Nothing is Impossible

Seorang pria berjalan dengan santai. Keluar dari terminal kedatangan luar negeri, sambil menyeret sebuah koper besar di belakangnya. Jelas terlihat bahwa, ia baru saja pulang dari perjalanan panjang. Penampilannya yang rupawan, seketika itu juga, menarik perhatian kaum hawa yang berada di bandara itu. Ditambah lagi dengan pelawakan tubuh yang tinggi tegap, rambut pirang dan bola mata kuning keabu-abuan itu menjadi nilai tambah untuknya. Pria itu adalah Geraldo Elgio, putra angkat Dean Elgio Angelo. Seorang yang berkuasa di benua Amerika ini. Tahun ini dia berumur 21 tahun. Pria yang sering disapa akrab dengan nama Greg ini, baru saja menyelesaikan study hukumnya di salah satu universitas ternama di Singapura. Lebih tepat di bawah bimbingan Sulvian Juan Angelo, calon kepala keluarga Angelo. Matanya melirik ke sana kemari, mencari sesosok pria yang sangat ia rindukan. Siapa lagi kalau bukan Takuto Elgio, kakak angkat yang tidak pernah mau diakuinya sebagai kakaknya. Namun jangan salah, Greg bukannya tidak menyukai Takuto. Justru sebaliknya, ia begitu mencintai Takuto. Sehingga selalu menyangkal persaudaraan mereka yang hanya di atas kertas itu. Bagi Greg, Takuto adalah seorang pria. Pria yang ia cintai sejak pertemuan pertama mereka, 4 tahun yang lalu.  "Tuan muda Greg!!" panggil seorang pria berpakaian serba hitam. Mendengar suara yang memanggilnya, Greg harus merasa kecewa. Karena pria berpakai serba hitam itu, bukan Takuto tercintanya. Orang itu ia kenali sebagai salah satu bodyguard Dean. Pria cantik yang juga tidak pernah mau Greg akui sebagai ayahnya. Tentu saja bukan karena ia membenci Dean, sehingga Greg tidak pernah mau mengakui pria imut itu sebagai ayahnya. Justru sebaliknya, Greg sangat menyayangi Dean sebagai seorang adik. Ya. Bagi Greg, Dean yang notabene-nya 15 tahun lebih tua darinya itu ... seorang adik. Karena sifat kekanakan pria imut itu. Ditambah lagi dengan paras cantik dan awet muda Dean, membuat Greg tidak pernah bisa melihat Dean dengan pandangan lain, selain seorang adik. Dengan sebal, ia berjalan mengikuti bodyguard bernama Kenny itu. Lalu menaiki mobil yang akan mengantarnya pulang ke rumah. "Kenny, di mana Takuto?" tanya Greg, saat mobil yang mereka naiki melaju pelan membelah jalanan kota Boston. "Sedang ada rapat dengan para investor, Tuan Muda," jawab Kenny dengan nada bicara formalnya. "Kalau Dean dan Pelatih?" Sekali lagi Greg bertanya, memecah keheningan di antara mereka. "Sir Dean dan Sir Tyler sedang bulan madu di Pahama, Tuan Muda." Greg langsung putar bola mata. "Mereka menikah 3 bulan lalu, kan? Masih belum selesai bulan madunya?" Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Ya, Tuan Muda." Kenny menghela napasnya, mengingat kelakuan bosnya itu. Ia kemudian menjelaskan pada Greg, betapa berlebihannya pria cantik satu itu. "Sebenarnya Sir Dean bahkan telah mem-booking beberapa tempat peristirahatan, hampir di seluruh dunia untuk bulan madunya 1 tahun ke depan." Greg hanya bisa geleng-geleng kepala, mengetahui kemesuman ayah angkatnya itu. Tanpa sadar Greg kembali mengingat memorinya 3 tahun silam. Beberapa minggu sebelum hari lulusannya, di mana Dean dan Tyler baru saja memutuskan untuk hidup bersama. Pria imut itu dengan semangat mesumnya, menyeret sang pelatih mengelilingi setiap sudut rumah mereka untuk b******a. Greg yang saat itu jengah melihat kemesuman Dean dan sedikit merasa kasihan dengan Tyler, yang terus saja dibuat lemas oleh seme imut itu ... dengan sengaja, mengganggu percintaan panas Dean. Awalnya Dean marah-marah. Lama-lama Greg makin senang membuat seme imut itu kesal. Maka dari itu, gangguan itu makin menjadi-jadi. Hingga Dean kehilangan kesabarannya. "Dasar botty jalang!! Aku sudah muak kau ganggu! Baik. Itu pilihanmu, Greg! Takuto!! Seret Greg ke rumah Vian, bilang ke Vian untuk mendidik bocah kurang ajar ini!!" Greg terkekeh sendiri mengingat teriakan kemarahan Dean saat itu. Saat di mana, Greg sengaja menerobos masuk ke dalam dapur saat Dean sedang menyodomi pelatihnya. Alhasil, ia benar-benar didepak Dean saat itu juga ke Singapura. Tempat Sulvian menetap 3 tahun lalu. "Ada apa, Tuan muda?" Kenny merasa heran, melihat Greg terkekeh sendiri tanpa sebab. "Oh ... itu, aku hanya mengingat alasan kenapa Dean mengirimku ke rumah sepupunya. Cuma karena aku mengganggu waktu bermesraannya dengan pelatih. Padahal dia bahkan tidak marah melihat aku meledakkan mobil yang baru dia beli satu jam lalu." Greg lalu bercerita, sambil menahan tawa yang membuat Kenny kembali menghela napas lelah. "Sir Dean memang agak m***m ya ...," ucap Kenny tanpa maksud apa-apa. "Bukan agak Kenny, tapi sangat m***m! Mana ada orang yang membuat rencana bulan madu selama satu tahun penuh selain Dean!?" balas Greg, membetulkan penilai Kenny. Kenny pun ikut tertawa. Yang benar saja? Bosnya yang kejam dan keji itu, bisa mendadak menjadi m***m dan konyol bila berkaitan dengan suaminya. "Kasihan Tuan muda Takuto, dia yang harus menggantikan semua pekerjaan Sir Dean.” Tak lama, Kenny kembali berucap, merasa bersimpati pada Takuto. "Jangan khawatir Kenny, sudah ada aku yang akan membantu Takuto-ku!" Dibalas Greg dengan riang dan centil. Saat itu juga, Kenny langsung merinding ngeri. Apalagi setelah ia melihat cengiran m***m Greg saat membayangkan Takuto. Ternyata Tuan Muda Greg dan Sir Dean sama saja mesumnya. Kasihan Tuan Muda Takuto, batin Kenny. Setelah itu, mereka berdua pun tak banyak berbicara selama perjalanan panjang itu. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Terutama Greg, ia sibuk memikirkan rencana penaklukan Takuto di otak mesumnya.