bc

Nikah Kontrak dengan Tetangga

book_age16+
699
FOLLOW
3.3K
READ
contract marriage
second chance
goodgirl
boss
sweet
bxg
others
virgin
wife
husband
like
intro-logo
Blurb

“Saya ingin melamar dia!”

Lelaki berpostur tinggi dan berwajah blasteran itu, baru menjadi tetangga di tempat tinggal Echa selama satu minggu. Tiba-tiba dia datang dan menunjuk tepat di wajah Echa. Siapa yang tidak panik, diperlakukan demikian? Semua yang ada di sana sontak bingung, termasuk Echa. Dia mendadak dilamar oleh tetangga barunya.

“Saya? ke-napa saya?” dengan terbata-bata karena gugup, Echa melontarkan pertanyaan singkat itu.

“Karena saya ingin menyelamatkanmu!” tegas lelaki itu, nadanya tak ingin dibantah. “Bilang aja, kamu mau mahar apa, dan berapa banyak?” tak ada nada bercanda dari cara pria itu berbicara, membuat Echa bingung dan pusing secara mendadak. Dia baru berusia dua puluh satu tahun, kuliahnya juga belum rampung, apa masuk akal jika dia menikah dalam waktu dekat ini? terlebih dengan pria yang belum dia kenal sama sekali. Tapi, demi terbebas dari Om, Tante dan sepupunya yang selalu memperlakukannya sesuka hati, Echa bertekad menerima lamaran tetangga barunya itu.

“Iya, saya mau!” ucap Echa dengan mantap.

chap-preview
Free preview
Penderitaan Keysha
Seperti biasa, ada seorang gadis yang sedang menunggu tukang ojek online di jam sepuluh malam usai bekerja di sebuah cafe. Gadis itu bernama Keysha Amora. Kini, dia tiba di depan rumah, dan masuk ke sana dengan cara mengendap-ngendap melalui pagar bercat putih minimalis. Setiap pulang dari bekerja, Keysha selalu ketakutan. “Kamu dari mana aja? jam segini baru pulang? kelayapan melulu kerjanya.” Baru saja gadis berhijab itu menapaki teras rumah, dia sudah diserang dan disodorkan pertanyaan demikian. Tidak, bukan hanya pertanyaan melainkan tuduhan lain yang menyudutkan. Hatinya terasa ngilu. Namun, dia tidak bisa bertindak apapun di rumah ini. gadis yang akrab disapa Echa itu bahkan tak berani menoleh. “Maaf Om, tadi Echa nyari bahan buat skirpsi,” jawabnya takut-takut. Gadis itu berbohong dengan sangat terpaksa. Padahal, sepulang kuliah, dia langsung bekerja paruh waktu sebagai pelayan di sebuah restoran. Semua dia lakukan demi mendapat penghasilan agar bisa memiliki tabungan dan… segera keluar dari rumah ini. Dituduh kelayapan, Echa hanya bisa diam dan menerima. Andai bisa memilih, Echa juga ingin seperti anak-anak lain, yang bisa tiba di rumah sebelum maghrib. Tapi, itu hanya berlaku untuk orang-orang yang memiliki nasib lebih beruntug darinya. Bukannya Echa tidak tahu diri, sejak kedua orang tuanya meninggal saat dia duduk di bangku SMP, Echa tinggal bersama tante dan omnya. Jauh dari kata bahagia, tapi setidaknya dia harus tetap bersyukur, karena masih bisa hidup dengan layak. Lelaki yang akrab dia sapa ‘Om Bara’ itu adalah adik dari ayahnya. Meski lelaki paruh baya itu sebenarnya berhati baik, tapi terkadang Echa tidak sanggup mendengar dan menerima kata-katanya yang cukup pedas. Belum lagi, istri dan anaknya yang jelas-jelas tidak suka dengan keberadaannya di sini, hingga sering memprovokasi lelaki bernama Bara itu untuk memarahi atau mengomeli Echa tanpa salah dan alasan yang jelas. “Tapi tau waktu dong, ini udah jam sepuluh malam, Cha?! dan ini udah hari ke lima kamu seperti ini.” tegas Bara. “Malu dong sama jilbabnya, masa kelayapan sampai malam begini, jangan-jangan kamu… simpanan om-om berduit ya?” tawa Oliva menggema, terdengar begitu menyebalkan di telinga Echa. “Astaghfirullah Mbak, jangan sembarangan menuduh! aku nggak-“ “Udah sana masuk kamar!” titah Bara. Bahkan Echa seakan tidak diperkenankan menjelaskan keadaan yang sebenarnya. Dia hanya mengangguk sopan, berjalan melewati Olivia, sepupunya yang berusia lebih tua tiga tahun darinya itu, juga tak pernah bersikap baik barang sebentar saja padanya. Tapi Echa bisa apa? semua biaya hidup, pendidikan dan lain-lain, ditanggung oleh keluarga ini. Echa menekuk lututnya, duduk di lantai, di sebuah kamar berukuran tiga kali empat. Kamar yang seharusnya dihuni oleh asisten rumah tangga, kini harus menjadi kamarnya. Ya, secara tidak langsung, dia dijadikan pembantu oleh mereka. Karena sebelum berangkat ke kampus, Echa diwajibkan membereskan rumah, masak, bahkan mencuci pakaian mereka. Bayangkan bagaimana lelah tubuhnya. Tapi, hal itu Echa anggap sebagai baktinya pada keluarga ini, karena telah difasilitasi biaya kehidupan dan pendidikan. sabar Cha, sedikit lagi, skripsimu selesai, kamu lulus dan bisa cari kerjaan yang layak. Kamu bisa bebas, pergi dari sini, hargai hidupmu. Dia memberi semangat untuk dirinya sendiri. Dia tak boleh berlarut-larut memikirkan nasib, tak ada gunanya. Hidup akan tetap berjalan, meski pahit getirnya harus dia alami. Setelah membersihkan diri, di saat sebagian orang sudah bersiap-siap dan memikirkan untuk tidur, Echa justru membuka laptopnya untuk nyicil mengetik skripsinya. Dalam tempo dua bulan ini, dia harus selesai, dan sidang. Jika melewatinya, mau tidak mau, dia harus membayar sendiri biaya kuliah persemester. Karena Om Bara mengatakan, hanya membiayai sampai delapan semester saja. tok tok tok suara ketukan pintu kamarnya yang terdengar cukup keras, seketika membuyarkan lamunannya. Echa memejamkan mata menahan kesal. apalagi ini? Batin Keysha. sebenarnya dia sudah hafal, entah Tante Merry, Mbak Oliv, atau bahkan Om Bara, seringkali menyuruhnya melakukan sesuatu di tengah malam seperti ini. “Ya Mbak?” dugaannya benar, setelah membuka pintu kamar, dia pasti akan berhadapan dengan wanita cantik nan seksi bernama Olivia. “Aku pingin pakai heels ini besok, tolong kamu bersihkan, sampai beneran bersih, mengkilap. Aku harus presentasi di hadapan calon klien, jangan sampai penampilanku malu-maluin!” titah Olivia disertai embel-embel yang tak ingin dibantah. “Iya Mbak,” sahut Echa sopan, meskipun kesal di dalam hati. Belum sempat Echa meraih sepasang heels yang diserahkan Olive kepadanya, wanita yang memiliki rambut berwarna cokelat muda itu melepaskan heels dari tangannya hingga tapak heels yang runcing berhasil jatuh tepat di atas jari kaki Echa. “Duh, Mbak!” keluh Echa, langsung berjongkok dan mengelus jari kakinya yang terkena heels runcing. “Sakit Mbak, sengaja banget ya?” Echa menoleh kesal pada wanita yang hendak meninggalkannya itu. “Kalau iya kenapa memangnya? nggak senang?” tantang Olive dengan matanya yang sengaja dibulatkan, menatap ke arahnya. Echa mengalah, karena percuma saja dia melawan. Sadar diri akan siapa dirinya, dan sadar diri dia tidak akan pernah menang melawan sepupunya itu. Apa yang sudah tersusun rapi di kepala Echa tentang kata-kata yang akan dia tuangkan dalam skripsinya, kini buyar semua. Dengan menahan rasa dongkol, Echa membersihkan sepasang heels milik Olivia dengan kain lap basah, tentu sampai mengkilap seperti yang diinginkan Olive. Menahan rasa kantuk, Echa mulai mengetik lagi sebisanya. Dia harus mencapai target demi bisa mengejar jadwal sidang sebelum akhir tahun. Jika tidak, dia harus berjuang lagi untuk membayar biaya kuliah. Tidur hanya sekitar empat jam saja, Echa harus bangun lagi memulai hari. Tentu dia masih belum lupa siapa dirinya. Keponakan sekaligus pembantu di rumah ini. Ya, setiap pagi, dia harus menyiapkan sarapan, bersih-bersih rumah, dari depan sampai ke belakang. “Echaaaaaa!!“ suara teriakan Olivia menggema dari garasi mobil sampai ke dapur. Echa yang saat itu sedang mencuci piring dan perkakas memasak, segera mematikan kran dan meninggalkan dapur. Kesibukannya di pagi hari di rumah ini, sama persis seperti sedang menjalani tugas sebagai ibu rumah tangga dengan beberapa orang anak. “Ada apa, Mbak?” Echa menghampiri wanita itu, di teras rumah. Olivia sedang memasang tampang marah, dia juga terlihat sudah rapi dengan setelan kerjanya. Sungguh hal yang membuat Echa iri, Olivia bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus, karena diterima di salah satu perusahaan ternama di negeri ini. “Apa yang kamu bersihkan?” Olivia melempar heels itu, tepat mengenai d**a Echa. “Udah ak-ku bersihkan, Mbak,” ucap Echa terbata, sambil menahan nyeri di d**a karena Oliva melempar heels itu lumayan kuat. Echa segera mengambil lagi heels itu dari lantai. “Apa yang kamu bersihkan?! ini masih ada noda!” Oliv menunjuk tepat pada noda yang ada di pinggiran heels. Olive tampak tak bisa terima dengan apa yang dilihatnya saat ini. "Kalau kerja yang benar dong!" sentak wanita itu lagi pada sepupunya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook