya jika kalah sebelum bertanding, sebab kini kakinya pun segera turun mengikuti langkah si gadis manis bermulut pedas itu ke bawah. "Ck! Ke mana dia? Cepet amat ngilangnya. Buset! Jangan-jangan mahluk jadi-jadian la--" "Siapa yang mahluk ghoib jadi-jadian, Bang? Mana pisang gorengnya? Ipah tungguin dari tadi, malah ada di sini! Nyebelin aja lo. Awas sana deh! Ipah mau beli ke warungnya Mpok Jenny aja tuh baru buka di bawah. Sekalian sama es kopi. Tunggu Abang mah banyakan janjinya. Sampai lebaran monyet juga nggak kesampain terus," dan itu adalah suara di centil Saripah Waluyo, Adik satu Bapak dari Jimmy Waluyo. "Ikut, Pah. Biar Abang yang bayarin deh ntar. Jadi lunas deh utangnya. Iya, kan?" "Terserah, Abang deh. Ayo kalo gitu!" Maka turunlah kedua Kakak beradik itu ke bawah, dengan maksud nongkrong di warung kopi baru. "Emang di mana tempatnya, Pah? Beneran ada warung kopi baru emang?" Jimmy yang penasaran, akhirnya bertanya juga. Tapi Saripah sibuk mengutak atik ponsel pintarnya, sehingga Jimmy pun kembali teringat insiden sial yang menimpa barusan. "Heh, ini mah cuma anti goresnya yang pecah. Mau aja tuh cewek gue kibulin. Tapi tetap aja sial beneran karena nggak sempet dapat nomor handphonenya. Ach, elah! Oncom lo, Jim!" "Abang ngomong apaan sih? Kayak orang gila tau nggak?! Suka banget dari dulu senyam senyum atau ngedumel sendiri. Jangan aneh deh, Bang. Udah gede tau!" repet Saripah berbalik tiba-tiba, "Lha itu kenapa di lepas anti goresnya?" tanya Saripah. "Gue tadi di tabrak cewek di atas, tau! Makanya jadi hancur gini anti goresnya. Untung cuma ini doang! Coba kalau rusak beneran? Rugi 'kan gue? Sialan emang tuh cewek! Pengen gue cipok aja mulutnya tadi!" "Yeee... Bini orang jangan-jangan lagi, Bang. Asal main cipak cipok aja! Lagian kalo rusak yah beli baru dong, Bang. Bosnya Abang 'kan baik tuh. Suka royal sama--" "Egh! Itu dia tuh cewek yang tadi! Mau lari ke mana lo sekarang, hah?! Gue pepet lo sampai dapat," batin Jimmy setengah berlari, dan meninggalkan sang Adik di belakang. Tak peduli Saripah meneriaki namanya, Jimmy pun sudah hampir dekat dengan Jenny yang berjalan menuju ke warung kopinya. "Kalo lo nggak mau ganti handphone gue yang lo rusak? Gue bakalan laporin lo ke polisi! Jadi ganti atau kalau lo mau, cepet kasih nomor handphone lo ke gue sekarang?!" ucap Jimmy mencekal lengan Jenny. Secara otomatis gadis manis itu berbalik dan tangannya refleks melayang satu tamparan keras di pipi Jimmy. PLAK! "Mpok Jejennn...! Astagaaa...!" teriak Saripah berlari menghampiri keduanya, "Ini itu Abang-nya Ipah, Mpok. Bang Jimmy yang aku ceritakan kemarin. Kok malah Mpok tampar sih?" kesal Saripah, dan Jenny kikuk di tempatnya. "Urusan kita belum selesai, Mpok Jejen yang manis! Karena lo berani nampar gue, hem? Harus ada bayaran lebih yang gue dapatin habis ini! Intinya Ipah kenal sana lo, jadi informasi apapun tentang lo bakal gue dapatin dari dia nanti!" batin Jimmy dengan wajah yang sudah sangat memerah. Tak ada lagi satu kata pun yang keluar dari mulutnya, selain dua kaki yang melangkah cepat menuju ke arah parkiran Rusunawa. "Ipahhh... Mpok nggak sengaja, Pah. Abang lo yang mulai duluan, tuh. Bagaimana ini?" Jenny nampak shock dengan perbuatannya. "Udah, nanti Ipah kasih nomor handphone Bang Jimmy deh. Mpok Jejen minta maafnya lewat SMS aja kalau ngerasa nggak enak hati, oke?" bujuk Saripah, "Lagian dia itu gampang banget baiknya kali, Mpok. Ntar sore bikinin aja kopi sama pisang goreng kalau pulang kerja, pasti udah nggak marah lagi. Gampang, kan?" Dan keduanya tersenyum, menuju ke arah warung kopi baru milik Jenny. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Marrying Mr. TSUNDERE

read
380.2K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
52.8K
bc

✅Sex with My Brothers 21+ (Indonesia)

read
924.0K
bc

SEXY LITTLE SISTER (Bahasa Indonesia)

read
307.9K
bc

The Seed of Love : Cherry

read
111.5K
bc

True Love Agas Milly

read
197.7K
bc

LAUT DALAM 21+

read
289.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook