bc

Totsuzen (My Student's Dad)

book_age18+
1.1K
FOLLOW
13.4K
READ
second chance
boss
drama
bxg
humorous
single daddy
female lead
city
virgin
like
intro-logo
Blurb

[TAMAT / COMPLETED]

~~ Login F*B/Google, lalu klik LOVE ya, supaya bisa baca dan gampang carinya nanti. Selain itu, LOVE sangat mendukung saya sebagai penulis. Thank you! ~~

|||||||

Perjodohan adalah salah satu misteri dalam kehidupan. Sakura adalah salah satu dari sekian banyak wanita yang telah menanti lebih lama daripada teman-teman sebayanya. Ia berharap ada seseorang yang juga sekian lama menanti untuk bertemu dengannya. Bukankah kisah seperti itu manis untuk diceritakan? Namun tiba-tiba justru sosok seorang 'young and hot daddy' di kelas bahasa Jepang untuk anak-anak yang diajarnya muncul dan ia mulai... jatuh hati padanya.

'Sakura, sadar. Itu laki-laki berkeluarga. Udah punya anak satu lagi. Ngapain kamu?' sambil berpikir dalam hati, ia menyentuh dadanya yang kini mengalirkan debaran yang ia tak tahu bagaimana munculnya saat menatap wajah pria itu.

"Maaf ya kalau saya mengganggu tadi. Oh ya, nama saya Andrew," sebuah tangan besar dan kekar terulur padanya.

chap-preview
Free preview
Hajime
“Segala sesuatu bermula dari satu titik, sesuatu yang kecil dan hampir nggak kelihatan.” *** Namanya Sakura, bukan karena ia berketurunan Jepang tetapi karena maminya menonton serial TV Oshin saat ia masih dalam kandungan. Secantik pohon sakura yang sering terlihat dalam serial itu, begitulah ia. Tak hanya itu, ia memiliki prestasi akademis yang mengagumkan dan merupakan seseorang yang bisa diandalkan. Semua orang pun percaya bahwa pekerjaan apapun yang ia kerjakan pasti berhasil. Sayangnya, kisah cintanya tidak sebrilian itu. Di dalam lingkaran teman-temannya seangkatan, ia merupakan satu-satunya wanita jomblo yang tersisa. Orang tuanya berkata bahwa ia terlalu berfokus pada karirnya. Tak jarang mereka mengeluh karena ia seolah menyepelekan masa depannya. Padahal alasan yang sebenarnya adalah mereka menginginkan seorang cucu. Namun ada satu hal di dalam hati Sakura ini hanya diketahui oleh Kenza, sahabatnya. Sesungguhnya ia mendambakan sebuah kisah cinta yang indah. Pasalnya selama ini kisah percintaannya hanyalah sebatas saling tahu perasaan satu sama lain. Ketika hendak saling menyatakan cinta, ada saja halangannya. Yang menyebalkan baginya, maminya semakin menjadi uring-uringan setiap hari. Salah satunya seperti siang ini di meja makan. “Ampun deh, Mi. Berapa kali sih aku harus bilang lagi ke Mami kalau jodohku itu udah on the way?” Selesai mengeluh, Sakura melahap suapan terakhir nasi goreng seafood buatannya. “Anggap aja gini ya, Mi. Aku tuh lagi nikmatin masa bebasku yang terakhir sebelum nanti nikah.” Liana memperdengarkan desahan kesal. “Pi, omongin deh anakmu yang pertama ini. Terlalu nyantai, nggak inget umur.” Ia mengadu kepada suaminya. Sementara itu, Henry yang sedang asik meminum kopinya itu hanya tersenyum. “Mami emang lumayan cerewet sih akhir-akhir ini.” Ia mendukung Sakura. “Papi!” Wanita berusia lima puluh tiga tahun yang duduk di depan Sakura itu berseru kepada suaminya dengan perasaan kesal. “Udah lah, Mi. Kita tunggu aja daripada mikirin terlalu berat.” Lelaki bermata sipit itu lanjut menikmati makan siangnya. Sakura menunjukkan senyuman puas secara terang-terangan. “Makasih, Pi,” sahutnya lalu meneguk jus jeruk sampai habis dalam tiga tegukan. “Ya udah, aku berangkat dulu ya, Pi, Mi.” Ia mendorong kursinya ke belakang dan berdiri. Diambilnya cardigan yang tersampir di sandaran kursi lalu dipakainya dengan gerakan cepat. “Ya Tuhan, semoga anakku ini ketemu sama jodohnya hari ini.” Liana melipat tangan dan menutup matanya beberapa detik seraya berdoa sekaligus menyindir. Sakura terkekeh geli melihat kalimat yang sama diperdengarkan oleh Maminya setiap kali sebelum ia berangkat kerja. “Amen.” Kata inilah yang juga selalu menjadi tanggapan terhadap doa Liana. Ia kemudian memberikan ciuman singkat di pipi kepada kedua orang tuanya sebelum keluar rumah. Dengan mobil hasil kerja kerasnya selama lima tahun terakhir, Sakura pergi menyusuri kota berjulukan Paris van Java itu. Berangkat bekerja setelah jam makan siang adalah saat yang tepat untuk menghindari kemacetan yang paling dibencinya. Selain terjebak dalam ketidakpastian seperti kisah cintanya, ia pun tidak bisa menggunakan bakat menyetir mobilnya yang mengagumkan. Dering klasik ponsel Sakura terdengar ketika mobilnya baru saja terparkir di depan kursus bahasa tempatnya bekerja beberapa tahun terakhir ini. Nama Kenza tertera di layar dan menciptakan kerutan di dahinya. “Hei, Kenz. Ada apa nih siang-siang telepon?” Begitulah Sakura menyapa segera setelah menggeser tombol hijau ke atas. Bukanlah sesuatu yang wajar jika sahabatnya itu menelepon. Jika bukan karena sesuatu yang penting atau ada maunya, biasanya ia hanya akan mengirimkan pesan. “Sebulan lagi anakku kan lahir, minta tolong dong kamu hubungin si Farrel. Dia kan EO yang bagus tapi sibuk banget. Kalau kamu yang telepon, dia pasti langsung luangin satu hari untuk rayain kelahiran Claudia.” Tepat seperti yang Sakura pikirkan, Kenza sedang ada maunya. “Iya, gampang itu mah.” Sakura menarik kunci mobil dari lobangnya dan mengambil tasnya sebelum keluar dari mobil dan menekan tombol kunci otomatis. “Siapa tahu juga nanti kalian bisa jadi kalau ketemu lagi. CLBK-an gitu.” Dari seberang terdengar suara Kenza sedang cekikikan. Ia paling suka menjodoh-jodohkannya dengan setiap pria yang pernah Sakura atau dirinya sedniri kenal. Sakura mendengus malas. “Kebiasaannya keluar lagi deh,” ucapnya sembari mendorong pintu kaca yang merupakan akses masuk ke gedung. “Pokoknya aku bakalan hubungan Farrel, tapi jangan berharap lebih. Oke?” “Oke deh, babe. Kutunggu kabar baiknya. Maacih.” Kenza memperdengarkan kecupan virtual yang terbawa sejak kuliah sebelum panggilan diputus. Menggeleng-geleng dengan senyuman kecil, Sakura memasukkan ponsel ke dalam tasnya. Ia melakukan absensi dengan retina mata di dekat pintu masuk sebelum menuju ke kelasnya. Waktu menunjukkan pukul satu seperempat siang. Ia masih memiliki empat puluh lima menit sebelum kelas pertamanya dimulai. Ini adalah sif ketiga dari empat sif total yang ada di kursus bahasa tersebut. Sejak awal ia memang memilih untuk memulai bekerja siang hari karena ia menggunakan waktu pagi harinya untuk pekerjaan lepasnya sebagai ilustrator. Ia tidak pernah ingin melepaskan pekerjaan itu karena penghasilan yang didapatkannya lebih besar daripada pekerjaannya sebagai seorang tutor Bahasa Jepang di tempat ini. Meskipun begitu, Sakura menyukai Bahasa Jepang sejak diperkenalkan di SMA. Bukan karena lelaki Jepang dengan wajah rupawan seperti yang teman-teman sebayanya kagumi di masa lampau, tetapi murni karena tata bahasa dan pelafalan yang terdengar sangat indah di telinganya. Sejak saat itulah ia mulai mempelajari bahasa ini dan menjadi fasih berbicara seperti bahasa ibunya sendiri sekarang. Dengan kemampuannya, sebenarnya Sakura bisa menjadi seorang penerjemah tersumpah atau pemandu wisata, atau bahkan bekerja di sebuah perusahaan Jepang. Dapat dipastikan bahwa ia akan diterima karena prestasi akademiknya yang cemerlang. Namun semangatnya mengajari anak-anak kecil sedari dini membuatnya menjatuhkan pilihan untuk mengambil pekerjaan ini. Ia sangat menikmati kebersamaan dengan anak-anak tersebut dan bisa merasa puas jika mereka pada akhirnya bisa berbahasa Jepang. “Minasan, konnichiwa[1],” sapa Sakura dengan semangat yang masih membara meskipun ini adalah kelas ketiganya. Sahutan serentak diperdengarkan dengan riang oleh lima belas anak-anak berusia lima tahun yang didampingi oleh orang tua mereka. Suasana ini betul-betul menghangatkan hati Sakura. “Hari ini, kita belajar tentang Kazoku. Ka-zo-ku. Keluarga. Hai?[2]” “Hai!” Sakura mulai menampilkan presentasi dipenuhi animasi di layar. Semua ini dipersiapkannya berdasarkan apa yang paling menarik perhatian anak-anak dan membuat mereka cepat mengerti. Sebagai tambahan, ia memberikan permainan kecil sebagai sarana latihan. Alhasil, mereka semua menyukainya dan bahkan menikmati kelas ini. Hanya saja tidak semua dari yang hadir di kelasnya kali ini benar-benar puas dengan pengajaran Sakura. Seorang pria yang merupakan ayah dari salah satu muridnya mengangkat tangan dan bertanya kenapa Sakura mengulang pelajaran minggu lalu terlalu lama di sesi ini. “Hana itu penangkapannya cepet banget, Sensei[3]. Jadi kalau diulang-ulang terus seperti ini, dia bisa bosan.” Pria itu menjelaskan mengenai situasi anaknya. Namun apa yang dilihat Sakura berbeda dari ucapan pria itu. Di matanya Hana tampak riang mengikuti pelajaran. Oleh karena itulah ia berusaha untuk tetap tenang menanggapi kritikan yang disampaikan untuknya. “Baik, Pak. Semisal Hana memang sudah mengerti dan sampai merasa bosan, Bapak boleh berbicara dengan saya secara empat mata untuk mengatasi masalah ini.” Perkataannya terkesan tenang dan tanpa emosi. Sakura kembali melanjutkan pelajarannya yang tinggal lima belas menit itu dengan memutarkan video penutup terakhir. Matanya menjelajah seisi kelas untuk memperhatikan bagaimana reaksi dan respons setiap muridnya. Namun tanpa sengaja matanya bertautan dengan mata pria tadi dan ada rasa kesal tercipta. Setelah video selesai, pria yang sama lagi-lagi menyela kelas dan menyampaikan keluhan lainnya mengenai lambatnya konten video itu diputar. Apa-apaan sih orang ini? Kerjaannya ngomel melulu. Kepingin aku jejalin kaos kaki bau aja deh mulutnya itu. Batin Sakura meronta ingin meneriaki pria itu. Namun sebagai seorang pengajar yang dijadikan contoh, Sakura tidak boleh mengutarakan unek-uneknya di depan semua orang. Ia bisa mengontrol emosinya. “Setelah kelas ini, Bapak bisa berbicara secara pribadi dengan saya. Mohon menunggu dan biarkan saya selesaikan kelas ini.” Ucapan Sakura disetujui oleh para orang tua lainnya yang memandang pria itu dengan tatapan kesal. Tanpa kata terucap, pria itu mengangguk setuju. [T-MSD] Keterangan: [1] Semuanya, selamat siang. [2] Ya [3] Guru

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Skylove (Indonesia)

read
109.0K
bc

Cici BenCi Uncle (Benar-benar Cinta)

read
199.6K
bc

Mas DokterKu

read
238.6K
bc

Guru BK Itu Suamiku (Bahasa Indonesia)

read
2.5M
bc

RAHIM KONTRAK

read
418.1K
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
15.4K
bc

Perfect Marriage Partner

read
809.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook