bc

Sweet Addict (Bahasa Indonesia)

book_age18+
2.5K
FOLLOW
25.1K
READ
dark
forbidden
possessive
sex
family
love after marriage
second chance
tragedy
sweet
bisexual
like
intro-logo
Blurb

Warning 21+

Jatuh cinta dalam ikatan persaudaraan membuat cinta Chica dan Dewa tidak mendapatkan restu dari orangtua mereka. Kejadian tragis membuat mereka terpisah begitu jauh. Hingga suatu hari, seorang pria kaya bernama Delta menikahi Chica.  Kehidupan rumah tangga mereka baik-baik saja sampai Dewa datang dan memperkosa Chica.

Cobaan terus datang ke dalam kehidupan mereka, sampai terjadi suatu masalah yang menyebabkan Delta koma. Sebelum ia menutup mata, Delta berpesan pada Dewa agar menikahi isterinya.

Delta belum membuka mata, tapi Chica dinyatakan positif hamil. Ia bingung siapa ayah bayi yang ada di dalam kandungannya. Suasana semakin rumit ketika Chica diminta memenuhi permintaan sang suami untuk menikah dengan Dewa

chap-preview
Free preview
Bab 1
"Ca! Ayo cepetan, Kita udah nungguin, nih,"panggil Vanessa kepada Chica yang sedari tadi belum selesai berdandan. Chica turun dengan malas. Kemudian ia mendumel."Ma, Chica tuh males banget ikutan. Chica di rumah aja, ya?" Vanessa menggeleng."Lah, kamu ini gimana. Acara keluarga kok enggak ikutan. Lagipula ... kakak kamu itu baru pulang dari luar kota setelah sekian lama. Masa enggak kamu tengokin.” Chica hanya bisa pasrah sambil mendengar celotehan Vanessa. Ia tak pernah menghindar dalam acara apapun apalagi acara keluarga. Tapi, kali ini ceritanya beda. Kakak sepupunya baru pulang. Mereka sudah lama tidak bertemu. Namanya Dewa. Chica seringkali menghindari pertemuannya dengan Dewa, meskipun Dewa hanya pulang sesekali. "Ca! Ayo!" Vanessa menarik Chica dengan paksa. Dengan terpaksa Chica mengangkat gaunnya agar tak tersandung. Gaun yang Chica pakai adalah kiriman dari Dewa. Ia mengirimkannya sebagai rasa sayang kepada sang adik.Gaun itu panjang menjuntai hingga menyentuh lantai, memiliki punggung yang terbuka dan belahan d**a yang rendah. Chica sendiri sudah menolak memakainya, tapi Vanessa justru marah sebab menganggap Chica tak menghargai pemberian Dewa. Mobil yang dikendarai Chica sekeluarga tiba di rumah besar nan megah. Rumah itu milik Tania, kakak sepupu Vanessa. Keluarga besar Vanessa dan Tania seringkali mengadakan acara kumpul-kumpul keluarga. Kali ini acara dilaksanakan di rumah Tania, sekaligus acara penyambutan kedatangan Dewa. Chica menarik napas dalam-dalam, lalu mengikuti Vanessa yang berjalan masuk. "Kamu kok kayak enggak seneng gitu?" Tanya Yudis, Papa Chica. Chica menggeleng."Enggak, Pa. Cuma kurang semangat aja." "Semangat donk... ini,kan acara keluarga." Yudis mengepalkan tangannya, seolah tengah memberi semangat pada Chica yang tengah berjuang atau berperang. Chica mengangguk saja, sambil terus mengikuti Vanessa. "Chica!" Tania memekik girang saat melihat Chica datang. "Tante... teriak segitunya." Chica terkekeh. Tania menutup mulutnya dengan malu."Iya, dong. Dari tadi, Dewa nanyain kamu terus. Katanya pengen liat kamu pakai gaun yang dia kirim." "Ini gaunnya." Vanessa menambahkan. Tania mengamati Chica dari atas sampai bawah."Cantik. Tapi, terlalu dewasa. Harusnya Dewa memberikan baju seperti ini untuk kekasih, ya." "Mereka kan memang sudah dewasa."vanessa terkikik."Eh, Dewa mana? Belum ketemu." Tania menoleh ke sana ke mari mencari keberadaan Dewa."Nah, itu dia jalan ke sini." Sejurus dengan itu, Chica menoleh ke arah yang dimaksud. Dewa terlihat tampan dengan stelan tuxedonya. Badan tinggi dan berisi membuatnya terlihat sempurna. Ditambah lagi wajahnya yang meneduhkan,tatapannya yang tajam, membuatnya terlihat mempesona. Dewa memeluk Vanessa sebagai penyambutan. Vanessa terlihat takjub dengan Dewa yang sekarang."Ganteng banget kamu, Wa. Udah lama enggak ketemu." "Tante juga semakin cantik," puji Dewa yang kemudian melirik Chica. Dalam hati ia memuji penampilan Chica yang terlihat sangat dewasa. Bahkan melebihi apa yang ia bayangkan selama ini. "Chica?" Dewa menghampiri Chica dan mencium pipinya. Spontan wajah Chica bersemu merah. "Ehem... kayaknya kita harus ngobrol sama yang lain dulu, Van. Ayo." Tania menarik Vanessa pergi dari tempat mereka berdiri. Kini tinggallah Dewa dan Chica, terdiam beberapa saat. Dewa menatap Chica dengan intens sementara Chica menunduk. Antara takut dan malu. "Ca?" Panggil Dewa. Chica tersentak, menatap Dewa sebentar lalu menunduk kembali."I... iya, Kak?" "Kenapa? Tidak ingin menyambut kakak?" Tanyanya. Mendengar suara Dewa saja sudah merinding apalagi diberi pertanyaan sejenis itu. Chica menjadi salah tingkah. Sikapnya itu bukan tanpa alasan. Sebab, Chica selalu ingat perlakuan Dewa padanya. Perlakuan aneh yang menurutnya tak pantas dilakukan oleh seorang kakak. "Hmm... hai, Kak," sapa Chica pelan. "Kamu terlihat cocok dengan gaun yang aku kirim. Terlihat dewasa. Ya... kamu semakin terlihat dewasa dan matang." Dewa menambahkan. Sekujur tubuh Chica merinding. Dewa membicarakan fisiknya, memperhatikan setiap lekuk tubuhnya. "Mungkinkah Dewa...." Pikiran Chica langsung membuyar saat Dewa menarik tangannya. Membawa ke tempat yang lebih sepi dan nyaman untuk ngobrol. Dewa membawa Chica ke arah belakang, di sekitaran kolam renang. Di sana ada bangku yang jiasa digunakan setelah selesai berenang. "Bagaimana kuliah kamu, Ca?" tanya Dewa memulai pembicaraan karena sejak tadi Chica hanya terdiam sambil meremas gaunnya. "Lancar, Kak. Sebentar lagi selesai," jawab Chica gugup setengah mati. Dewa mengangguk-angguk."Bagus. Setelah itu kita bisa menikah, kan?" Spontan Chica menatap Dewa. Setan apa yang menghampiri Dewa, bagaimana bisa ia mengajak Chica menikah. Mereka itu sepupu."Kakak...lagi mabuk, ya?" Dewa mendekati Chica. Matanya tak lepas dari sang gadis. Perlahan, ia menyentuh punggung Chica yang terbuka, mengusapnya dengan lembut. Diciumnya pundak Chica dan menjilatnya sedikit. Chica mendorong Dewa. "Kakak!" Tatapan Dewa justru seperti orang yang tengah bernafsu. "Kita ini sepupu! Kita ini saudara! Jangan main-main." Chica terlihat kesal, ia tak bisa lagi menahan amarah atas perlakuan Dewa selama ini padanya. Kemudian ia berjalan hendak meninggalkan tempat itu. Tapi, Dewa malah menarik tangan Chica dengan cepat hingga tubuhnya langsung jatuh dalam pelukan. Tanpa bicara apa-apa, Dewa langsung melumat bibir Chica dengan lembut. Ini entah ciuman yang ke berapa. Beberapa kali belakangan, ketika Dewa pulang, ia pasti mencoba mencium Chica. Lagi-lagi, Chica merasakan ciuman hangat, lembut, dan memabukkan. Ia seakan kecanduan dengan ciuman Dewa. Pernah suatu hari, Dewa datang dan menginap di hotel. Ia menghubungi Chica dan menyuruhnya menginjunginya di hotel. Sebagai adik, tentu Chica bersikap biasa saja, datang sebagai adik yang baik. Mungkin saja, Dewa membutuhkan pertolongannya. Tanpa rasa curiga ataupun berpikiran yang tidak-tidak, Chica langsung mengiyakan. Setiba di hotel, Dewa menciumnya bahkan menyentuh kulit tubuh bagian dalamnya secara intim. Meremas dan menghisap payudaranya dengan lembut dan tak terlupakan. Benar saja, Chica tak pernah melupakan kejadian itu. Sebab,sejak hari itu Chica seakan menginginkannya lagi dan lagi. Tapi, sayangnya ia tak mungkin meminta hal itu pada Dewa ataupun mencoba dengan lelaki lain. Seringkali ia merasa tersugesti dengan bayang-bayang Dewa. Apalagi jika teringat dengan kejadian di hotel. Itu membuatnya harus menonton film-film biru sampai m********i sendiri. Dewa sudah membuatnya seperti orang gila. Dewantara Reynold. Satu-satunya lelaki yang merusak pikiran Chica belakangan ini. Membuat pikirannya menjadi m***m. Chica termenung mengingat kejadian semalam, saat Dewa menciumnya. Terasa menenangkan. Chica mengetuk kepalanya sendiri. Ia tak boleh memikirkan Dewa. Mereka tak akan pernah bersama, sebab mereka memiliki ikatan persaudaraan. **  Hari ini, seperti biasa Chica harus pergi ke kampus. Mengurus beberapa berkas kelengkapan sebelum diwisuda bulan depan. Chica tercengang saat ia turun untuk sarapan ternyata Dewa sudah duduk manis di meja makan bersama Mama dan Papanya. "Hai, Ca," sapa Dewa. "Hai, Kak, tumben sepagi ini sudah berkunjung." Chica berusaha bersikap senormal mungkin. Layaknya seorang adik kepada kakaknya. "Iya... sudah lama juga tidak berkunjung ke sini. Oh, ya mau ke kampus?" Balas Dewa. "Iya. Kan bulan depan... Chica wisuda. Wah... enggak terasa ya, anak Mama sudah dewasa." Vanesa menjawab untuk Chica. "Bagus dong, Tante. Sudah bisa dinikahkan." Dewa tersenyum sendiri. "Menikah? Memangnya kamu punya pacar, Ca?" Tanya Yudis. Chica menggeleng."Enggak ada, Pa. Makanya enggak usah nikah dulu. Chica kan pengen kerja juga." "kamu bisa kerja di kantorku, Ca."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Soulmate Sweet Duda (18+)

read
1.0M
bc

The crazy handsome

read
465.2K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
50.6K
bc

Yes Daddy?

read
797.0K
bc

HYPER!

read
554.8K
bc

LAUT DALAM 21+

read
288.6K
bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook