bc

Player Soul

book_age12+
738
FOLLOW
4.9K
READ
city
childhood crush
like
intro-logo
Blurb

MARVEL. Playboy SMA 911 dengan segala pesona yang dimilikinya. Cowok ini memiliki prinsip takkan menyerah sebelum mendapatkan cewek yang diincarnya. Prinsip itu pulalah yang diterapkannya pada Nindy, cewek baru di kelasnya nan cuek dan misterius namun mampu melumpuhkan hati dan pikirannya hanya dengan sebuah tatapan mata.

NINDY. Si cantik yang langsung populer di minggu pertama ia menginjakkan kaki di sekolah barunya, akibat kedekatannya dengan Galang. Cewek ini memiliki prinsip untuk tak menyia-nyiakan masa SMAnya dengan cinta dan persahabatan. Ia tak butuh pacar, tak butuh teman, karena semua itu sudah didapatnya dari sang abang.

GALANG. Keren, berandal, terkenal dan ditakuti di sekolah. Setelah kematian sang ayah, dialah yang bertanggung jawab penuh untuk menjaga dan melindungi Nindy, saudara yang satu setengah tahun lebih muda darinya. Dan saat si playboy Marvel mengincar adiknya, tentu dia takkan mungkin diam saja.

chap-preview
Free preview
[1] Menggoda Iman
Pagi yang biasa. Masih dengan matahari yang terbit di ufuk timur dan sebersit sinarnya yang berhasil melukiskan bayangan hitam dari sosok cowok itu. Cowok berseragam putih abu-abu yang baru saja mematikan mesin motornya di parkiran sekolah. Ia mulai melangkahkan kaki dengan gaya khasnya. Santai, namun selalu berhasil menarik perhatian orang lain. Terutama cewek-cewek, yang tak pernah berhenti memandang kagum akan dirinya. Hampir semua cewek di sekolahnya, tahu pasti siapa dirinya. Playboy dari kelas XI IPA4 yang terkenal suka gonta-ganti cewek, dengan segala pesona yang dimilikinya. Hanya saja sikapnya yang selalu welcome terhadap para cewek, serta wajah tampan anugerah dari Tuhan itulah yang membuatnya tak pernah berhenti menerima sorotan pandangan kekaguman dari mereka. "Pagi, Vel..." sapa seorang cewek berbando pink yang kala itu berpapasan dengannya. "Pagi, Sha.." balas cowok yang ternyata bernama Marvel itu. "Cantik banget lo hari ini," pujinya. Pujian yang selalu ia ucapkan hingga mencapai ratusan kali dalam sehari. Cewek itu tak menjawab. Ia hanya tersenyum dengan rona pipinya yang memerah seketika, kemudian berlalu begitu saja. Marvel memang murah banget ngeluarin kata-kata manisnya ke cewek-cewek. Sering ngobral pujian yang mungkin lebih pantas dibilang fitnah. Buktinya saja cewek yang tadi lewat itu. Bukannya menghina, tapi inilah faktanya. Udah item, pendek, gendut, hidup lagi! Terus malah dibilang cantik sama si Marvel, apa lagi coba namanya kalau bukan fitnah? "Woy, Vel!" Tiba-tiba Gino-salah satu teman dekat Marvel-menepuk pundaknya dari belakang. "Ke mana lo semalem?" "Rumah Rena..." jawab Marvel singkat, tapi jujur. "Ngapain?" tanya Gino yang kemudian ikut berjalan beriringan dengannya. "Biasaaa." "Semalam tongkrongan sepi tuh, nggak ada lo!" keluh Gino, namun Marvel tak menjawab. Hingga akhirnya Gino kembali mengoceh. "Padahal semalam Andini nyariin lo, tau nggak?" "Hah? Serius lo?" tanya Marvel antusias, begitu nama Andini itu disebut. Gino mengangguk. "Kenapa lo nggak kabarin gue?" Rasa kesal dan gemas bercampur dalam satu kalimat yang diucapkan Marvel itu. "Kan elo lagi asyik sama Rena..." jawab Gino, dengan wajah seakan tanpa dosa. "Ya sama Andini lebih asyik lagi, b**o!" Saking kesalnya, satu jitakan keras akhirnya mendarat di kepala Gino. Sang korban bukannya kesakitan, malah tertawa. "Hahhahaaa... lo tau, semalam Andini... GILA!! Cantik banget, meeeeeen!" tutur Gino dengan penuh penghayatan. Sementara Marvel sendiri hanya dapat terdiam, perasaan sesal dan kecewa perlahan merasuki hatinya. "Rambut panjangnya... terurai sempurna. Bibirnya... merah merona. Bodynya..." Mendengar pengakuan Gino yang ia tahu itu hanyalah trik agar dirinya semakin menyesal karena tak hadir di tongkrongan semalam, membuat wajah cowok itu semakin merah membara menahan amarah. "PERGI NGGAK LO?!" bentak Marvel dengan memasang tampang galaknya. Gino kembali tertawa. "Hahhaaa... ngiler kan lo?" tanyanya. "Gue aja masih kebayang terus nih sampe sekarang! Gimana lekuk tubuhnya... Gimana desah suaranya..." sambung Gino dengan tampang yang minta digampar. "Waaah... ngajak ribut lo?!" Kini Marvel telah lebih tenang, namun tantangannya itu nggak main-main. Ia telah bersiap akan mengayunkan tinjunya ke wajah Gino, namun cowok yang menjadi sasarannya itu telah berhasil kabur terlebih dulu. Langsung ngibrit ke kelasnya dengan tawa yang tak ada hentinya. "Gila! Tuh cewek menggoda iman banget, Bro!!" ujar Gino begitu telah sampai di depan kelasnya, namun belum lenyap dari pandangan Marvel. Sepersekian detik berikutnya, sebuah kedondong melayang ke arahnya. Namun dengan sigap ia berhasil menghindar, kembali tertawa lalu masuk ke dalam ruang kelasnya. Sementara Marvel yang baru saja melemparkan kedondong yang ia dapat dari pohon yang tumbuh subur di samping tempatnya berdiri itu, segera mencoba untuk menenangkan diri. Berusaha tenang, padahal bayangan Andini masih terus terbayang. Ia lalu mengambil sisa-sisa kedondong yang mampu ia jangkau, lalu memakan salah satunya. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
53.1K
bc

True Love Agas Milly

read
197.7K
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.9K
bc

HYPER!

read
556.9K
bc

The Ensnared by Love

read
103.8K
bc

Because Alana ( 21+)

read
360.3K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook