My Little Girl Alina

Alina menghembuskan nafasnya yang terasa begitu berat saat sampai di dalam apartement kecilnya. Entah mengapa dia merasa hari ini terasa sangat melelahkan. Alina Davidson atau yang biasa disapa Alin sdah 4 tahun kuliah dan tinggal di London, jauh dari keluarga dan hidup mandiri di negeri orang. Seperti biasa Alin hanya melakukan rutinitas yang sama berulang kali setiap hari tanpa ada perubahan yang berarti, hidup Alin terasa membosankan tidak seperti 4 tahun yang lalu saat dia merasakan indahnya jatuh cinta juga sakit nya mencintai tanpa bisa memiliki.  Dering telepon berbunyi berkali kali dari ponselnya membuat ketenangan hidupnya yang sementara waktu menjadi terganggu. "Hallo kak," sapa Alin saat Alden menghubunginya. "Hallo Alin... bagaimana kabarmu?" "Baik kak seperti biasanya," jawab Alin dengan malas. "Alin, kakak merindukan sayang" sapa Erika sambil merebut ponsel dari Alden. "Terima kasih kak, kapan melahirkan kak?"  "3 minggu lagi sayang... kamu jadi pulangkan?" tanya Erika. "Iya kak," jawab Alin dengan malas. Alin dulu sangat dekat dengan Erika mungkin karena Erika wanita jadi dia mengerti perasaan Alin. Erika lah yang menyemangati Alin yang dulu sempat patah hati, sebenarnya Erika tak salah tapi Alin belum bisa menerima kenyataan yang ada. Dulu segala macam cara sudah dia lakukan untuk mendapatkan cinta pria itu, berharap pria itu bisa menerima cintanya walau dia tau masih ada wanita lain dalam hatinya. Alin melihat jam dinding sudah menunjukan tengah malam, Alin memutuskan untuk tidur dan beristirahat. Alin teringat kejadian 4 tahun yang lalu. ---------------------------- Flashback  Alin melihat dirinya di cermin, mencoba berbagai macam gaun yang akan dia kenakan saat acara resepsi pernikahan kakaknya Alden.  "Sudah Lin, nanti cerminnya pecah loh," ujar Lucy mami Alina. "Apaan sih mi," Alina mengerucutkan bibirnya. "kamu selalu cantik mau pakai baju apapun. Mami yakin Thomas klepek klepek,"  "Serius mi?" tanya Alina, Lucy menganggukan kepalanya sambil tersenyum pada Alina. Alin sudah berada di pesta pernikahan Alden dan Erika tapi tujuannya adalah mencari Thomas. Alin menunggu 30 menit akhirnya pria yang dinantikannya datang juga dengan pesona yang dia miliki membuat beberapa mata wanita tak bisa melepaskan pandangan mereka terhadap Thomas termaksud Alin. Alin merasa kesal sendiri melihat itu dia harus menarik perhatian Thomas. Thomas melihat Erika yang sangat cantik disamping Alden, walau Thomas sudah merelakan Erika dengan Alden tapi tetap terasa masih sakit dihatinya melihat itu semua. Thomas tak ingin berlama lama lagi disini karena membuatnya tak nyaman. Saat akan pergi Thomas melihat adiknya Alden berjalan mendekatinya, Thomas sempat terpanah melihat gadis itu dengan senyuman malu malu . "Haiii kak Thomas," sapa Alin. "Hmm aduuh gue lupa kalau ga salah nama lo itu Alia, Alna atau Alin adiknya Alden,"  Wajah Alin berubah, dia merasa kecewa Thomas tak mengingat dirinya. "Alin kak. Kakak melupakan aku yaa." suara Alin berubah tak bersemangat tidak seperti saat Thomas datang. Tak lama Thomas akan pergi dari pesta pernikahan Alden dan Erika, bukannya Thomas tak mengingat Alin tapi Thomas memilih untuk pura pura tak mengingat Alin. Thomas sengaja melakukannya agar gadis kecil yang baru berumur 18 tahun itu berhenti mendekatinya. Thomas memang salah sudah mencium bibir gadis itu tapi Alin memang menarik dengan kecantikannya, kepolosannya dan tingkah agresif yang terkadang malu malu berusaha menarik perhatian Thomas. Thomas menjaga jarak dengan Alin agar gadis itu tak terluka untuk mengharapkan cintanya, Thomas hanya mencintai Erika sampai saat ini.  "Kak mau kemana?" tanya Alin. "Pulang," ujar Thomas dingin. "Kak bisa minta nomor ponselmu?"   "Nanti aja yaa." Thomas pergi begitu saja dari hadapan Alin. Alin tak percaya Thomas meninggalkannya dan tak memperdulikannya padahal di sekolah dia salah satu primadona, banyak teman pria yang menyukai dirinya tapi sayang mereka semua tak menarik. Sangat berbeda dengan Thomas, Thomas dingin, cuek dan cool itu semua tak bisa Alin dapatkan dari teman teman pria sebayanya. Alin duduk dengan  lemas dimeja khusus keluarga, disana ada Erik. "Kenapa lo? Lemes amat," ujar Erik memperhatikan wajah Alin. "Ga apa apa." Alin meletakkan wajahnya di meja, hal ini biasa dia lakukan jika dia merasa hatinya sedang tak tentram dan gundah gulana. "Yaah ga asyik lo malah lemes gitu tapi gue tau apa yang bisa bikin mood lo membaik lagi." Erik masih berusaha menghibur Alin dengan caranya. "Apa sih lo," ujar Alin masih dengan posisi yang sama dan menutup matanya. Erik mengambil ponselnya dan menghubungi Thomas. "Halo bang Thomas,"  Alin membukan mata nya saat mendengar Erik memanggil nama Thomas dan mendengarkan pembicaraan mereka tapi masih dengan posisi semula kepala Alin menempel meja. Setelah selesai Erik berbicara Alin mengangkat kepalanya melihat Erik. "Apa?" Erik melihat Alin. "Lo punya yang gue mau." suara Alin menjadi sangat ramah pada Erik. "Apa?" Erik berpura pura tidak tau apa yang di maksud Alin. "Itu kak Thomas," Alin melihat Erik dengan antusias. "Kenapa bang Thomas?" "Minta nomor ponselnya dong,"  "Tidak ada yang gratis nona." kecurigaan Erik terhadap Alin yang menyukai Thomas terbukti. Dari tadi Erik memperhatikan Alin berusaha menarik perhatian Thomas tapi Thomas dengan sikapnya yang cool tidak memperdulikan Alin.  "Lo mau apa gue kasih Rik, please minta nomor ponsel kak Thomas,"  "Nanti gue pikirkan," "Lo memang menjengkelkan." Alin merasa gemas dipermainkan Erik. "Hahaha emang gue pikirin." Erik lagi lagi menggoda Alin. Alin berdiri menghentakkan kakinya, beranjak dari meja Erik dan Erik tertawa melihat kelakuan Alin yang kekanak kanakan. Flashback off Alin hanya tersenyum mengingat kejadian dulu, bagaimana dia dengan semangatnya mengejar cinta pria itu yaa pria itu adalah Thomas Saputra. Segala memori tentang Thomas tak pernah hilang dari ingatan Alin. Alin menyanyikan lagu memories dari marron 5 untuk mengusir kesediahan dan kekecewaan dirinya.  Here's to the ones that we got Cheers to the wish you were here, but you're not 'Cause the drinks bring back all the memories Of everything we've been through Toast to the ones here today Toast to the ones that we lost on the way 'Cause the drinks bring back all the memories And the memories bring back, memories bring back you There's a time that I remember, when I did not know no pain When I believed in forever, and everything would stay the same Now my heart feel like December when somebody say your name 'Cause I can't reach out to call you, but I know I will one day, yeah Everybody hurts sometimes Everybody hurts someday, aye aye But everything gon' be alright Go and raise a glass and say, aye Here's to the ones that we got Cheers to the wish you were here, but you're not 'Cause the drinks bring back all the memories Of everything we've been through Toast to the ones here today Toast to the ones that we lost on the way 'Cause the drinks bring back all the memories And the memories bring back, memories bring back you Alin menangis memegang d**a nya yang terasa nyeri dan sakit sambil melihat foto Thomas didalam ponselnya. *•*•*•*•*•*•*•*•*•*