bc

Mata Sang Wanita Tangguh

book_age16+
1.4K
FOLLOW
6.4K
READ
revenge
fated
powerful
independent
brave
self-improved
tragedy
bxg
coming of age
tortured
like
intro-logo
Blurb

Ify yang sedang berbadan dua dipaksa oleh sang kekasih, Deva, yang tidak ingin bertanggungjawab untuk menggugurkan kandungan. Deva adalah mahasiswa hukum, yang kelak akan menjadi hakim besar meneruskan jejak dari Ayahnya. Ify berusaha keras untuk mendapatkan keadilan dari lelaki itu. Namun, Deva dan Ibunya, justru meracuni Ify dan membuatnya keguguran kehilangan sang calon bayi. Tak sampai di sana, Ify juga dituduh sebagai wanita tidak benar dan penggoda banyak lelaki. Foto aibnya tersebar, hingga beasiswanya dicabut. Ayahnya yang tiba-tiba juga meninggal membuat Ify hancur, dan berusaha untuk mengakhiri hidupnya.

Beberapa tahun kemudian, Ify yang jauh menyendiri dan bekerja di pinggiran, bertemu dengan pengacara pintar bernama Alvin. Dari lelaki itu, ia mulai belajar untuk bangkit, dan mengungkapkan kematian dari sang Ayah. Dendamnya pada Deva masih membara, terlebih saat lelaki itu menjadi Jaksa yang sangat disanjung.

Mampukah Ify membalaskan dendamnya?

chap-preview
Free preview
Penolakan
“Hamil katamu?” “Memalukan! Siapa tahu itu bukan anaknya Deva. Jangan mengarang dan jangan membuat hidupnya anakku menjadi berantakan!” “Kau bisa mencari lelaki lain yang bisa kau tipu, tapi tidak dengan anakku!” Perempuan muda yang terlihat sudah banjir air mata itu sedikit mengepalkan tangannya menandakan bahwa emosi telah sampai menguasai hatinya. Dengan menggunakan telapak tangan kirinya ia mengelap aliran bening yang meluncur dari pelupuk matanya itu. Semua tatapan intimidasi dari mereka semua membuatnya tersudut, tidak hanya mata namun hatinya juga turut menangis merasakan kesedihan yang teramat sangat mendalam ini. Dan dengan masih menahan emosinya, ia berdiri dari tempat duduknya. Rok panjang yang ia kenakan terlihat mulai kusut akibat duduk di kursi kayu itu. Ia kemudian membalikkan badannya, dan dengan langkah yang sedikit bergetar ia berbalik meninggalkan tempat itu dengan semua ketidakadilan yang telah dia dapatkan hari ini. Perempuan itu juga tidak mengindahkan panggilan dari sang lelaki, telinganya sudah ia tutup rapat dan pergi dari sana secepatnya adalah keinginan yang begitu besar untuk dia lakukan saat ini juga. Ify, perempuan berambut sebahu dengan poni terpotong rapi menghias di atas alisnya yang tipis. Mata coklatnya yang bening menyiratkan kelelahan yang luar biasa. Ia tidak menyangka hidupnya akan menemukan kekacauan seperti ini. Dan bahkan 23 tahun hidupnya ini terasa sudah diambang kehancuran. Ia mengusap perutnya beberapa kali, di dalamnya terdapat calon anaknya yang telah berusia sekitar empat minggu. Seorang perempuan yang biasanya akan sangat bahagia menanti calon anaknya untuk lahir berbeda dengan Ify. Bingung dan juga marah, bahkan sudah hampir putus asa. Pasalnya dia sendiri belum memiliki kejelasan akan nasipnya ini. Sang kekasih, yang telah memberikan kehidupan pada janin di perutnya itu masih belum ada kejelasan untuk bertanggung jawab. Lebih tepatnya keluarga besar dari sang pria. Menolaknya dengan begitu banyak alasan, menuduh Ify hanya untuk menjebak dan menghancurkan hidup sang lelaki. Padahal di sini hidupnya sendiri yang terancam hancur. Jika kekasihnya itu tidak bisa untuk bertanggung jawab, bagaimana nasibnya nanti? Ify tidak ingin menjadi wanita yang mengecewakan keluarga. “Aku akan mencari cara untuk membujuk kedua orang tuaku. Tolong bersabar sedikit ya, aku tidak akan meninggalkanmu dan lari dari tanggung jawab. Tapi aku juga tidak bisa untuk melawan mama dan papa. Bersabarlah.” Ify tersenyum miris membaca pesan singkat dari ponselnya itu. Deva, sang kekasih memang rasanya tidak akan mungkin pergi begitu saja, namun sampai kapan ia harus bersabar? Sampai perutnya ini membesar? Apa yang akan dia katakan pada ayahnya nanti. Dengan perlahan, Ify memutar gagang pintu berwarna cokelat itu. Ia sedikit menarik nafas panjang ketika melihat seseorang yang berbaring di sana. Di ranjang salah satu kamar rawat rumah sakit. Alat pernafasan nampang terpasang pada hidung lelaki paruh baya itu, matanya terpejam rapat. Mesin detak jantung nampak masih berbunyi menandakan masih ada kehidupan yang datang darinya. “Ayah …,” Ify memegang tangan kanan dari lelaki itu dan mengecupnya dengan pelan. “Anakmu di sini. Kapan ayah akan bangun?” ucap Ify dengan air mata yang mulai mengalir. Hatinya selalu merasa teriris melihat keadaan sang ayah yang begitu lemah seperti ini. “Aku membutuhkan ayah. Maaf belum bisa menjadi anak yang baik untuk ayah,” celetuknya lagi. “Jika ayah tahu, mungkin akan sangat kecewa denganku ya? Maafkan aku, aku tidak bisa menjadi anak yang membanggakan,” Ayah dari perempuan ini, sudah terbaring di sana sejam lima bulan yang lalu. Kondisinya begitu lemah karena kondisi jantung yang memburuk. Ify sudah tidak memiliki ibu. Satu-satunya yang ia miliki hanyalah sang ayah.  Memang masih ada saudara ayahnya yang lain namun mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Jika terus begini Ify sendiri tidak tahu harus bagaimana. Hartanya semakin habis untuk pengobatan sang ayah, tidak ada harta lain yang tersisa. Ify satu-satunya anak yang dimiliki oleh ayahnya. Beruntunglah dirinya mendapatkan beasiswa untuk berkuliah di fakultas hukum dan sudah jalan lima semester. Dia bercita-cita ingin menjadi pengacara yang bisa membantu orang tertindas mendapatkan keadilannya. Namun dengan keadaannya yang seperti sekarang ini, Ify tidak yakin apakah dia bisa untuk melanjutkan hidup dan cita-citanya itu. Ia tidak tahu bahwa menjadi dewasa akan sesulit ini. Ayahnya, satu-satunya yang dia miliki terbaring antara hidup dan mati. Ify tidak tahu harus berbagi bebannya ini kepada siapa. Jika ia bisa, rasanya ingin sekali memutar kembali waktu saat di mana dirinya bahagia bersama dengan kedua orang tuanya. **** Ify keluar dari kamar mandi dengan sedikit terhuyung, ia memegang kepalanya dan memijat pelan. Ia merasakan tubuhnya begitu lemas dan juga pusing, memuntahkan beberapa kali cairan bening benar-benar menyiksa dirinya. Sudah beberapa hari ini sejak dia positif selalu merasakan mual dan muntah setiap pagi. Rasa pusing yang datang menyerang membuat dirinya tidak bisa untuk berpikir jernih. Kesakitan yang dia alami dan dirasakan sendiri tidak bisa untuk dia tahan lebih lama lagi. Deva mengajaknya bertemu hari ini, sepertinya masih ada waktu sebelum memulai kelas pertama. Mereka berdua memang sama-sama berada di kelas hukum. Hanya saja, Deva berada di kelas dua tingkat di atas Ify, yang artinya, lelaki itu sebentar lagi lulus. Ify cukup pintar dalam menangkap mata kuliah yang dia dapatkan, sebagai penerima beasiswa tentu saja mempertahankan nilai yang bagus menjadi prioritasnya karena turun sedikit saja beasiswanya akan terancam dicabut. Tidak lebih dari lima belas menit menunggu, Deva, lelaki bertubuh tegap dan memakai kacamata minus itu terlihat berlari kecil menuju ke arah Ify yang telah menunggunya di kantin fakultas hukum. “Maaf ya, aku sedikit terlambat. Tadi ada yang harus aku kerjakan dahulu sebelum ke sini,” ucapnya sembari merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Ia memakai kemeja rapi berwarna biru muda dan celana hitam. Ransel yang berisi laptop juga buku-buku tebal tentang hukum. Deva memiliki pawakan yang tinggi tegap dan berhidung mancung. Tatapan mata dari balik kacamata itu begitu tajam sehingga menimbulkan kesan wibawa terpancar dari auranya. “Fy, aku minta maaf.” Ia berkata mengawali pembicaraan. “Mama tetap tidak setuju untuk memberikan restu pada kita. Mama dan Papa ingin aku meraih karirku hingga aku sukses lebih dahulu,” Mata bening Ify terlihat menatap sang lelaki dengan begitu sayu. Ia berharap setidaknya hari ini mendapatkan berita yang bagus atau setidaknya lebih baik dari hari kemarin. “Mama bilang, yang kau kandung itu belum tentu anakku. Jadi dia tidak mau untuk tertipu,” Ucapan sekali lagi dari sang kekasih itu membuat mata Ify membulat dengan begitu kaget. “Kau bilang apa?” gumamnya mengepalkan tangan tanpa sadar. “Dan meskipun itu benar anakku, mama menyuruhmu untuk menggugurkan kandunganmu itu.” 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Revenge

read
15.0K
bc

The CEO's Little Wife

read
626.5K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
7.2K
bc

BELENGGU

read
64.4K
bc

After That Night

read
8.3K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
53.1K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook