bc

Sekolah Sihir [Complete]

book_age16+
963
FOLLOW
3.5K
READ
dark
drama
comedy
mystery
magical world
gorgeous
like
intro-logo
Blurb

Brenda Carolyne dimasukkan ke Akademegicial oleh orang tuanya (sekolah sihir paling tersohor sedunia). Namun dirinya yang hanya memiliki kekuatan terlemah selalu diremehkan oleh teman-temanya yang lebih kuat.

Tapi siapa sangka ternyata di dalam diri Brenda tersembunyi rahasia yang sangat besar.

Apakah itu?

chap-preview
Free preview
Sekolah Sihir
Ini cuma kisah fiktif belaka, jika ada kesamaan alur, latar, nama, dll hanya kebetulan semata. Semua isi cerita fantasy ini murni cuma imajinasi author. Brenda mengemasi barang-barang nya ke dalam koper. Dia mengingat kejadian lalu yang mengharuskanya berkemas. Orang tuanya memaksanya bersekolah di Akademegicial, yaitu sekolah sihir paling tersohor sedunia. Dirinya menolak keras keinginan orang tuanya, namun apalah daya orang tuanya sangat keras kepala. Dan hari ini adalah kepindahanya ke asrama sekolahanya. Memang sekolahanya memaksa semua murid untuk tinggal di asrama. Tidak sadar ternyata Brenda sudah berada di depan gedung sekolahanya. Pasti Ayahnya menggunakan sihir untuk menuju kesini sehingga dirinya cepat sampai. "Jaga dirimu baik-baik, Brenda." Pesan Ayahnya yang hanya diangguki. Brenda berjalan gontai menuju ruang kepala asrama perempuan, sekolahan yang sangat luas membuatnya sangat lelah. "Pasti jika aku punya kekuatan seperti Ayah, aku bisa teleportasi." Gerutunya. Brenda tergolong penyihir tingkat rendah karna kedudukanya hanya magician, padahal orang tuanya tergolong penyihir kuat namun entah kenapa dirinya sangat lemah. Itulah alasan Brenda menolak sekolah disini karna pasti dirinya akan jadi paling lemah. Tidak sadar ternyata Brenda sudah berada di depan ruangan nya, saat Brenda hendak mengetuk, pintunya sudah terbuka sendirinya. 'Kenapa aku bisa lupa jika mereka semua penyihir.' Batinya lalu mulai duduk. "Kamu Brenda Carolyn, kan?" tanya orang di depan Brenda. "Iya, Bu." Jawabnya segan. Karna sejujurnya orang dihadapan nya kini nampak sangat ..... menyeramkan. "Kenalkan saya Sofia, kepala di asrama perempuan ini." Brenda hanya mengangguk sopan. "Apakah kedudukanmu hanya magician?" tanyanya. Brenda meringis, mengangguk kecil, baru juga duduk sudah disodori pertanyaan menyebalkan seperti ini. "Lumayan aneh karna kamu bisa diterima pemimpin untuk sekolah disini, karna setahu saya tidak ada magician di sekolah ini." Jelasnya dengan nada mencibir, sangat menyebalkan bagi Brenda tapi gadis itu juga tak bisa membalas karena sindiran orang itu benar sekali. Brenda sedikit kikuk. Ini pasti ulah orang tuanya sehingga dirinya bisa sekolah disini karena sejujurnya Brenda pun tidak yakin bisa diterima di sekolah ini. Sampah sepertinya dirinya tidak akan diterima di sekolah sihir manapun. "Baiklah ini peta ruanganmu." Tiba-tiba ada secarik kertas melayang di depan Brenda membuatnya sedikit terkesiap. "Terimakasih, saya permisi." Pamitnya lalu mengikuti arah kertas itu. Rasanya Brenda juga tak betah berlama-lama dengan wanita berwajah menyeramkan ini! :::::::::::::: Brenda menatap langit kamarnya dengan pandangan kosong, sedang merenungkan nasibnya. Tapi tidak lama ada bola yang tiba-tiba datang dan mengenai jendelanya sampai pecah. Pyarr! Brenda berjengkit kaget dibuatnya, beberapa saat setelahnya terlihat seseorang yang melompat melewati jendela pecah tersebut lalu mengambil bolanya. "Eh maaf ya tadi aku menendangnya kekencengan, hehe." Ujarnya cengengesan, seolah ucapanya sangat bertolak belakang dengan ekspresinya. "Iya tidak papa, tapi..." Brenda menggantung ucapanya sambil menatap jendela kamarnya yang pecah. Seolah paham gadis itu berkata, "ah tidak perlu cemas." Lalu entah apa yang dirapalkan gadis itu, jendela kamar Brenda yang semula pecah menjadi baik seperti semula. Bola mata Brenda membulat terkejut dibuatnya. "Sudah selesai," gumam gadis tadi lalu beralih menatap Brenda. "Aih, kamu terkejut seolah baru pertama kali melihatnya saja." Ujarnya terkekeh geli. Brenda menatap gadis itu dengan tersenyum canggung. "Memang." Jawabnya tentu saja mengejutkan gadis tadi. "Hah?! Kamu sedang bercanda, kan?" tanyanya tak percaya. Brenda menghembuskan napas lelah. "Aku hanya setingkat magician." Jelasnya. Gadis di depan Brenda nampak makin terkejut dibuatnya. "Ba-bagaimana bisa eum ... maksudku, bukankah yang diterima di sekolah ini harus yang emm—" "Iya aku mengerti maksud mu," potong Brenda menatap ramah gadis di depannya ini. "Mungkin aku juga bisa sekolah disini itu hanya sebatas keberuntungan saja." Lalu seulas senyuman miris terbit di bibir tipis Brenda. Gadis itu nampak tidak enak hati pada Brenda. "Maaf jika—" "Tidak usah minta maaf karena yang kamu ucapkan memang benar adanya," paparnya. Gadis itu dengan kikuk menggaruk tengkuknya, "namamu siapa? Kenalkan aku Resa." Ia memilih untuk mengganti topik. "Aku Brenda." Balas Brenda. "Kalau gitu mulai saat ini kita berteman ya." Putusnya yang disambut senang Brenda. "Tentu!" jawabnya semangat. DING DONG DING DONG. Tidak lama suara lonceng menggema ke seluruh penjuru sekolah. Brenda langsung berjingkat kaget. "Apa itu?!" bingungnya. "Tenang saja. Bila lonceng berbunyi itu tandanya waktunya jam makan," jelasnya. "Ayo kita ke aula!" lalu gadis itu menarik tangan Brenda pergi. ::::::::::::: Di aula. "Brenda, kenalkan ini temanku namanya Bia dan Megi." Resa datang membawa dua teman nya. Brenda menatap mereka ramah, lalu mengangguk sopan. "Hay kenalin aku Brenda." Brenda tersenyum manis tanpa di buat-buat. "Hay juga, semoga kita bisa berteman baik ya!!" Bia nampak bersemangat. "Hay." Sahut megi dengan singkat. "Brenda apa benar kamu hanya setingkat magician?" tanya Bia tidak percaya. Brenda menipiskan bibir mencoba terbiasa dengan pertanyaan seperti itu. "Iya, kalian setingkat apa?" jawab dan tanya Brenda langsung. "Kalo aku dan Bia adalah wizard (pengguna roh) sedangkan Megi adalah sorcerer (menguasai banyak ilmu)." Jelas Resa. "Waw kamu seperti Ibu ku!" kagum Brenda pada Megi. "Benarkah?" tanyanya yang diangguki Brenda. "Ayahmu apa?" sahut Resa jadi kepo. "Penyihir." Jawab Brenda polos. "Duhhh ... maksud ku tingkatanya Brendaaa!" sepertinya menjahili Resa akan menjadi salah satu hobi Brenda sekarang. Brenda tertawa sebentar sebelum mulai menjawab. "Ayahku necromancer (menghidupkan orang mati)." Jawab Brenda enteng. "HAH?! Kamu serius, Ayah dan lbumu bagaimana bisa menikah?!" bingung Resa campur kaget. Brenda menatap mereka satu persatu. "Aku juga kurang tahu karena sejujurnya hubunganku dengan kedua orang tuaku kurang baik." Jawab Brenda jujur. "Tapi Bren bagaimana kamu hanya setingkat magician sedang orang tuamu tingkatan nya sangat tinggi?" tanya Bia heran tanpa ada niat menyindir. Brenda menggendikkan bahu. "Mungkin aku hanya anak pungut," gadis itu tersenyum miris pada hidupnya sendiri. "Aku bahkan juga tidak yakin mereka orang tua kandung ku." Lanjutnya. "Kamu tidak boleh berujar begitu Bren, mereka pasti orang tuamu!" sanggah Bia yang tidak terima Brenda berujar seperti itu. Brenda memilih diam tidak mengiyakan maupun menyanggah. "Tapi seorang sorcerer dan necromancer menikah, aku baru tau." Ujar Resa. "Aku juga!" sahut Bia. "Hm." Tambah Megi bergumam. Sepertinya Brenda mulai tahu watak teman-teman nya ini, Resa dan Bia yang cenderung cerewet, dan Megi yang pendiam. "Pasti ini merupakan sejarah persihiran." Jelas Resa sangat hiperbola menurut Brenda. "Hahaha ... kamu bisa saja." Brenda geli mendengar ucapan Resa. Resa yang diejek pun melotot lucu, "yee dibilangin kok!" kesalnya tak mau kalah. Dan mereka berempat pun tertawa bersama. "Eh .. kita sekelas, kan?" tanya Resa tiba- tiba. "Iya." "Wah asikk kita sekelas!" semangat Bia hanya dibalas kekehan kecil Brenda. Tidak lama acara makan pun selesai dan mereka semua kembali ke kamar masing-masing. Namun di tengah perjalanan Brenda tidak sengaja melihat seorang lelaki sedang membaca buku sendiri. Brenda yang penasaran pun mendekatinya namun tidak mengganggunya. Pemuda itu nampak tenang dengan buku yang dibacanya, kulit seputih salju dengan bibir semerah darah membuatnya sangat tampan di mata Brenda. "Dari pada kamu menatapku terus lebih baik kamu pergi sekarang juga." Ujarnya dingin tanpa melirik Brenda. Brenda mendelik kaget, astaga bagaimana lelaki itu tau tanpa menoleh?! Tertangkap basah sedang menatap lelaki, ini sangat memalukan! "Maaf." Ujar Brenda pelan lalu beranjak buru-buru pergi dari sana karena sudah terlalu malu, namun sebelum itu mereka sempat bertatapan beberapa saat. Manik hazel lelaki itu dan manik coklatnya beradu, untuk beberapa detik Brenda seperti tersihir pesona lelaki itu tapi sekali lagi Brenda mengingatkan dirinya untuk tidak berbuat hal memalukan lagi. Akhirnya Brenda pergi dari sana. Setelah kepergian Brenda ekspresi datar lelaki itu berubah kaget, bahkan buku yang dibacanya sampai jatuh begitu saja ke lantai. "Bagaimana bisa..." ujarnya monolog. "Aku tidak bisa membaca pikiranya." Lanjutnya masih dengan kekagetan yang tidak bisa dia jabarkan. ***** TBC. Ceritanya bergenre fantasy jadi isinya semuanya cuma fiksi belaka. A/M.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Alpha's Mate 21+

read
145.9K
bc

See Me!!

read
87.8K
bc

Married With My Childhood Friend

read
43.5K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

Romantic Ghost

read
161.9K
bc

Partner in Bed 21+ (Indonesia)

read
2.0M
bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook