bc

Metanoia Leveler

book_age16+
173
FOLLOW
1K
READ
adventure
reincarnation/transmigration
tragedy
straight
ambitious
male lead
multiverse
supernatural
special ability
weak to strong
like
intro-logo
Blurb

[JANGAN LUPA FOLLOW DAN TAP LOVE SEBELUM MEMBACA] Sebuah menara misterius tiba-tiba muncul di tengah kota. Kemunculannya seperti kiamat yang merenggut kehidupan banyak jiwa. Disusul oleh rangkaian bencana alam mengerikan yang turut menyertai.

Wirya, seorang kuli panggul di pasar induk. Tiba-tiba tersadar di suatu tempat misterius bersama ribuan orang lain dari seluruh penjuru dunia. Suatu tempat di mana segala imajinasi akan kegilaan dunia... jadi nyata.

Pintu menuju dunia penuh petualangan telah dibuka.

"Mulai hari ini kalian adalah leveler!"

Cover: Freepict

chap-preview
Free preview
Kelahiran Sang Glendan
Hai, aku Arslan Cealach. Narator dari kisah ini. Sekarang kalian akan membaca babak pertama dari epik panjang petualangan para leveler. Melalui chapter berjudul... "Kelahiran Sang Glendan." Selamat menikmati. +++++++ Di suatu pasar induk saat tengah hari yang terik. Seorang pemuda yang berprofesi sebagai kuli angkut barang tengah hilir mudik melakoni pekerjaannya. Ia mengenakan singlet berwarna oranye gelap dengan celana pendek berbahan jelek yang asal jadi saja. Keringat mengaliri nyaris seluruh tubuhnya. Membuat penampilannya tampak sangat kumuh bin jorok. Ditambah terpaan debu yang menghantam permukaan kulit. Entah debu jalanan, debu knalpot kendaraan, debu dari tanah, maupun debu dari mana saja. Tak ia pedulikan semua itu. Ia harus bergerak ekstra cepat demi memenangkan persaingan antar kuli panggul. Bobot delapan karung beras pun tak terasa berat untuk ia pikul. GLDUK GLDUK GLDUK GLDUK GLDUK GLDUK GLDUK!!! Tak ada angin tak ada hujan. Tiba-tiba lokasi tempat pasar induk berada dilanda oleh gempa ringan. Nyaris ia jatuhkan beban di punggungnya. Untung segera kembali ia stabilkan posisi. Saat ingin kembali melangkah memasuki pasar. Orang-orang yang berada di dalam pasar malah berbondong-bondong keluar dan menatap ke langit. Membuat para kuli panggul yang hendak masuk pasar menarik langkah dan ikut-ikutan melihat ke angkasa. "Kok tiba-tiba langitnya jadi gelap seperti ini, ya?" tanyanya sendiri. Ikut nanar menatap langit yang jadi seperti menjelang malam alias senja. Padahal saat ini jam satu siang juga belum ada. Masih sangat tengah hari di tengah musim panas yang (tadinya) terik pula. Tak lama kemudian petir mulai menyambar-nyambar. CTAAR CTAAR CTAAR!!! Membuat suasana pasar induk yang tadinya normal. Menjadi kacau balau seketika. Orang-orang langsung kembali berdesakan untuk masuk ke dalam pasar. Mendeteksi hujan lebat yang kiranya akan datang. Pemuda bernama Wirya itu bersama kuli panggul lain yang masih di luar tak merasakan hal yang sama. Langit siang ini aneh. Dari cerah biru azura yang memanjakan mata. Menjadi gelap pekat bak langit senja. Aliran listrik langit menyambar-nyambar dengan suara yang memekakkan telinga. Namun, tak juga terasa setetes air pun turun mengiringinya. Pemuda itu bersama orang-orang lain yang tak cukup "beruntung" untuk khawatir hanya pada basah atau kotor. Terus melanjutkan aktifitas mereka mendulang. "Receh-receh" rupiah yang digunakan untuk terus bertahan hidup. Dunia siang hari itu takbegitu bersahabat. Setelah tenang sesaat. Gempa-gempa berskala kecil kembali terjadi. Orang-orang yang sudah terlanjur masuk ke dalam pasar pun berbondong-bondong kembali keluar. Langit menjadi semakin gelap dengan kilatan-kilatan petir. Para pemilik toko kembali masuk ke dalam pasar untuk menutup kios mereka. Sepertinya alam kali ini sudah tidak main-main. Pemuda itu bersama para kuli panggul lain pun jadi tak bisa mendapat penghasilan optimal hari ini. Hanya selembar uang lima puluh ribuan yang berhasil mereka dapatkan. "Oaalah, Wiryo, Wiryo, dino iki gor entok sitik. Pedagang karo pembeli podo kukut kabeh. Piye arep ngeke'i anakku bondo ngge sekolah iki (oaalah, Wirya, Wirya, hari ini hanya dapat sedikit. Pedagang dan pembeli pada berbenah semua. Bagaimana mau memberi anakku uang sekolah ini)," curhat seorang kuli panggul sama sepertinya dalam bahasa Jawa. "Iyo yo, Mas. Alam dino iki aneh (iya ya, Mas. Alam hari ini aneh)," balas Wirya menatap ke langit yang tampak siap mengamuk lebih garang. CTAAR CTAAR CTAAR!!! Petir menyambar-nyambar dari angkasa. Seolah menunjukkan tengah banyak iblis yang sedang dicambuk oleh cemeti malaikat di langit. Membuat nyaris semua orang berteriak-teriak ketakutan. Ingin segera kembali ke kediaman masing-masing. Wirya menatap dengan raut wajah yang sangat khawatir. "Yo uwes, Wir. Aku arep muleh disek. Pasti bocor omahku. Mesakne anak bojoku nek keademen. Uwes, rezeki sitik yo sing penting ki syukure. Yo po ra? (Ya sudah, Wir. Aku mau pulang dulu. Pasti bocor rumahku. Kasihan anak istriku kalau sampai kedinginan. Sudahlah, rezeki sedikit juga yang penting itu rasa syukurnya. Benar apa tidak?)," nasihat bapak-bapak bernama Sukamto itu. Wirya tersenyum tipis turut melambaikan tangan pada Pak Sukamto yang siap pulang ke rumah. Sebelum alam hari ini jadi semakin menakutkan. Ia sendiri juga bergegas mengambil tas berisi pakaian ganti yang ia sembunyikan di sela-sela toko orang. Dan mengganti pakaian sebelum pintu-pintu pasar benar-benar ditutup. Tak jarang ia bertabrakan dengan orang-orang yang berlarian. Gempa-gempa kecil masih terjadi beberapa kali. Disusul amukan listrik langit. Membuat anak-anak kecil tak bisa lagi menahan air matanya. Situasi baik di dalam maupun di luar pasar kala itu benar-benar kacau. Kini Wirya sudah berpakaian rapi. Dengan kemeja kotak-kotak lengan panjang. Dan celana berwarna khaki. Ia ganti sandal Swallow-nya dengan sneakers warna senada. Ia tenteng tas gembloknya. Siap berdesakan mencari keselamatan seperti orang lain. Saat sudah sampai di luar. Bukannya buru-buru kembali ke rumah. Orang-orang malah terdiam seperti terpaku di tempat mereka berdiri. Menunjuk-nunjuk pemandangan tak biasa di kejauhan. Gempa semakin besar membuat semua orang kembali berhamburan. Meninggalkan anak-anak mereka. Melepaskan harta benda mereka. Tangis dan teriakan pecah di mana-mana. Tak menemukan muara. Wirya pun nyaris kehabisan nafas menyadari hal yang tengah terjadi pada dunia. GRDUK GRDUK GRDUK GRDUK GRDUK GRDUK GRDUK!!! Suatu menara batu besar. Yang entah apa dan bagaimana muncul di tengah kota. Keluar begitu saja dari dalam perut bumi. Menjulang semakin tinggi. Hinga terlihat oleh sepenjuru kota. Bahkan sepenjuru negara ini bisa jadi. Apakah kiamat akan terjadi? Atau... apa kiamat tengah terjadi? Apa alam semesta akan mati hari ini? Seluruh koneksi internet dan telepon tidak lagi tersambung. Mayat anak-anak kecil dan orang-orang tak berdosa yang tak kuasa melewati seleksi alam bergelimpangan di jalanan. D-a-r-a-h dan o-r-g-a-n tubuh manusia berceceran di mana-mana. Seolah semua itu hal yang biasa saja. Seorang ibu tak lagi peduli pada bayi kecil mereka. Seorang pria yang baru saja menikah tak lagi peduli pada gadis yang baru ia nikahi. Seorang pedagang sukses tak peduli pada harta benda yang baru saja ia dapatkan. CTARR CTARR CTARR CTARR CTARR CTARR CTARR!!! Petir terus menyambar-nyambar. Turut menyemarakkan suasana. Skala gempa yang terjadi semakin tinggi. Grrduk grrduk grrduk grrduk grrduk grrduk grrduk. "Haahh... haahh... haahh... tolong... tolong selamatkan aku..." Wirya hanya ingin kembali ke rumah di mana ia tumbuh besar. Air asin dari kedua pelupuk matanya menetes deras bak gadis habis putus cinta. Tak boleh ia biarkan hidupnya berakhir hari ini. Dengan cara seperti ini. Masih banyak hal yang harus ia lakukan dalam hidup. Masih banyak hal yang sudah ia mulai dan harus ia selesaikan. Masih banyak hal yang harus ia ketahui. Karena sepanjang ia hidup telah terlalu banyak misteri yang sudah terjadi! AKU TIDAK BOLEH MATI! AKU TIDAK BOLEH MATI HARI INI! AKU TIDAK BOLEH MATI! AKU TIDAK BOLEH MATI HARI INI! AKU TIDAK BOLEH MATI! AKU TIDAK BOLEH MATI HARI INI! AKUTIDAK BOLEH MATI! AKU TIDAK BOLEH MATI HARI INI! AKU TIDAK BOLEH MATI! AKU TIDAK BOLEH MATI HARI INI! AKU TIDAK BOLEH MATI! AKU TIDAK BOLEH MATI HARI INI! AKU TIDAK BOLEH MATI! AKU TIDAK BOLEH MATI HARI INI!!! Rasanya semua orang di sekitar sana memikirkan hal yang sama seperti dirinya. Tapi, tak ada yang tau perihal nasib manusia. Menara batu hitam itu tumbuh semakin tinggi. Melahirkan gempa-gempa yang semakin membuat sempoyongan. Gedung-gedung pencakar langit yang dibangun serta dirancang oleh para insinyur serta arsitek kenamaan dunia itu pun pada berguguran. Runtuh hancur berantakan. Menambah daftar panjang kematian. Gambaran-gambaran mengerikan yang dulu hanya bisa mereka saksikan di dalam layar pertunjukan. Kini menjadi kenyataan. Tapi, karena situasi kali ini jauh lebih mengerikan. Semua kengerian dalam layar kaca yang sudah bagai neraka itu jadi tak lagi ada artinya. "Aaaaaaaakkkhhh!!!!!!!!!!!!!!" "Tolong saya!!!!!!!!!!!!!!" "Huwaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!" "Sakiiiiiiiiit!!!!!!!!!!!!!!!!" "Waaaaaaaaaaaakkkhh!!!!!!!!!!!" "Tolong saya!!!!!!!!!!!!!!" "Waaaaaaaaaaaakkkhh!!!!!!!!!!!" "Tolong saya!!!!!!!!!!!!!!" "Waaaaaaaaaaaakkkhh!!!!!!!!!!!" Wirya belum pernah membayangkan sepanjang hidupnya. Hal segila ini akan terjadi dalam rentang usianya yang pendek. Yang baru juga melewati tahun pertama setelah berusia dua dasawarsa. Teriakan. Tangisan. Erangan. Raungan. Ucapan-ucapan tanpa makna. Semua melebur menjadi satu melengkapi "kiamat" yang tengah terjadi. Apakah ini merupakan suatu kiamat besar. Atau hanya salah satu bagian dari daftar panjang kiamat kecil. Tak ada yang tau soal hal itu. Gempa belum berhenti. Menara hitam di kejauhan tumbuh semakin tingi. Seperti sebuah pohon tanpa dahan, ranting, dan juga daun. Menjulang tinggi mencakar angkasa. GRDUK GRDUK!!! GRDUK GRDUK GRDUK!!! GRDUK GRDUK GRDUK!!! GRDUK GRDUK GRDUK!!! GRDUK GRDUK GRDUK!!! GRDUK GRDUK GRDUK!!! GRDUK GRDUK GRDUK!!! +++++++ Apakah yang akan terjadi pada mereka selanjutnya? Dapatkah kau menerka?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.6K
bc

Kembalinya Sang Legenda

read
21.6K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.0K
bc

Time Travel Wedding

read
5.1K
bc

Romantic Ghost

read
161.9K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
2.0K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
145.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook