bc

Sorry My Wife

book_age18+
719
FOLLOW
5.1K
READ
love-triangle
family
forced
goodgirl
drama
bxg
betrayal
affair
cuckold
polygamy
like
intro-logo
Blurb

Bercerita tentang seorang pria bernama Al yang memiliki 2 istri (Lisa dan Manda). Dia terpaksa menikah lagi dengan mantan pacarnya karena paksaan orang tuanya. Istri pertamanta tidak bisa hamil sehingga papah-mamahnya memaksa dia untuk berpoligami demi mendapatkan keturunan.

chap-preview
Free preview
Menikah lagi?
"Kapan kamu akan memberikan saya cucu?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut mertua Lisa. Lisa sudah 4 tahun menikah dengan putra kebanggaan dari wanita tersebut. Akan tetapi sampai detik ini Lisa belum juga bisa mengandung anak Aldevaro. Pernikahan Lisa awalnya tidak ada masalah sedikitpun. Semua berjalan dengan baik-baik saja. Meski dia ini cuma seorang wanita biasa namun orang tua suaminya merestui hubungan mereka. Lisa Deswita, wanita sebatang kara yang sejak kecil sudah menjadi yatim piatu dan dibesarkan di panti asuhan. Wanita 27 tahun itu sebelum menjadi istri dari Aldevaro, ia seorang asisten pria tersebut. Hingga benih-benih cinta timbul pada keduanya dan mereka berpacaran hingga memutuskan menikah saat keduanya sudah merasa siap berumah tangga. Namun, sudah 4 tahun pernikahan Lisa dan Al, wanita itu belum juga mengandung anak pria itu. Al yang seorang putra tunggal dari Arya Wijaya yang terkenal sebagai salah satu politikus terkaya dituntut oleh kedua orang tuanya untuk segera memiliki penerus. Aldevaro yang disapa Al ini seorang pengusaha sukses. Ia terlahir dari keluarga kaya raya. Apapun yang ia inginkan dapat ia dapatkan dengan mudah. Ia juga bisa melakukan apapun yang ia suka. Pria 29 tahun itu meski kaya raya tapi sangat berwibawa. Ia terkenal bos yang baik di kantor, ramah, dan perhatian pada karyawannya termasuk Lisa pada saat itu. Wanita itu ia buat jatuh cinta kepadanya hingga mereka jadian dan menikah. Lisa tidak menyangka Al menyukainya. Pada awal mereka dekat, Lisa sempat berpikir Al hanya mempermainkannya saja tanpa ada niat serius, tetapi lama kelamaan keseriusan pria itu dapat terbuktikan saat Al memutuskan melamar Lisa. 4 tahun yang lalu adalah momen terbaik yang Lisa dan Al rasakan. Akan tetapi setelah beberapa tahun pernikahan mereka berjalan perlahan keadaan berubah. Orang tua Al yang awalnya baik pada Lisa perlahan berubah. Sering menyakiti batin Lisa dan menganggap Lisa istri yang tak berguna. Orang tua Al yang tidak sabaran ingin meminang cucu membuat keduanya jadi serakah dan seenaknya berucap hingga memojokkan Lisa. Akan tetapi Al selalu ada di pihak Lisa. Apapun perkataan buruk yang orang tuanya lontarkan pada Lisa, ia tidak pernah menyalahkan istrinya. Meski Lisa dikatakan mandul oleh orang tuanya ia tetap mencintai wanita itu dengan apa adanya. "Lisa, kapan kamu memberikan saya cucu?" tanya Resi kembali karena menantunya itu tak menjawab pertanyaannya. Menantunya itu cuma diam menunduk sehingga ia merasa muak. Lisa yang duduk di sofa memilan ujung bajunya. Lagi, ia dipertanyakan soal anak. Hampir setiap hari mertuanya itu menyuguhkan pertanyaan yang sama padanya hingga ia merasa terbebani. Ia sangat ingin segera memberikan cucu untuk mertuanya itu, tapi mau bagaimana sampai saat ini belum ada tanda-tanda ia hamil. Ia juga sudah berusaha tapi hasilnya masih belum ada. Lantas, apakah mertuanya pantas menyalahkannya lantaran sampai detik ini juga ia tidak mengandung? Harusnya tidak. "Maaf Mah, sampai saat ini Lisa belum bisa memberikan Mamah cucu. Lisa sudah berusaha, tapi sampai detik ini juga hasilnya masih belum ada. Lisa benar-benar minta maaf ke Mamah," jawab Lisa dengan menundukkan wajahnya. Resi menghela napas kasar. "Sudah 4 tahun kamu menikah dengan anak saya, tapi tidak hamil-hamil juga. Apa jangan-jangan kamu ini benar-benar mandul?! Percuma saya mengizinkan Al menikahi kamu, kalau tahu akan seperti ini! Dari awal saya memang tidak ingin menyetujui Al menikahi kamu. Tapi dia memaksa saya untuk memberikan restu. Tapi lihat sekarang, wanita yang dia nikahi tidak bisa memberikan apa-apa! Sudah tidak punya harta, tidak bisa ngasih keturunan pula!" ketus wanita itu lalu mendengus dan melenggang pergi meninggalkan Lisa seorang diri. Lisa menggigit bibit bawahnya. Ia tahan rasa sakit di dadanya. Dadanya terasa seperti diremuk-remuk. Belakangan ini memang mertuanya itu kelewatan ucapannya sampai melukai perasaannya. Lisa menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ia begitu putus asa. "Harus sampai kapan aku seperti ini? Aku sudah tidak tahan lagi, sakit sekali rasanya setiap kali mendengar perkataan mamah," gumamnya mengeluh. Selama 4 tahun ini tak bisa ia pungkiri rasa tak nyaman tinggal dengan mertuanya. Sejak awal ia memang tak diperlakukan istimewa di rumah ini. Namun, sekarang rasa tak nyaman itu semakin bertambah sejak mertuanya terang-terangan menyakiti hatinya. Ternyata benar yang dikatakan orang-orang, selama masih tinggal dengan mertua maka penderitaan seorang istri tidak akan pernah berakhir. 4 tahun sudah hidup bersama mertua membuat ia tekanan batin. Namun, untungnya suaminya tidak berpihak pada orang tuanya. Jadi setidaknya di rumah ini ada yang masih berpihak padanya. "Hai Sayang." Pria berdasi tersenyum lebar. Lisa menoleh. Ia melihat pria gagah yang tersenyum lebar padanya. Segera ia hampiri pria tampan itu dan memeluknya dengan sangat erat. “Kamu nangis lagi?” tanya pria yang bernama Aldevaro Wijaya itu. Suami Lisa. Lisa melepaskan pelukannya. Ia menggeleng. “Terus ini apa?” Al menujuk mata Lisa yang merah. Lisa cemberut sambil menundukkan wajahnya. Al mengangkat wajah wanita yang menjadi tulang rusuknya itu. Ia tersenyum. Ia mencium keningnya dan memberikan pelukan hangat. “Maafin aku ya, mamah pasti menyakiti kamu lagi.” “Gak apa-apa, Mas. Aku sudah terbiasa.” Al mengusap kepala Lisa. Ia melepaskan pelukannya. Ia menggandengan tangan wanita itu dan membawanya ke sofa. "Aku ada hadiah buat kamu." "Apa?" "Coba tebak." "Aku gak tau." "Tebak dulu." "Aku lagi malas mikir, Mas." Al tertawa. Ia mengusap kepala Lisa. “Ya ampun istriku, disuruh mikir sedikit aja malasnya minta ampun.” “Ya maaf. Aku lagi gak enak hati, Mas.” “Gak enak hati? Maksudnya?” “Perasaan aku lagi gak nyaman, Mas.” “Astaga, kamu ini buat Mas mikir aja.” “Jadi hadiahnya apa?” Al merogoh sakunya. Ia mengambil kotak persegi dan membuka penutupnya. “Gimana, kamu suka?” Ekspresi Lisa berubah. "Kamu beli perhiasan lagi, Mas?" "Iya." Al mengambil kalung itu dan menunjukkannya. "Cantik, kan?" "Aku harus berapa kali bilang sama kamu Mas, jangan beri aku barang mahal," omel Lisa. Ia suka kalung cantik itu namun, efeknya jika mertuanya tahu jika Al membelikannya barang mahal ia pasti yang dimarahi. Padahal ia tidak memintanya. Suaminya lah yang berinisiatif memberikannya. "Apa salahnya aku beli ini buat kamu. Aku beli ini pakai uang hasil kerja keras aku. Gak ada yang salah, aku cuma mau kasih hadiah buat kamu. Supaya kamu senang. Supaya istri aku bahagia.” Al ingin memasangkan kalung itu di leher Lisa namun Lisa malah menolak. "Aku gak mau." "Kenapa? Kamu gak menghargai pemberian aku?" "Aku gak mau dimarahi sama mamah kamu, Mas." "Jangan kamu dengerin omongan mamah ataupun papah. Abaikan aja. Mereka gak tau artinya cinta itu apa makanya mereka gak akan paham akan apa yang aku lakukan ke kamu. Membelikan hadiah untuk istri itu hal romantis dan bukan hal yang salah. Dan mereka gak paham keromantisan aku ke kamu. Jadi kamu gak usah peduli pada mereka.” Lisa memalingkan wajahnya. Mempraktekkan tidak segampang yang diucapkan suaminya. "Aku tetap gak mau!" Al menghela napas berat. "Padahal aku udah keluar banyak untuk kalung ini. Kalau kamu gak terima aku akan mubazir jadinya." "Ayolah, jangan ditolak, Sayang," rayu Al sembari mengelus tangan sang istri. "Ya udah aku terima. Tapi aku simpan aja ya." "Dipakai dong, Sayang. Buat apa disimpan." "Buat simpanan aja kalau keadaan genting bisa kita jual." "Gak perlu. Uang aku udah banyak di tabungan dan gak akan habis." "Uang kamu atau uang papah?" Ekspersi Al berubah seketika. Lisa cepat mengalihkan pembicaraan. “Ayo pasang di sini,” ucapnya sambil mengangkat rambutnya. Al memasangkan kalung itu di leher Lisa. "Wah... kamu tambah cantik." "Biasa aja kok. Gak usah berlebihan." Al memeluk Lisa dengan hangat. "Gak ada yang biasa dari kamu. Semua luar biasa dan istimewa. Kamu jangan suka merendah, Sayang." Al tersenyum. Pria ini memang sangat mencintai istrinya. Bahkan sangat-sangat mencintainya. *** Al terbangun dari tidurnya. Dengan gerakan pelan ia melepaskan pelukan Lisa. Dengan gerakan pelan juga ia berangsur turun dari ranjang. Ia melangkah dengan hati-hati menuju pintu agar tidak menimbulkan suara hingga dapat membangunkan istrinya. Ia sudah di luar kamar. Saat ini sudah larut malam. Ia haus makanya bangun dari tidurnya yang nyaman. Pria itu ke dapur, saat melewati ruang tengah ia melihat papah dan mamahnya yang sedang mengobrol berdua. "Kalian belum tidur?" tanyanya heran karena biasanya kalau sudah di atas jam 11 malam kedua orang tuanya itu sudah pada tidur. "Kamu mau kemana?" tanya Arya - Papah Aldevaro. "Minum. Kalian ngapain jam segini belum tidur?" "Minum dulu sana. Sesudah itu ikut ngobrol bersama kami." Resi - istri Arya berucap. "Mau membicarakan apa? Kalau soal Lisa aku gak mau." Al sudah hatam kebusukan papah dan mamahnya itu. Kedua orang tuanya itu bermuka dua. Di depan kadang baik pada istrinya tapi di belakang mereka bicara keburukan Lisa yang bahkan omongan itu dibuat-buat. Ia sangat menghormati kedua orang tuanya, dan menyayanginya juga. Namun, bukan berarti ia menerima sikap buruk orang tuanya pada istrinya. "Kali ini tidak ada kaitannya dengan dia. Kita perlu bicara hal penting. Ini soal kamu dan masa depan kamu juga," sahut Arya. "Oke." Al berlalu pergi. Sampai di dapur Al minum segelas air hangat sambil berpikir akan hal yang dibicarakan orang tuanya nanti. Ia penasaran hal apa yang orang tuanya anggap penting itu. "Awas aja mereka menjelekkan Lisa," gumamnya. Selesai minum segelas air putih. Al temui orang tuanya. Ia duduk di sofa single yang berhadapan dengan Arya. "Mau membicarakan apa?" Al tidak mau berbasa-basi. Ia mengantuk dan ingin segera tidur kembali. "Jadi gini, kami punya kabar bagus untuk kamu." Arya memulai pembicaraan yang ingin ia bahas dengan anak tunggalnya itu. "Sebagus apa?" "Manda sudah menyelesaikan pendidikannya dan dia akan kembali ke Indonesia," jawab Arya. “Papah bilang siapa tadi?” tanya Al. “Manda,” jawab Arya. “Manda?” Al terdiam. “Iya, Manda. Dia akan pulang besok pagi dan akan tinggal di rumah kita.” “Wanita itu,” gumam Al. “Kenapa dia harus kembali?” “Kamu senang kan, akan bertemu Manda lagi?” tanya Resi. "Senang kata Mamah?” Al tertawa. “Aku udah gak ada urusan lagi dengan wanita itu. Mau dia pulang atau gak aku gak peduli. Lebih baik lagi jika dia gak pernah kembali. Mau ngapain lagi dia di sini." "Manda dan kamu itu ‘kan dulunya dekat. Masa kamu gak peduli sama dia? Mamah dan papah mau kamu jemput dia ke bandara besok." "Suruh dia pulang sendiri. Aku dan Manda udah gak dekat lagi semenjak dia menyelingkuhi aku dulu. Kalian lupa kalau wanita itu pernah membuat aku putus asa? Pokoknya aku tidak mau berhubungan lagi dengan dia. Aku benci wanita itu!" tekan Al. "Itu ‘kan, masa lalu," ujar Resi. "Dia pasti sudah berubah dan dia gak mungkin akan melakukan kesalahan yang sama. Dia juga udah meminta maaf kan, sama kamu.” “Mamah pikir dengan minta maaf sakit hati aku bisa hilang gitu? Enggak, Mah. Sampai kapan pun aku gak akan mau memaafkan dia.” “Al, udah. Lupakan masalah kamu dan dia. Kejadiannya udah beberapa tahun yang lalu juga ‘kan. Lagian waktu itu dia belum cukup dewasa. Jadi, lupakan saja.” “Yang dikatakan mamah kamu benar. Kejadiannya sudah lewat jadi jangan mengungkitnya lagi,” timbal Arya. "Mah, Pah, kalian kenapa malah memihak dia? Lagian kenapa dia harus ke rumah kita? Dia bukan siapa-siapa. Kenapa kalian malah membiarkan dia untuk tinggal di rumah kita?” “Karena kami ingin kamu menikah sama dia,” jawab Arya. “APA?” "Semua demi kebaikan kamu. Papah tau Al, sebenarnya kamu sangat ingin memiliki anak tapi kamu gak tega sama Lisa. Kini kamu punya kesempatan, kamu nikahi Manda dan Papah yakin dia bisa memberikan apa yang kamu inginkan. Papah sangat berharap kamu menikahi Manda,” jelas Arya. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook