bc

My CEO My Husband

book_age18+
2.4K
FOLLOW
27.8K
READ
billionaire
CEO
drama
sweet
bxg
ambitious
city
first love
friendship
virgin
like
intro-logo
Blurb

Saat hatinya mulai menentukan pilihan, kekacauan hadir dengan kembalinya sang mantan tercinta yang sama menginginkannya seperti kedua CEO yang sedang mendekatinya.

Banyak hal tak terduga yang terjadi di hidup Dhira. Teka teki tentang status Pratama yang sesungguhnya, fakta di balik perginya sang mantan yang meninggalkannya begitu saja hingga pengkhianatan serta rahasia besar di balik perjodohan itu.

chap-preview
Free preview
Rasa hangat.
Semilir angin malam mulai terasa menembus permukaan kulit mulus nan putih berseri milik perempuan berparas cantik, bertubuh layaknya super model dengan bodi aduhai yang bernama Nadhira Zatuna Wijaya. Menggunakan gaun panjang membentuk tubuh dengan belahan yang mencapai setengah paha serta mengekspos bagian pungungnya, Dhira berjalan santai memasuki gedung apartemen tempatnya tinggal menuju lift. Tiba tiba terdengar suara seorang pria yang sangat ia kenali tepat berada di belakangnya. "Coba lihat, gadis cantik ini sepertinya baru saja pulang dinner bersama pria lain." Pria itu berdiri tepat di belakang Dhira. Dhira membalikkan tubuhnya dengan cepat, dirinya sungguh kaget saat menyadari sang pemilik suara adalah pria yang dalam beberapa hari ini selalu membuatnya kesal. 'Mas Tama? Kenapa dia ada di sini?' Batin Dhira bertanya. Pintu lift terbuka, perempuan itu berniat untuk menghindari Tama tapi dengan sigap tangan Tama melingkar di pinggulnya bahkan ia tak memberi Dhira kesempatan untuk melepaskan diri dari dekapannya. "Tolong lepaskan tangan kamu mas, nanti ada yang melihat," ucap Dhira sedikit kesal dengan pandangannya yang tetap lurus. "Apa kamu melihat ada orang lain disini? Lagipula saat ini kamu telah menjadi kekasih ku," sahutnya santai. Dhira berdecak kesal sambil menghentakkan kaki kanannya. Dan sialnya ia harus terjebak bersama Tama di dalam lift selama kurang lebih dua menit karena apartemennya berada di lantai 18. "Sejak kapan mas nyatain perasaan ke aku? Kemarin kan kita ha-" Perempuan itu tak melanjutkan kalimatnya saat Tama mendekatkan wajahnya hingga membuat Dhira semakin terhimpit pada dinding lift. Dhira tampak mengutuki dirinya dalam hati, 'Bisa bisa mulut sialan ini melontarkan kata kata yang membuat mas Tama bertindak seintens ini.' Dhira menatap iris hitam tajam milik Tama, tanpa terduga Tama melumat bibir merah Dhira hingga membuatnya terkejut dengan keberadaan bibir Tama yang kini tengah bertautan padanya. Sayangnya, lumatan bibir Tama berhasil membuat Dhira terlena dan hampir memejamkan kedua matanya sebelum Tama mengakhiri lumatannya. "Apakah cukup mewakili perasaanku sayang?" bisik Tama tepat di balik telinga Dhira sembari membelai lembut wajah mulus perempuan bertubuh sexi itu. Seketika bulu roma Dhira berdiri saat merasakan hembusan nafas Tama yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Dhira hanya tertunduk sembari menggigit bibir bawahnya untuk menutupi rasa grogi serta rona merah yang mulai terlihat di wajahnya. "Kamu terlihat begitu sexy dengan gaun ini. Apakah makan malam ini begitu spesial hingga membuatmu berpenampilan seperti ini? Hah?" Jemari Tama berjalan naik turun di bagian punggung Dhira yang terekspos dengan jelas. Dhira menelan salivanya saat merasakan jemari kekar yang menjalar di punggungnya dengan lembut. Entah kenapa Dhira merasakan kehangatan setiap sentuhan yang dilakukan oleh Tama, kini perasaan dan pikirannya mulai tak sejalan bahkan ia tak menolak sentuhan demi sentuhan lembut dari pria yang berhasil mencuri ciuman pertamanya itu. Dhira mulai mengembalikan kesadarannya, "Lepaskan mas, beraninya kamu menyentuhku tanpa meminta izin dariku." Dhira mendorong d**a Tama hingga membuat Tama mundur dan memberi jarak pada keduanya. Tama tersenyum penuh kemenangan saat berhasil membuat Dhira terjebak dalam situasi seperti itu, bahkan ia bisa menangkap dengan jelas wajah yang merona dari perempuan cantik yang ada dihadapannya saat itu. "Siapa dia?" Tama menatap datar pada Dhira . "Tsh, apa urusan mu?" jawab Dhira dengan wajah yang sedikit mendongak. "Mulai hari ini kamu milikku, dan semua urusanmu menjadi urusanku juga, aku tak menerima penolakan." Tatapan tama begitu tajam bak anak panah yang siap menancap kapan pun. "Kamu ke-" Cup... Tama kembali melumat habis bibir Dhira tanpa memberikan aba aba, tangannya kembali menjalar di punggung polos milik Dhira dengan begitu lembut hingga membuat Dhira secara refleks mengalungkan kedua tangannya di leher Tama. Apa yang ada di fikiran Dhira saat itu hingga membuatnya tergoda? Entahlah, yang jelas perempuan itu merasakan kenikmatan tersendiri saat merasakan kelembutan bibir Tama untuk kedua kalinya. 'Aahh... Ada apa dengan ku? Kenapa aku justru menikmati bibir lembut ini? Kenapa aku enggak bisa menolak sentuhan pria dingin ini?' Batin Dhira di sela sela kecupan Tama padanya. Dhira kembali tersadar dari tindakan bodohnya dan mendorong d**a Tama dengan kuat hingga lumatan itu lagi lagi terlepas. Lalu menyeka bibirnya dengan tangan kanannya. Untuk kesekian kalinya Tama mengurai senyum kebahagian atas kenenangannya. "Aku juga tinggal di sini, tepatnya satu lantai dari tempat mu. Jadi kita akan lebih sering bertemu bahkan menghabiskan waktu bersama." Tama kembali membelai lembut wajah Dhira. Ting... Pintu lift kembali terbuka tepat di lantai 18. Dhira berlari meninggalkan Tama yang masih berdiri menatapnya dengan senyum sarkas di wajahnya. 'Kau masih tak berubah, membuatku selalu merindukanmu bidadari kecilku.' Tama membatin dengan senyuman tak terbaca. Setibanya di depan pintu apartemen miliknya, Dhira menoleh ke sekeliling memastikan Tama tak membuntutinya. Saat merasa telah aman Dhira segera masuk kedalam apartemennya dan membersihkan tubuhnya sebelum akhirnya merebahkan tubuh idealnya ke atas kasur empuk yang menjadi tempat teramat nyaman baginya setelah melakukan berbagai aktifitas selama sehari penuh. Hari telah menunjukkan pukul 00:33 dini hari, tapi mata Dhira masih enggan terpejam. Dengan penuh kegelisahan Dhira berbaring di atas kasur, fikirannya masih tak bisa menghilangkan bayangan wajah Tama dengan lumatan hangat yang masih terasa melekat di bibirnya. Dhira merasa heran dengan dirinya sendiri yang secara terang terangan menerima sentuhan dari pria yang baru beberapa hari ini ia kenali itu, bahkan ia hampir kehilangan kewarasannya. Sialnya lagi, tubuhnya seperti membutuhkan sentuhan hangat itu padahal ia selalu menghindari sentuhan dari pria pria lain yang pernah singgah di hatinya. "Bagian mana yang salah dari diriku?" Dhira bermonolog sendiri sambil menggeleng gelengkan kepalanya cepat. "Sadarlah Dhira sadarlah," ucap Dhira sembari memejamkan kedua matanya yang telah terasa berat. Kriiiing... Suara jam weker berhasil membuat kedua matanya terbuka perlahan. Ia mengambil asal suara itu di atas nakas yang berada di samping kasur, kemudian mematikannya. Dhira segera bangkit dari kasur empuknya dan bergegas mandi lalu bersiap untuk berangkat kerja, karena pagi ini ia akan di jemput oleh Arjuna yang telah menuju ke apartemennya. Dengan sedikit terburu buru Dhira melangkahkan kakinya ke luar gedung apartemen. Ia kembali teringat perkataan Tama yang mengatakan bahwa ia juga tinggal di gedung apartemen yang sama dengannya. Saat itu kecemasannya terlihat jelas karena takut akan kehadiran Tama yang tiba tiba membuatnya semakin cepat melangkahkan kaki keluar, tak sabar ingin segera memasuki mobilnya yang sedang di kendarai oleh Arjuna. "Maaf lama mas." Dhira mengatur nafasnya yang terengah engah sembari mengibas ngibaskan tangan tepat di depan wajah. Arjuna menatap Dhira dengan senyuman tipis di wajah, mungkin baginya Dhira terlihat aneh hingga membuatnya menatap dalam. "Mas? Apa ada yang lucu dengan ku?" tanya Dhira sembari menyalipkan beberapa rambut tepat di telinganya. "Ah enggak, mas hanya terpukau dengan kecantikan alami yang kamu miliki," sahut Arjuna membuat Dhira tersenyum kegirangan mendengarkan pujian itu. "Bisa saja." Dhira tersenyum kecil menutupi rasa malunya. Arjuna mengemudikan mobil Dhira dengan kecepatan standar, menembus jalanan ibu kota yang padat dengan kendaraan roda empat menuju ke kantor Dhira. Sepanjang jalan tak banyak yang mereka bicarakan hanya seperlunya saja bahkan Arjuna lebih banyak mengikuti alunan lagu yang sengaja di setelnya. Sementara Dhira masih sibuk dengan handphone miliknya membalas pesan singkat via aplikasi tertentu dari Noni yang menanyakan keberadaannya saat ini. "Mas nanti gimana ke kantornya? Apa nggak telat?" Tanya Dhira saat hampir tiba di kantornya. "Edo sudah menunggu mas di kantor kamu, mas sengaja memintanya untuk tiba lebih awal agar mas enggak merepotkan kamu," ujarnya dengan santai. "Edo?" Dhira mengerutkan dainya. "Dia sekretaris mas, dia juga menjadi orang kepercayaan mas selama lima tahun ini." Arjuna kemudian melepaskan sabuk pengamannya dan mematikan mesin mobil. Arjuna mendekati Dhira hingga berjarak hanya beberapa centi saja. Di genggamnya lembut tangan Dhira seraya menatapnya penuh arti, "Apa mas bisa memilikimu, Dhira?"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.0K
bc

Married By Accident

read
224.1K
bc

The Ensnared by Love

read
103.8K
bc

Accidentally Married

read
102.6K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.2K
bc

CEO Dingin Itu Suamiku

read
151.4K
bc

Playboy Tanggung Dan Cewek Gesrek

read
462.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook