bc

PENGLIHATAN LEBIH 2

book_age12+
884
FOLLOW
5.3K
READ
adventure
doctor
tragedy
comedy
mystery
detective
horror
like
intro-logo
Blurb

"Kamu nyium bau sesuatu gak?" Reyna menatap Reynand yang berada di sampingnya. Setelah meminta izin kepada suster, Reynand segera berlari menyusul Reyna.

"Bau? Nggak tuh. Mungkin efek kamu hamil jadi sensitif, mau muntah? Aku antar ke kamar mandi yuk."

Reyna mengangguk setuju lalu berjalan beriringan bersama Reynand. Saat akan berbelok arah menuju kamar mandi Reyna dibuat terkejut, pasalnya didepan sana ada suster ngesot yang menyeringai ke arahnya, bajunya lusuh, kulitnya melepuh bahkan matanya kosong. Tak hanya itu kuku-kukunya pun terlihat sangat panjang. Reyna berhenti berjalan, kakinya kaku untuk digerakkan. Bahkan, pertanyaan dari Reynand tak membuat keadaan dirinya tenang.

Suster ngesot itu menatap perut Reyna dengan matanya yang hitam, dia mengesot ke arah Reyna. Bau tak sedap semakin tercium dan Reyna semakin mual. Namun, rasa mualnya ia tahan agar tak muntah sekarang.

"Ada aku?" Reynand yang sudah paham dengan keadaan Reyna segera memeluk tubuh istrinya erat. Tubuh Reyna menegang tetapi beberapa saat kemudian tersenyum senang, hantu itu sudah hilang.

"Ajaib" lirih Reyna.

"Dulu kamu juga bilang ini ajaib. Waktu kita pertama kali bertemu, malam itu kamu habis operasi pasien tapi gagal. Ingat gak?"

Reyna menggeleng pelan dipelukan Reynand. "Maaf, aku masih belum ingat."

Reyna menatap Reynand sendu. Tak lama kemudian Reyna menangis masih dalam pelukan Reynand. Dia menggelengkan kepalanya beberapa kali, karena merasa sangat bersalah.

"Yaudah gak apa-apa kalau belum ingat. Sekarang jadi gak nih ke kamar mandinya?" Reynand mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

Reyna menggeleng pelan. "Enggak, kita ke kantin aja tapi jalan tangga ya."

chap-preview
Free preview
1. Welcome pantai
Tepat jam dua menjelang sore mereka sampai di tempat liburan yang mereka tuju sebelumnya, pantai ini hanya berjarak sekitar satu sampai dua jam dari rumah, sengaja liburan kali ini tak jauh karena berjaga-jaga jika Reynand dipanggil untuk tugas maka akan cepat sampai ke rumah. Villa segera di pesan untuk dua malam, mereka berniat akan meninggalkan villa pada hari minggu sore hari. Sejauh ini Reyna belum melihat sesuatu hal yang aneh, mungkin karena dia masih manggandeng sebelah lengan Reynand, memang Reyna tak berani atau lebih tepatnya tidak mau melihat makhluk halus, ia ingin menikmati momentum liburan ini dengan tenang. Dia ingin menikmati liburan ini tanpa harus ada makhluk lain yang menyeramkan dan mungkin akan menggagalkan list libur yang sudah mereka buat secara mendadak ini. Memangnya bisa apa? Saat masuk villa, bulu kuduk Reyna tiba-tiba merinding karena kedinginan. Beruntung hanya seperti itu saja, selebihnya tidak ada penampakan seperti apa yang Reyna bayangkan sebelumnya. Villa yang mereka sewa hanya berlantai satu. Tatapi, dengan lima kamar tidur di dalamnya, cukup untuk mereka tidur bersepuluh. Yang mengikuti liburan kali ini adalah Reyna, Reynand, Revin, Valen, Alvin, Felli, Angga, Siska, Doni serta Rio. Riani sudah di ajak tetapi gadis belia itu lebih memilih menginap di rumah bude nya. "Kamu enggak apa-apa kalau villa nya disini? Gak ada sesuatu yang aneh kan? Atau kamu udah ngerasain hal yang aneh?" tanya Reynand beruntun, dia menanyakan itu dengan sedikit berbisik pada Reyna takut yang lain mendengarnya dan malah panik. Reyna segera menoleh ke arah Reynand, sebenarnya setelah dia masuk kedalam villa, Reyna langsung merasakan aura yang tidak biasa di villa ini. Namun, karena tidak ingin merepotkan untuk mencari villa yang lain akhirnya Reyna menggeleng. Toh dia rasa dia akan aman jika berada di villa bersama Reynand dan juga kakaknya. Lagi pula semua villa pasti sama akan banyak makhluk halus, mengingat jika villa jarang terisi oleh manusia, hanya kadang-kadang saja. Mengingat persoalan tentang Villa, ia jadi teringat saat beberapa bulan yang lalu saat dirinya pergi ke Jawa Barat, ia berdoa kejadian menyeramkan tak terulang lagi kali ini. Meskipun berada dimana pun, mereka pasti ada. Karena hidup mereka dengan manusia selalu berdampingan walau berbeda alam. Asal tidak menganggu dan tidak ada niat jahat, inshaallah akan aman, dan Allah menjamin itu. "Kalau ada apa-apa bilang ya Rey, jangan bohong loh!" peringat Reynand kembali menegaskan, ia tak ingin kecolongan kembali. Reyna hanya mengangguk patuh saja. Reynand membawa Reyna untuk duduk di salah satu sofa dan disusul oleh yang lainnya. "Kamarnya ada lima, jadi gimana?" tanya Alvin. "Aku tidur sama Reyna sama Siska juga." jawab Felli sembari tersenyum menampilkan deretan gigi kelincinya, membuat Reyna memutar bola matanya malas. "Sebenarnya tidur kalian berdua ajaib, gue gak akan kuat. Tapi berhubung gue sahabat yang paling baik jadi gue iya iya aja." jawab Reyna, membuat Felli dan Siska mengerucutkan bibirnya kesal. Tapi memang benar kan kalau tidur mereka ajaib? "Ajaib dimana nya sih? Yaudah kalau gak mau sama kita, tidur sendiri sana!" Siska menjawab sedikit ketus, namun percayalah dia hanya becanda mengatakan hal itu. Dia dan Siska tak akan tenang untuk tidur jika Reyna tak bersama mereka. Reyna tersenyum manis. "Ide bagus tuh, gue tidur sama kak Revin ajalah." jawabnya sembari tersenyum jahil. Ia yakin kedua sahabatnya tidak akan setuju dengan jawabannya barusan. Karena mereka cukup penakut apalagi Felli. "Heh! Peraturannya gak boleh tidur sama laki-laki ya." ucap Felli. "Tapi Revin kakak gue, kakak kandung." jawab Reyna. "Tapi tetep aja, dia laki-laki!" Felli dan Reyna terus saja berdebat kecil, sampai Reyna jengkel sendiri menghadapi sahabatnya itu. "Yaudah kalau peraturannya begitu, gue bakalan tidur sama Valen aja." "Ah gue bahkan lupa, kalau ada Valen disini. Lo sih dari tadi diem aja, kayak yang mabok perjalanan." jawab Felli sembari melirik ke arah Valen yang matanya terlihat sayu. Valen mendengus kesal. "Gue emang mabok, pusing banget gak kuat sama stella wangi jeruk." jawab Valen jujur membuat mereka semua tertawa Revin saja sampai mengusap-usap kepala Valen gemas saking gemasnya. Sempat dulu dia bertugas pada malam hari bersama dengan Valen, dan di dalam mobil terpasang pengharum rasa jeruk, Valen malah minta turun dan langsung muntah-muntah. "Tapi bener dek, lo tidur sama gue aja. Lebih baik, lebih aman dan lebih nyaman." timpal Revin, membuat Siska dan Felli menggeleng secara bersamaan, karena tidak setuju. "Enak aja. Enggak! Pokonya kita tidur berempat ya. Kalau enggak berempat, gue bakalan tidur sama Alvin aja. Titik gak ada koma!" jawab Felli, berbicara masih mengerucutkan bibirnya dengan kesal. "Duhh sabar dong sayang, kita harus nikah dulu, baru bisa tidur bareng." jawab Alvin sembari terkekeh. Hal itu mampu membuat Felli membulatkan mata belo nya lebar-lebar. "Gak usah ambigu ya Alvin!" balas Felli dengan kesal, Alvin semakin terkekeh disusul dengan yang lainnya karena mereka mendapati perkataan Felli yang terdengar lucu. "Gue ngeri sama tidur lo, Fel." balas Valen, ah dia saja bahkan sudah meringis kecil sebelum merasakannya secara langsung. "Gue pasti diem kalau sempit-sempitan. Janji deh, badan kalian gak akan jadi korban." jawab Felli dengan wajah melas. Ia tak ingin tidur hanya dengan Siska saja. "Di bagasi ada kasur yang bisa di pompa, cukup buat dua orang. Jadi dua orang di ranjang dua orang lagi dibawah, gimana?" Saran dari Reynand seakan-akan menjadi petunjuk untuk mereka semua, mereka mengangguk menyetujui apa yang Reynand katakan. Setelah berdebat secara singkat selesai, mereka memutuskan jika Reyna, Felli, Valen dan Siska akan menempati kamar paling depan. Di samping kamar Reyna ada Reynand dan Revin, didepan kamar para wanita ada Alvin dan Angga sisanya dikamar sebelah yang di tempati oleh Alvin yaitu Doni dan Rio. Mereka masuk ke dalam kamar masing-masing, dan mulai menata pakaian yang akan di gunakan untuk dua hari ke depan. "Rey, disini aman kan?" tanya Felli. Reyna mengangguk, "Sejauh ini sih masih aman. Semoga sampe kita pulang aman," jawabnya membuat mereka bertiga mengangguk dan meng-aamiinkan do'a Reyna. Tiba-tiba saja pintu di ketuk pelan, membuat mereka semua terkejut. Namun hanya sebentar saja sampai suara Reyna menginstruksi. "Buka gih," Siska menganggukkan lalu mulai berjalan ke arah pintu untuk membukanya, sedangkan Valen sudah tidur di kasur karena kepalanya merasa sangat pusing. "Reyna, aa Reynand nih." ujar Siska sedikit berteriak. Reyna segera beranjak dan langsung menemui Reynand di depan pintu. "Ada apa, Rey?" "Hmmm, mau jalan-jalan gak? Berdua? Sekalian cari makan juga." Reyna tersenyum lalu mengangguk setuju. "Boleh, udah laper juga nih." jawab Reyna. "Yaudah yuk. Gak usah ganti baju lah." "Bentar," ujar Reyna saat tangannya sudah ditarik oleh Reynand. Bahkan mereka berdua sudah berada diruang tengah yang dijadikan ruang tamu dan santai, tepat di depan kamar mereka semua. Karena villa ini hanya satu ruangan saja dan dapur. Tidak ada ruangan lain lagi setelah lima kamar, satu dapur dan satu kamar mandi. "Aku gak bawa dompet." Reynand menghentikan langkah saat Reyna berbicara seperti itu. "Jalan sama aku gak usah bawa dompet sayang, ngapain juga kan kalau ujung-ujungnya aku yang akan tetap bayarin." jawab Reynand, membuat Reyna mengangguk membenarkan apa yang di katakan Reynand barusan. "Ehh tunggu lagi." ujar Reyna, saat dia di tarik oleh Reynand. Namun malah menghentikan langkahnya kembali. Reynand mengerutkan kening, namun hanya sebentar. Saat Reyna terlihat menatap ke arah Alvin. Berhubung di ruang tengah hanya ada Alvin dan Rio saja. "Vin, tolong bilangin kakak gue ya. Gue gak bawa hp soalnya," "Yoi Rey." jawab Alvin. Reyna mengangguk, lalu segera pergi bersama Reynand, tentu saja dengan menggandeng tangannya. "Jadi mau kemana?" tanya Reyna. "Deket pantai aja yuk." jawab Reynand, membuat Reyna mengangguk setuju. Mereka berjalan berdua menyusuri pantai yang cukup ramai di pagi menjelang siang hari ini. Sebenarnya cuaca hari ini cukup panas juga. "Mau makan apa sayang?" tanya Reynand, membuat Reyna gelagapan. Meskipun sudah terbiasa dipanggil sayang, tapi tetap saja kalau di tempat umum seperti ini, Reyna akan merasa malu. "Hmm apa aja deh." jawab Reyna membuat Reynand mengangguk. Kalau Reyna sudah berbicara seperti itu pasti Reynand lah yang harus menentukan menu makannya. Mereka terus berjalan, hingga tak terasa sudah berada di pantai yang cukup jauh. Mata Reynand tak sengaja melihat restoran nasi goreng seafood tak jauh dari pesisir pantai. Hanya berjarak beberapa meter saja. "Sana aja yuk." Ujar Reynand sembari menunjuk ke arah depan. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk makan nasi gore seafood saja. "Nasi goreng udang dua, minumannya es teh aja mbak." Ujar Reynand pada pelayan. Yang langsung dicatat olehnya. "Kamu kenapa?" Tanya Reynand lembut. Sedari masuk ke restoran ini, Reyna sudah merasakan aura yang berbeda. Disini terasa panas. "Hmm, enggak Rey." Jawab Reyna. "Kalau begitu, aku ke kamar mandi sebentar ya Rey. Kebelet nih," Reyna terkekeh mendengar perkataan Reynand. Dia segera mengangguk dan Reynand pun segera beranjak untuk pergi ke kamar mandi. Sebenarnya Reyna tidak ingin berjauhan dengan Reynand, namun dia juga tidak boleh seperti itu. Kalau Reynand tidak pergi ke kamar mandi maka nantinya Reynand bisa saja terkena sakit. Paling ringan infeksi kandung kemih. Dan fatalnya bisa menyebabkan kencing batu. Reyna mengusap tengkuknya yang merasa merinding, aura disini sangat berbeda. Kalau saja dia tidak ingin merepotkan Reynand mungkin dia akan pergi dan mencari tempat makan lain. Reyna menoleh ke kanan, dimana Reynand menghilang tadi. Setelah menoleh ke kanan dia menoleh ke kiri. Dia baru sadar kalau sebelah kirinya ada kaca yang lumayan besar. Dia memandang kaca itu lekat-lekat. "Astagfirullah," teriak Reyna, membuat para pengunjung menatap kearah Reyna dengan tatapan yang berbeda-beda. Reyna segera tersadar dan langsung melirik mereka yang menatapnya. "Kenapa sayang?" tiba-tiba saja suara seorang laki-laki langsung menepuk bahu Reyna pelan. Otomatis semuanya langsung fokus kembali ke kegiatannya. Reyna hanya menggeleng, untung saja ada Reynand. Bayangan di dalam cermin itu Reyna yakin bukanlah manusia melainkan makhluk halus. Dia melihat wujud manusia tetapi kepalanya hampir terlepas dari leher. Ya seperti, hantu kepala buntung. "Mas mbak, ini pesanannya. Silahkan dinikmati." Ujar pelayan. Membuat Reynand dan Reyna melirik kearah pelayan itu lalu tersenyum. Reynand dan Reyna segera melahap makanannya, Reynand nampak lahap memakan nasi goreng berbeda halnya dengan Reyna. Dia masih membayangkan kejadian barusan saat dia melihat sesuatu hal yang aneh di cermin. Beberapa menit kemudian, Reynand sudah menghabiskan makanannya. Berbeda halnya dengan Reyna. Nasi goreng Reyna masih banyak mungkin hanya di makan dua atau tiga sendok saja. "Makan kok kayak gak niat gitu. Sini aku suapin aja." Sebelum menjawab perkataan Reynand, piringnya sudah di rebut oleh Reynand, membuat Reyna pasrah saja. Dengan telaten, Reynand menyuapi Reyna dan sesekali dia membuat lelucon yang membuat Reyna tertawa dan melupakan kejadian barusan. Akhirnya makan pun selesai dengan beberapa belas menit. Reynand segera membayar dan mereka berdua pergi dari restoran itu. "Mau kemana lagi?" tanya Reynand. "Hmmm, nongkrong aja yuk. Liatin pantai tapi ditempat yang teduh." Reynand segera menyetujui permintaan Reyna. Akhirnya mereka menemukan tempat yang pas di stand penjual kelapa muda. Mereka menikmati kelapa muda sambil duduk di bangku panjang dan menikmati suara deburan ombak. "Reynand, kamu tahu gak?" Tanya Reyna membuat Reynand menoleh. "Apa?" jawab Reynand, dia menatap kembali kearah depan. "Kamu adalah yang tanpa sadar memikat ku. Dan aku adalah yang tanpa sadar menantimu." Reyna mengucapkan itu dengan tulus sembari tersenyum manis. Tubuh Reynand menegang namun tidak lama. Dia segera melirik kearah Reyna yang juga sedang melihatnya. Di bukanya kaca mata hitam yang bertengger indah di hidung mancungnya lalu tersenyum kearah wanitanya. Pipi Reyna merona, kata-kata itu lepas begitu saja dari bibirnya. Dan berakhir dia merutuki bibirnya didalam hati. Reynand menyentuh punggung tangan Reyna, lalu digenggamnya erat tanpa berniat menjawab sepatah katapun perkataan Reyna. Dia fokus kembali menatap pantai setelah memakai kacamata nya lagi. Tanpa di jawab pun, perlakuan Reynand selama ini sudah jelas membuktikan jika dia benar-benar mencintai dan menyayangi Reyna. Reyna... Wanita yang selalu Reynand semogakan di sepertiga malamnya. Reyna... Wanita yang mampu mengangkatnya dari masa lalu yang cukup kelam. Serumit apapun kekacauan mu, akan ada satu orang yang sanggup menerimamu dengan cara yang hanya ia sendiri yang sanggup melakukannya. Dan orang itu adalah aku. Reyna, aku benar-benar ingin menjadikan kamu pelabuhan cinta terakhirku. Suatu saat nanti, sampai waktunya tiba. Tunggu aku! *** Hai... Ini karya orisinal aku yang hanya exclusive ada di Innovel/Dreame/aplikasi sejenis di bawah naungan STARY PTE. Kalau kalian membaca dalam bentuk PDF/foto atau di platform lain, maka bisa dipastikan cerita ini sudah DISEBARLUASKAN secara TIDAK BERTANGGUNGJAWAB. Dengan kata lain, kalian membaca cerita hasil curian. Perlu kalian ketahui, cara tersebut tidak PERNAH SAYA IKHLASKAN baik di dunia atau akhirat. Karena dari cerita ini, ada penghasilan saya yang kalian curi. Kalau kalian membaca cerita dari hasil curian, bukan kah sama saja mencuri penghasilan saya? Dan bagi yang menyebarluaskan cerita ini, uang yang kalian peroleh TIDAK AKAN BERKAH. Tidak akan pernah aku ikhlaskan. Dan untuk yang ingin copyright cerita abal-abal ku ini, mendingan mikir-mikir lagi. Saya tak mau ada kesalahpahaman seperti sebelumnya, mending cerita hasil sendiri akan lebih puas, daripada cerita hasil orang lain. Untuk PUEBI atau typo, nanti saya akan benarkan sesudah cerita ini TAMAT. InshaaAllah, karena kehidupan saya bukan hanya tentang novel. Maaf kalau mata kalian perih dengan cerita saya?????????????????? ? Salam Saghita laa

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

MANTAN TERINDAH

read
6.8K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.1K
bc

T E A R S

read
312.6K
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.9K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.0K
bc

Mas DokterKu

read
238.6K
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook