bc

KESALAHAN KEDUA

book_age18+
498
FOLLOW
1.7K
READ
others
dark
drama
tragedy
comedy
twisted
sweet
humorous
heavy
lighthearted
like
intro-logo
Blurb

"Maaf, aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita!" Alvin mengatakannya dengan sangat perlahan, suasana yang tenang membuat percakapan ini semakin haru.

"Kenapa? tolong berikan aku alasan, kenapa kamu ingin mengakhiri hubungan ini?" tanya Alena dengan tatapan mata yang sayu, terlihat jelas dia menahan air mata agar tidak jatuh di kedua pipinya.

"Aku sudah tidak memiliki rasa padamu dan aku akan menikah dengan Sovia, maaf Alena, hatiku sudah benar-benar berpindah pada Sovia!" dengan entengnya kata-kata itu keluar dari mulut Alvin. Alena tidak mampu mengatakan apa-apa hanya suara tangisan yang terdengar sangat menyayat hati saat itu. Alena harus menelan pahitnya kekecewaan, karena takdir ternyata tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Alvin orang selama ini sangat dicintainya malah meninggalkannya untuk menikah dengan Sovia, orang dari masa lalunya.

Bagaimanakah kisah selanjutnya akankah cerita cinta Alena berujung bahagia atau malah sebaliknya?

chap-preview
Free preview
1. Kesalahan Kedua 1
"Beneran besok kamu jadi berangkat ke surabaya, Al ?” tanya seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik diumurnya yang sudah senja. Wanita itu bernama Dewi, kekhawatiran terlihat begitu jelas diraut wajahnya saat dia berbicara dengan seorang gadis cantik yang duduk di depannya. “Iya, Bu !” jawab gadis itu dengan mantap. Namanya Alena Anaiya Putri gadis cantik berusia dua puluh tiga tahun, yang dua bulan yang lalu baru lulus dari universitas ternama di kotanya, wajahnya cantik, rambutnya hitam panjang, kulitnya putih bersih, hidungnya mancung dan bibirnya tipis menawan, tubuhnya tinggi dan langsing bak model terkenal, membuat laki-laki mana pun yang melihatnya akan jatuh hati padanya, dia anak kedua dari pasangan Dewi dan Pramono dan memiliki seorang kakak laki-laki yang bernama Angga. “Apakah sudah kamu pikirkan lagi, Al?” sahut ibunya dengan menatap sang Anak lekat-lekat. “Sudah aku pikirkan baik-baik, lagian di sana ada mas angga, jadi Ibu tidak perlu khawatir,” kata Alena sambil memeluk ibunya berharap agar ibunya berhenti mengkhawatirkannya lagi. “Sebenernya Ibu dan Bapak tidak setuju kamu cari kerja jauh-jauh gitu, kamu anak gadis kami satu-satunya, kalau bisa kamu cari kerja disekitar sini-sini saja !” kata ibunya dengan mata berkaca kaca mengharap sang anak mau merubah keputusannya. ”Keputusanku sudah bulat, meskipun Ibu dan Bapak tidak setuju, aku akan tetap berangkat apapun yang terjadi!” jelas Alena dengan suara yang tegas. “Ya kalau itu sudah menjadi keputusanmu, Ibu tidak bisa bilang apa-apa lagi, Ibu cuma bisa mendoakan semoga kamu mendapatkan apa yang kamu cita-cita kan,” kata ibunya pasrah pada keputusan Alena yang tampaknya sudah tidak bisa diganggu gugat lagi. “Aminn, makasih banyak buat doanya, besok aku berangkat, jaga diri Ibu dan Bapak baik-baik, aku sayang kalian,” kata Alena sambil memeluk tubuh ibunya dengan erat. ******* Pagi ini kota surabaya tak terlalu cerah, beberapa awan mendung menggantung di atas cakrawala menghalangi sinar matahari yang hendak menyapa kota pahlawan tersebut, seorang gadis cantik sedang melangkahkan kakinya menuju gedung bertingkat sepuluh, yang sudah berjarak beberapa langkah dari dirinya, sejenak dia memandang gedung yang tinggi menjulang itu, dia tidak sabar ingin masuk ke dalamnya dan menjadi salah satu bagian dari mereka, seminggu yang lalu dia mendapatkan email pemberitahuan yang menyatakan bahwa dirinya lolos test interview dan sudah diterima menjadi salah satu karyawan di sana, dia sangat senang dan segera mengabari orang tuanya untuk berterima kasih karena selama ini sudah mendoakannya. Jam sudah menunjukkan pukul 07.30 dia mempercepat langkahnya memasuki halaman gedung, setelah sampai di pintu masuk, dia bertanya pada salah satu Pak satpam yang berjaga di sana. “Selamat Pagi Pak, bisa saya bertemu dengan Bapak Hartono?” kata dia kepada Pak satpam tersebut. “Selamat Pagi, boleh saya tau ini dengan siapa dan ada keperluan apa?” sahut Pak satpam itu dengan sopan. “Saya Alena Anaiya Putri Pak, hari ini ada panggilan kerja!” kata Alena dengan tersenyum ramah. “Ohh Mbak Alena ya? mari saya antarkan ke lantai enam Mbak, Anda sudah ditunggu pak Hartono dari tadi!”. Jelas Pak satpam itu sambil mempersilahkan Alena untuk berjalan mengikutinya. Alena menganggukkan kepala selanjutnya mengikuti langkah Pak satpam, setelah beberapa lama kemudian akhirnya mereka berdua sampai di lantai enam, di depan sebuah ruangan dengan tembok berwarna putih. “Tok ... Tok ... Tok...! Permisi Pak! “ kata Pak satpam sambil mengetuk pintu ruangan yang berwarna kecoklatan tersebut. “Iya silahkan masuk! “ terdengar suara sahutan seorang laki-laki dari dalam ruangan. Kami berdua masuk kedalam ruangan tersebut, di dalam ruangan terlihat seorang laki-laki yang kira-kira berusia 40 tahunan dengan penampilannya yang masih terlihat lebih muda dari umurnya, dia berdiri dan tersenyum menyambut kedatangan Alena, sedangkan Pak satpam ijin untuk keluar ruangan dan kembali bekerja. “Perkenalkan nama saya, Alena Anaiya Putri Pak !” kata Alena dengan mengulurkan tangan kanannya untuk memperkenalkan diri pada laki-laki itu. “Saya Hartono Manager disini, silahkan duduk Mbak Alena!” jawab Hartono sambil menyambut uluran tangan Alena dan mempersilahkan dia untuk duduk di depan meja kerjanya, yang di atasnya penuh dengan tumpukan dokumen. “Pertama-tama saya ucapkan selamat bergabung dengan perusahaan kami, dan kebetulan Anda sekarang akan ditempatkan di bagian Finance tepatnya di tim document support, namun untuk keseharian, Anda akan bertanggung jawab untuk entry data konsumen, kalau nanti ada hal yang tidak Anda mengerti tentang pekerjaan Anda, bisa ditanyakan langsung ke saya atau ke staff senior yang membimbing Anda!” kata Hartono menjelaskan job description pada Alena. “Baik Pak, saya mengerti, terimakasih banyak,“ kata Alena dengan menundukkan kepalanya. “Sekarang mari ikut saya, akan saya perkenalkan dengan anggota tim yang lain,” kata Hartono sambil berdiri dan berlalu dari ruangannya, dan diikuti oleh Alena dibelakangnya. Setelah sampai disebuah ruangan kerja, Alena dipersilahkan memperkenalkan diri pada semua anggota tim, dan respon mereka sangatlah baik kepada dia. Wajah Alena yang cantik merupakan salah satu daya tariknya, yang membuat semua mata laki-laki di ruangan itu tak berhenti menatapnya, bahkan setelah acara perkenalan selesai pun banyak laki-laki yang mendekati dia hanya untuk sekedar menggoda atau meminta nomer whatsappnya. Alena kebetulan duduk satu meja dengan seorang gadis berkulit hitam manis dengan rambut lurus sebahu, gadis itu tersenyum padanya dan akhirnya mereka berkenalan. “Hallo namaku Vania, semoga kita bisa jadi teman dan patner kerja yang baik ya,” kata Vania dengan sikap sok akrabnya, dengan siapapun dia memang bersikap begitu bahkan dengan orang yang pertama kali dia kenal sekalipun. “Hallo juga Vania, iya semoga kita jadi teman baik ya!” sahut Alena dengan menyunggingkan bibirnya mengukir sebuah senyuman manis. Vania juga termasuk karyawan baru di kantor tersebut , dia baru resmi bergabung dua minggu yang lalu, umurnya baru dua puluh empat tahun, dia gadis yang ceria, tegas dan mudah berteman dengan siapa pun, karena sifatnya yang mudah bergaul membuat dia bisa cepat akrab dengan beberapa karyawan di sana. Beberapa saat kemudian mereka berdua dikagetkan oleh suara seorang laki-laki yang membuat suasana ruangan kantor yang awalnya sepi berubah menjadi tegang. “Ehh yang bener kamu, ngentry data saja bisa selama ini, sebenarnya kamu itu bisa kerja apa enggak? ini konsumen udah marah marah sama aku, kamu enak enggak ikut dimarahin, tapi aku yang dari kemarin jadi sasaran kemarahan mereka terus!” teriak seorang laki-laki dengan menggebrak meja seorang gadis sampai terkejut, gadis itu cuma duduk diam sambil menundukkan kepalanya dan setia mendengar omelan laki-laki itu tanpa berani bergeming sedikit pun, terlihat seorang temannya sedang menenangkan laki-laki itu dan mengajaknya untuk pergi dari tempat itu agar dia tidak membuat keributan yang lebih parah lagi dan menjadi pusat perhatian seisi ruangan kantor. Laki-laki itu bernama Alvin Ardinata, salah satu marketing executive di kantor tersebut, wajahnya tampan rupawan dengan rahang yang tegas, rambut agak bergelombang warna hitam pekat, hidung mancung, alis tebal dan badan yang tinggi kekar, dia salah satu laki-laki mapan yang jadi incaran hampir sebagian besar wanita single di kantor itu, meskipun sikap temperamentalnya sering membuat orang ketakutan, namun itu semua tidak mempengaruhi pesona dalam dirinya sedikitpun. “Iya maaf Mas Alvin, akan aku selesaikan secepatnya ya,“ sahut gadis itu sambil tangannya memainkan keybord komputer dengan jari-jari lentiknya. “Dengar baik-baik ya, aku enggak mau tahu gimana caranya, pokoknya satu jam lagi harus selesai, kalau enggak selesai aku laporin kamu ke Pak hartono, biar kamu dikeluarin sekalian !” kata Alvin sambil membanting sebuah map berwarna merah yang berisi data-data konsumen di atas meja, gadis itu cuma diam tanpa berkata apa pun. Semua orang di dalam ruangan itu sudah biasa melihat kelakuan Alvin yang temperamental seperti itu, namun hal itu adalah hal yang baru bagi Alena, dia terkejut melihat sikap Avin yang dinilainya terlalu berlebihan, spontan dia melirik tajam ke arah Alvin yang sedang berdiri di ujung meja, dan tanpa sengaja pandangan mereka berdua bertemu, sedetik kemudian Alena langsung mengalihkan pandangannya kembali ke arah layar komputer di depannya. Jam sudah menunjukkan pukul 12.10 waktu makan siang telah tiba, semua karyawan sudah berhamburan dari tempat kerjanya masing-masing, ada yang menuju ke kantin karyawan, pantry dan ada juga yang mencari makan di luar kantor, begitu juga dengan Vania hari ini dia sudah ada janji makan siang dengan temannya, jadi dia buru-buru meninggalkan kantor saat jam istirahat baru dimulai, sementara itu Alena dengan santainya mengeluarkan bekal dari dalam tasnya, karena ingin menghemat uang bulanan pemberian orang tuanya, dia sengaja membawa bekal dari rumah sekalian memasak sarapan untuk kakaknya yang bernama Angga, saat dia baru menginjakkan kakinya di kota surabaya dia sudah tinggal bersama dengan Angga, kakaknya itu baru berumur dua puluh lima tahun dan bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di salah satu kantor Dinas di kota surabaya, dia tinggal di rumah kontrakan yang sudah ditempati oleh kakaknya itu sejak 4 tahun lalu. Setelah mengeluarkan bekal Alena pun menuju ke pantry dan duduk di salah satu kursi disana, dia melihat sekelilingnya cuma ada OB dan satu karyawan wanita yang tengah menikmati makan siangnya, beberapa saat kemudian pintu terbuka, muncul seorang laki-laki yang wajahnya familiar dan sepertinya dia pernah melihatnya, “Mas tolong bawain sebuah piring dan sendok ke mejaku ya!” kata laki-laki itu pada OB yang tengah menikmati makan siangnya. “Siap mas Alvin!” kata si OB menyahuti perintah Alvin dan bergegas meninggalkan makan siangnya yang masih belum selesai. “Eehh..enggak usah buru-buru, nanti saja kalau makan siangmu sudah habis, lanjutin dulu!” katanya dengan sopan pada OB itu, dia pun duduk kembali dan melanjutkan makan siangnya. Alena melirik ke arah Alvin, dalam batinnya dia heran kenapa orang ini seakan didewakan di sana, apa kelebihan dia? memang dari segi wajah tidak bisa dipungkuri lagi, dia orang yang sempurna, tidak ada satu pun kekurangan dari wajahnya, tapi perilakunya minus, dia orang yang temperamental, memang apa yang istimewa darinya? berbagai pikiran berkecambuk dibenak Alena, rasa penasaran pun mulai menyelimuti dirinya. ******** “Al, tunggu bentar!” suara teriakan seorang wanita dari belakangnya, sangat mengagetkan Alena, dia menghentikan langkahnya dan menoleh ke asal suara, senyum tersungging di kedua sudut bibirnya. “Kamu tumben banget jam segini sudah datang ke kantor, Van? “ kata Alena keheranan melihat Vania yang datang sangat pagi sekali tidak seperti biasanya. “Aku belum selesai input aplikasi punya Alvin, tuh orang nyeremin banget kalau lagi marahh!” kata Vania bergidik ngeri saat tiba-tiba membayangkan ekspresi muka Alvin saat sedang marah. “Sebenernya dia itu siapa sih? sampai orang-orang tunduk banget sama perintahnya ?” tanya Alena dengan mengernyitkan dahinya. “Dia itu satu-satunya marketing dengan penjualan terbanyak se-jawa timur, jadi para petinggi takut banget kalau kehilangan dia, makanya dia dianak emaskan, apa pun yang diminta pasti tuh diturutin sama kantor pusat, aku juga dengar ceritanya dari mbak-mbak senior, makanya mereka banyak yang takut sama dia, sekaligus dia itu jadi incaran para cewek single di kantor ini loh,” kata Vania menjelaskan dengan sangat antusias. “Terus kalau dia jadi anak emas bisa melakukan semaunya gitu disini? itu sih namannya tidak adil” kata Alena dengan wajah yang menunjukkan kekesalannya. “Yahh mana kutahu, Al, sudahlah ayo kita masuk keburu telat !” Kata Vania sambil menyeret tangan Alena untuk segera memasuki gedung perkantoran lantai sepuluh tersebut. Setelah berjalan beberapa lama mereka akhirnya tiba di ruangan mereka, tidak lama kemudian breafing pagi pun di mulai, setelah melakukan breafing pagi mereka kembali ke meja kerja masing-masing tak terkecuali dengan Alena dan Vania, mereka berdua sibuk berkutat dengan data-data konsumen untuk di entry dan setelah selesai, di serahkan ke bagian pencairan dana. “Al, pulang kerja kita jalan-jalan yukk! sekalian ntar aku ajakin kamu mampir ke tempat kostku, mauu yaaa?” kata Vania yang tiba-tiba membuyarkan lamunan Alena. “Eemmm, tapi aku minta ijin sama Mas Angga dulu ya? “ jawab Alena yang dari tadi tak kunjung menjawab ajakan temannya itu, karena dia bingung akan memberikan alasan apa pada Angga kakaknya, yang sekiranya buat kakaknya itu mengiyakan permintaannya. “Iya Al, pokoknya tar kabari saja yah!” sahut Vania yang dari tadi masih berkutat dengan pekerjaannya. Saat jam makan siang Alena mencoba menghubungi kakaknya, berkali-kali dia melakukan panggilan telepon tapi tak kunjung ada jawaban dari seberang sana, akhirnya dia memutuskan untuk ikut dengan Vania dan meninggalkan pesan w******p kepada Angga, kalau dia akan pulang telat malam ini. Sesuai dengan rencana pulang kerja mereka berdua pergi ke salah satu mall terbesar di kota Surabaya, Alena dan Vania menikmati kebersamaan mereka berdua di sana, pergi nonton bioskop, makan, beli skincare bahkan mereka keluar masuk toko baju dan toko sepatu cuma untuk mencoba dan melihat-lihat saja, entah kenapa mereka merasa ada kecocokan satu sama lain dan terpikir oleh Vania kalau mereka tinggal bersama pasti akan lebih seru. “Al, gimana kalau kamu pindah ke kostan aku, pasti seru tuh kita bisa sering-sering keluar bareng!” kata Vania sambil duduk dan menyedot Thai tea kesukaannya. “Boleh juga tuh, tapi aku takut kalau mau bilang ke Mas Angga, dia orangnya overprotektif banget sama aku, Van. Ehhh, tunggu dulu deh, emang di tempat kostmu masih ada kamar kosong?” tanya Alena sambil memasukkan sendok berisi sebuah pentol bakso kedalam mulutnya. “Tar aku tanya ke ibu kost ku dulu, kalau emang ada yang kosong kamu langsung pindah saja ya,” kata Vania sambil tersenyum ke arah Alena. “Siap Bos, tar aku cari alasan ke Mas Angga, “ sahut Alena sambil membentuk kata OK dengan jari-jari tangan kanannya. Jam sudah menunjukkan pukul 19.30 malam, HP Alena tiba-tiba berdering ada panggilan masuk , dia merogoh saku celananya dan mengambil benda pipih tersebut, ekspresi mukanya langsung berubah saat melihat nama yang terpampang di layar HP-nya. “Ya Mas Angga!” jawab Alena dengan mengernyitkan dahinya. “Kamu dimana ini? sama siapa? pulang jam berapa? sudah makan apa belum? “ tanya Angga di seberang sana, memberondong adiknya dengan berbagai pertanyaan dan seakan-akan tak memberi kesempatan adiknya untuk menjawab semua pertanyaan itu. “Satu satu dong nanyanya Mas, gimana aku jawabnya kalau pertanyaanmu sebanyak itu ?!” sahut Alena dengan kesal. Vania yang melihat Alena cuma tersenyum sendiri, dia sudah tau sedikit banyak tentang sifat Angga, karena berkali-kali Alena tanpa sadar mengulang-ngulang cerita yang sama tentang sifat kakaknya yang overprotektif itu pada Vania. “Ya sudah enggak usah di jawab kirim share lokasi saja, aku jemput kesana!“ kata Angga dengan suara tegasnya disebrang sana. “Aku ini bukan anak TK, Mas! buat apa pakai dijemput-jemput segala, pulang dari sini aku mampir ke kostnya Vania bentar, nanti tak telepon lagi, sudah dulu ya mas, bye!” jawab Alena menutup telepon sambil mengerucutkan mulutnya. “Ha ... Ha ... Ha ....” Tawa Vania meledak. “Apa?! sinis Alena pada dia. “Aku ngakak loh dengerin kamu teleponan sama Masmu, segitunya ya dia sama kamu,” kata Vania sambil tetap menertawakan Alena. “Ahhh sudahlah, Van. Males bahas dia, ayo kita ke kostan mu, abis itu anterin aku pulang ya!” sahut Alena sambil bangun dari duduknya dan berlalu dari tempat makan itu diikuti Vania dibelakangnya. Mereka berdua pulang dari mall dan mampir ke tempat kost Vania, setelah itu vania mengantarkan Alena pulang ke kontrakan Angga, sampai di rumah dia melihat angga sudah tidur terlelap di atas sofa ruang tamu, tidurnya sangat nyenyak sampai langkah kaki Alena dan suara decitan pintu tak membuatnya terganggu sedikitpun. “Ahhh, tau gitu tadi aku enggak buru-buru pulang, Pak satpamnya udah tertidur duluan ternyata,” gerutu Alena dengan suaranya yang lirih dan nyaris tak terdengar. *********

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook