bc

My Sexy Pilot

book_age18+
22.7K
FOLLOW
206.0K
READ
escape while being pregnant
second chance
friends to lovers
pregnant
independent
dare to love and hate
drama
first love
lonely
pilot
like
intro-logo
Blurb

*Mature Content 18+*

Mengandung muatan dan unsur dewasa. Mohon bijak dalam memilih bacaan ya.

---

Kehilangan seorang istri dan calon bayinya, membuat Zacharry Miller tidak ingin menjalin kembali hubungan pernikahan. Ia akan tetap sendiri sampai ia tua dan mati. Namun kehadiran Sue di apartemennya telah merubah segalanya. Gadis itu telah membuatnya merasakan gairah yang tidak semestinya. Mereka terjebak dalam pusaran gairah yang akhirnya akan menghancurkan mereka berdua. Dan ketika Sue pergi, Zac tahu jika ia tidak bisa hidup tanpa gadis itu.

chap-preview
Free preview
1
  Pernahkah kalian merasakan kehilangan satu-satunya harapan terakhir yang kalian miliki? Saat apa yang kita harapkan untuk terjadi tiba-tiba terenggut begitu saja. Hilang tanpa bekas dan pergi begitu saja dalam sekejap mata. Rasanya menyakitkan bukan? Ya, sangat menyakitkan. Zacharry Miller telah kehilangan segalanya. Seorang istri, yang meskipun tidak terlalu dicintainya tetaplah istrinya, dan seorang calon jabang bayi yang seharusnya akan meneruskan namanya. Seorang anak yang akan menyandang nama Miller di belakangnya. Yang akan membuatnya bangga ketika menghadiri pesta kelulusan sekolahnya. Yang akan ia peluk pertama kali ketika ia baru pulang dari pekerjannya. Namun itu semua sirna dan ikut terkubur bersama Lena, istrinya. Sejak dulu, Zac selalu ingin memiliki sebuah keluarga besar. Ia hanya tumbuh berdua dengan adiknya, Zoellina Miller, ketika orang tua mereka terenggut dalam sebuah kecelakaan tragis. Usianya tujuh belas tahun kala itu dan dia baru saja lulus sekolah. Orang tuanya meninggal saat akan menghadiri upacara kelulusannya. Seketika itu juga, dunia Zac seolah meredup. Hampir semua impian-impiannya perlahan tertutup bersamaan dengan tertutupnya kedua mata orang tuanya untuk selamanya. Ia harus menjadi kakak sekaligus orang tua untuk Zoe. Dan ia akui itu sangat berat. Ia harus sekolah penerbangan dan sekaligus menjaga Zoe. Ketika teman-temannya pergi ke klub setiap libur sekolah, ia justru harus pulang dan menemani Zoe di rumah. Ia tidak pernah menikmati masa muda seperti teman-temannya yang lain. Kadang, Zac merasa malu pada Zoe. Adiknya itu jauh lebih mandiri daripada dirinya di usia yang masih dua belas tahun. Zac terpaksa meninggalkan Zoe sendirian di rumah selama ia ada di asrama. Meski ia telah memohon dan mengajukan surat ke sekolahnya agar Zoe bisa tinggal bersamanya di asrama, pihak sekolah tetap tidak bersedia menerima Zoe. Asrama hanya khusus untuk para siswa. Mereka tidak punya saudara lagi karena ayah dan ibunya juga kakek nenek mereka dari kedua belah pihak adalah anak tunggal. Dan Zoe dengan berani berkata bahwa tidak apa-apa ia tinggal sendirian. Meski berat, Zac harus meninggalkan adiknya. Ia harus pergi demi masa depan mereka. Ia harus menjadi seorang pilot seperti ayahnya. Beruntungnya Zac karena ia memiliki tetangga yang sangat baik hati. Pasangan Hest bersedia menjaga Zoe selama Zac ada di asrama. Adiknya ada dalam pengawasan orang dewasa atau dinas sosial akan membawanya. Dan begitulah, mereka menjalani hari demi hari hingga akhirnya Zac menjadi seorang pilot. Zac tidak pernah jatuh cinta. Ia tidak sempat pergi ke klub dan bersenang-senang seperti teman-temannya. Maka ketika ia bertemu Lena, ia pikir ia jatuh cinta pada gadis itu. Lena gadis yang sangat cantik dengan rambut pirang dan tubuh mungilnya. Dan ya, ia tidak bisa menolak wanita Perancis. Mereka sangat cantik dan hebat di ranjang. Bersama Lena, ia merasa bahagia. Awalnya, ia pikir itu cinta. Namun semakin lama ia menjalani hubungan dengan Lena, ia merasa semakin tidak mengenal kekasihnya itu. Gadis itu pemarah dan tidak bisa dinasehati. Tentu saja saat itu Zac berpikir untuk mundur. Ia merasa sudah tidak nyaman, tetapi satu hari Lena datang dan mengabarkan kehamilannya. Zac bahagia. Tentu saja ia bahagia! Ia akan menjadi seorang ayah. Meskipun rasa cintanya sudah mulai terkikis untuk Lena, ia berharap hadirnya anak akan kembali menguatkan hubungan mereka. Maka ia melamar Lena dan menikahi gadis itu di suatu waktu saat musim panas. Zac bergantung pada harapan itu. Meski semakin lama harapan itu terasa semakin menjauh. Kenyataan bahwa Lena ternyata masih mencintai Byron yang saat itu sedang dekat dengan Zoe, menghancurkan hati Zac. Lena bahkan tidak mempedulikan perasaan Zac dan selalu membandingkannya dengan pria itu. Ia tidak membenci Byron, sungguh. Ia hanya tidak suka dibanding-bandingkan. Kesibukan kerja yang mengharuskannya terbang ke berbagai negara, membuat pikirannya teralihkan. Ia menikmati pekerjaannya. Berpindah dari satu negara ke negara lain dan melupakan masalahnya. Dan sejujurnya, ia berharap Lena akan merindukannya saat mereka terpisah. Namun sekali lagi ia salah. Wanita itu justru menciptakan skandal dengan mengaku pada media bahwa anak yang dikandungnya adalah anak Byron Moreau yang saat itu adalah aktor papan atas Hollywood. Zac murka. Bagaimana mungkin wanita itu bisa mengatakan sebuah kebohongan hanya untuk menarik kembali perhatian Byron? Ia berjuang sekuat yang ia bisa untuk mempertahankan pernikahan mereka, tetapi Lena menghancurkannya. Hingga akhirnya kecelakaan itu terjadi. Meskipun ia hampir bisa dikatakan membenci apa yang dilakukan Lena, ia tidak ingin wanita itu mati. Demi Tuhan, wanita itu sedang mengandung anaknya! Namun lagi-lagi, Tuhan memilih untuk mengambil apa yang ia miliki. Calon bayinya, satu-satunya harapannya, harus pergi bersama wanita yang dulu pernah dicintainya. Usia kehamilan Lena saat itu sudah tujuh bulan hingga dokter dapat mengeluarkan bayinya, tetapi sayang bayi itu tidak dapat diselamatkan. Bayi itu meninggal hanya beberapa menit setelah ia dikeluarkan dari perut ibunya yang sudah tidak bernyawa. Dan kini, meskipun kecelakaan itu sudah berlalu lebih dari enam bulan lamanya, tetapi masih ada sisi hatinya yang terasa kosong. Ia sendirian. Tanpa seorang istri dan tanpa seorang anak. Mungkin ia akan sendirian selamanya. Ia tidak pernah ingin menikah lagi. Ia tidak akan jatuh cinta lagi. Ia akan hidup sendiri sampai ia mati nanti.  .... Ponsel Zac yang berdering berkali-kali dengan suara nyaring, menyentaknya dari lamunan panjang yang selalu yang Zac lakukan setiap ia bangun tidur. Tangannya menggapai-gapai mencari ponsel yang ia lemparkan secara sembarangan di atas nakas. Ia baru pulang jam lima tadi pagi. “Halo?” ucapnya dengan suara mengantuk. Ia memang baru tidur tiga jam lalu dan harus terbangun karena mimpi buruk yang selalu menghantuinya setiap ia tidur. Hal yang sama yang membuatnya melamun berkepanjangan setiap ia membuka mata. “Zac!” “Byron?” Zac melirik jam dan menghitung kira-kira jam berapa di Sault saat ini. Hampir pukul tiga sore. “Ada apa?” tanyanya kemudian setelah adik iparnya itu tidak juga membuka mulutnya. “Aku ... Aku rasa kau ingin tahu. Zoey ...” “Adikku kenapa??” Getaran kepanikan naik menjalari punggung sampai ke lehernya. “Zoe mengalami kontraksi pagi tadi. Aku rasa...dia...dia akan melahirkan.” “Bukankah jadwalnya masih dua minggu lagi??” “Menurut perhitungan dokter memang seperti itu, tetapi dokter juga berkata bahwa ada kemungkinan waktu kelahirannya akan lebih cepat.” Zac memijit hidungnya. Dia belum bisa cuti. Malah, jadwal terbangnya sedang sangat padat. “Di mana Zoey?” “Dia sedang kesakitan di dalam sana. Pembukaannya bertambah sedikit sekali setiap jam. Aku... Aku...” Suara Byron pecah dan ia menyadari ketakutan pria itu. Ia sendiri pasti akan memiliki ketakutan yang sama dengan apa yang dirasakan Byron jika ia berada di posisi pria itu. “Dia tidak mau operasi?” Zoe adalah gadis paling keras kepala yang pernah ia kenal. “Ya. Padahal aku tahu dia sudah kelelahan. Ya Tuhan, ini sudah hampir enam jam. Istriku benar-benar ....” suara Byron tercekat saat ia melanjutkan, ”aku ingin minta tolong padamu, Zac. Tolong ...” “Ya, serahkan ponselmu padanya. Aku akan bicara padanya.” Ia bisa mendengar pria itu menarik napas lega sebelum (mungkin) pergi ke kamar Zoe. “Zac? Kaukah itu?” Zac tersenyum. “Ya, ini aku, Sayang. Jagoan kecilmu sudah tidak sabar ingin bermain bola rupanya?” Zoe tertawa pelan tetapi kemudian mengaduh. Ia bisa mendengar adiknya menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. “Dia... Kuat sekali,” jawab Zoe sambil terengah. ”Aku benar-benar tidak sabar...hmppph... Melihatnya berlari.” Bahkan meskipun ia tidak berada di depan Zoe, ia bisa merasakan cinta yang dirasakan Zoe untuk anaknya. Sangat jauh berbeda dengan kehamilannya yang terdahulu. Kehamilan yang tidak Zoe, dan juga dirinya, harapkan. “Jika begitu, aku rasa lebih baik kau menuruti saran Byron dan melakukan operasi.” “Tidak mau! Byron yang menyuruhmu merayuku untuk operasi kan? Tidak. Akan. Pernah. Zacharry. Milerr!” Tut ... tut ... tut ... Zac memandang ponselnya yang kini diam itu. Ia sungguh ingin berada di dekat Zoe saat ini, tetapi ia tidak mungkin bisa terbang ke sana dengan segera. Selain itu, ia tidak ingin merasa iri pada kebahagiaan Zoe dan Byron. Tentu saja Zac bahagia untuk adiknya itu. Zoe memiliki seseorang yang mencintai dan akan menjaganya sampai napas terakhirnya. Byron adalah yang terbaik yang pernah hadir dalam hidup Zoe. Dan Zac bersyukur untuk itu. Ia hanya ... Seharusnya aku juga sudah memeluk bayiku sendiri.. Mungkin, Tuhan memang telah mentakdirkan dirinya untuk hidup kesepian selamanya. Tanpa istri. Tanpa anak. Ia akan hidup seperti ini sampai ia mati.   ======TBC===== Cerita baru, fresh from the oven. Hihihi... buat anak w*****d mungkin ga asing dengan nama-nama ini. Yep, ini cerita si abang yang nelangsa wkwkw... Selamat menikmati. Makasih yang udah ninggalin love-nya...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

Hubungan Terlarang

read
500.8K
bc

Living with sexy CEO

read
277.6K
bc

SEXY LITTLE SISTER (Bahasa Indonesia)

read
307.8K
bc

Kamu Yang Minta (Dokter-CEO)

read
292.7K
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.1K
bc

SEXRETARY

read
2.1M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook