bc

(Bukan) Sugar Daddy

book_age18+
144
FOLLOW
1K
READ
tomboy
CEO
mxb
serious
suger daddy
city
highschool
enimies to lovers
first love
lonely
like
intro-logo
Blurb

"Be my sugar daddy, please!" pinta Casandra pada Rendra yang sedang sibuk memeriksa dokumen.

"Apa?" Rendra yang sedari tadi fokus pada dokumen, kini mengangkat wajahnya dan menatap bocah bau kencur yang ada di hadapannya.

"Be my sugar daddy, please!" pinta Casandra sekali lagi.

"Jangan mimpi!" tegas Rendra sambil mengusir Casandra dari dalam ruang kerjanya.

Rendra yang sudah berjanji pada dirinya sendiri, tidak akan ada wanita yang masuk ke dalam hidupnya lagi. Tapi, tiba-tiba saja Rendra ditodong bocah bau kencur untuk jadi Sugar Daddy nya. Lalu, apakah tawaran gadis itu diterima oleh Rendra, atau justru ditolak? Mampukah hati Rendra yang sudah sepenuhnya tertutup, kini dapat kembali terbuka lagi? Dengan hadirnya Casandra di sisinya? Atau justru hatinya malah tertuju pada wanita selain Casandra?

chap-preview
Free preview
1 - Be My Sugar Daddy!
London Rendra sedang menatap foto anak laki-lakinya yang terlihat tampan, dan juga menggemaskan. Tak ingin Rendra pungkiri, kalau Abian sangat mirip dengannya. Mulai dari mata, bibir, hidung, dan model rambutnya pun mirip dengannya. Hanya warna rambutnya saja yang menurun dari Mawar, hitam legam. Saat sedang menatap foto anaknya ponselnya berdering, ternyata dari sang mama, Mirna. Tanpa membuang waktu, Rendra langsung mengangkat panggilan telepon tersebut. "Halo, Ma?" Rendra menyapa lebih dulu. "Ren?" "Iya, ada apa, Ma?" tanya Rendra dengan hati yang mulai ketar-ketir, lantaran suara sang mama terdengar parau. "Papa, Ren ... papa sakit," ujar sang mama sambil terisak. "Papa sakit?" tanya Rendra memastikan. "Iya, papa sakit, Ren." Sekali lagi Rendra harus mendengar kenyataan pahit itu. "Mama jangan nangis, ya. Malem ini Rendra bakalan pulang ke Indonesia," tutur Rendra. "Iya, hati-hati, Ren." Sambungan telepon pun terputus. Rendra langsung bergegas memanggil sekretarisnya untuk masuk ke dalam ruangannya. Jessy pun datang saat bosnya memanggil dirinya. "Ada apa, Pak?" "Carikan tiket pesawat untuk ke Indonesia yang paling cepat," titah Rendra sambil menyelesaikan beberapa pekerjaan sebelum ia kembali ke tanah air. "Malam ini juga, Pak?" tanya Jessy sekali lagi. Takutnya ia salah tangkap, ini sudah malam dan Rendra ingin bepergian. "Iya hari ini, masa iya tahun depan. Kamu lagi ngelawak?" "Baik, Pak." Jessy mengangguk, wanita itu pun langsung mencari tiket pesawat untuk bosnya yang hendak kembali ke tanah air. Entah untuk urusan apa, Jessy tak tau. Satu hal yang Jessy bisa tebak, Rendra kembali ke tanah air bukan untuk menemui Abian. Karena baru tiga hari yang lalu Rendra menemui Abian. ***** Rendra tiba di Indonesia, di bandara sudah ada seseorang yang akan menjemputnya untuk pergi ke rumah sakit di mana papanya dirawat. Rendra tak bisa berpikir dengan jernih, dan tak bisa mengira-ngira papanya sakit apa. Pasalnya tiga hari yang lalu sebelum Rendra kembali ke London, lelaki itu mengunjungi orang tuanya dulu. Saat itu, Herman terlihat baik-baik saja, tak ada tanda-tanda kalau papanya sakit. Setibanya di rumah sakit, Rendra bergegas menuju ruangan VVIP di mana papanya dirawat. Mirna sudah menunggu Rendra, dengan duduk di bangku besi yang ada di depan ruangan suaminya. "Mama," panggil Rendra dengan lembut. Mirna mengangkat wajahnya yanh mau sedari tadi menunduk. "Ren," lirih Mirna tak kuasa menahan tangis. Rendra berlutut di depan mamanya dan membawa Mirna ke dalam pelukannya. Tangis Mirna seketika pecah, memeluk Rendra dengan erat dan menumpahkan kesedihannya di dalam dekapan Rendra. Ternyata, Rendra sudah sebesar ini, ya? Rendra tumbuh jadi laki-laki tampan, dan hebat. Dia mampu memimpin perusahaan yang besar, tapi naasnya Rendra tak mampu memimpin rumah tangganya. Tidak apa-apa, harus diberikan pelajaran dulu agar anaknya itu bisa lebih baik lagi, bisa lebih menghargai lagi selagi ada sebelum hilang dan membuatnya kembali menyesal. "Sebenarnya apa yang terjadi, Ma?" "Papa sakit, Ren," lirih Mirna. "Papa sakit apa, Ma?" tanya Rendra penasaran. Tangis Mirna sudah berhenti, perasannya sudah sedikit membaik. Mirna menceritakan semuanya, perihal Herman yang mengidap tumor yang baru saja diketahui kemarin. Hati Rendra terasa perih kala mengetahui kenyataan itu, dan membuatnya menitikkan air mata. "Mama di sini dulu, ya. Rendra mau ngobrol dulu sama dokter." "Tapi kamu belum istirahat, lho." "Rendra udah istirahat di pesawat, kok," dalih Rendra. Mana mungkin dia bisa beristirahat di saat kondisi papanya sedang begini. Mirna kembali masuk ke dalam ruangan suaminya, sedangkan Rendra bergegas pergi menuju ruangan dokter yang mengobati papanya. Rendra masuk ke dalam ruangan dokter, setelah mengetuk pintunya sebanyak tiga kali. Rendra dipersilahkan oleh dokter laki-laki, dan duduk di depan dokter Alvin. "Selamat pagi, Dok," sapa Rendra sambil berjabat tangan. "Iya, selamat pagi." "Saya Rendra, anak dari Bapak Herman," ucap Rendra sopan. "Ah, iya, baik." Dokter tersebut tersenyum. "Ada beberapa hal yang harus saya sampaikan," imbuh dokter tersebut. Rendra mengangguk, pertanda dia siap mendengarkan semua penjelasan dokter. Rendra meremass celananya, menghilangkan rasa gugup yang melanda hatinya. "Kemarin kita sudah melakukan MRI, untuk mengetahui jenis tumor yang diderita oleh Pak Herman. Jenis tumor yang bersarang di kepala Pak Herman, adalah tumor jinak." Napas Rendra tercekat saat mendengar penjelasan dokternya. Hatinya sakit, memikirkan rasa sakit yang dirasakan oleh papanya. "Apa papa saya masih bisa sembuh, Dok?" tanya Rendra was-was. "Masih bisa disembuhkan, Nak Rendra. Ada beberapa jenis pengobatan yang bisa dilakukan untuk pengobatan Pak Herman." Dokter Alvin mulai menjelaskan beberapa pengobatan yang bisa menyembuhkan Herman. "Pertama, Radioterapi. Radioterapi bertujuan untuk menyusutkan ukuran tumor, dengan cara membunuh sel-sel tumor menggunakan energi radiasi. Kedua, Kemoterapi. Kemoterapi dilakukan untuk membunuh sel-sel tumor menggunakan obat-obatan yang dapat diberikan dalam bentuk tablet atau suntikan. Beberapa contoh obat yang digunakan untuk kemoterapi adalah temozolomide dan vincristine. Kemoterapi dapat dikombinasikan dengan radioterapi agar sel-sel tumor dapat dibasmi secara maksimal. Ketiga, Operasi pengangkatan tumor. Operasi bertujuan mengangkat jaringan tumor sebanyak mungkin tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Untuk membantu mempercepat proses pemulihan, penderita akan disarankan untuk mengikuti program fisioterapi. Program fisioterapi ini bertujuan untuk: • Memulihkan kekuatan otot dan kemampuan motorik • Memampukan penderita untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri • Mengatasi gangguan dalam bicara atau menelan • Memulihkan daya ingat dan kemampuan berpikir Untuk pengobatan yang akan dijalani oleh Pak Herman, Nak Rendra bisa diskusikan dengan keluarga terlebih dahulu. Kami tim dokter, akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan Pak Herman." Dokter Alvin menjelaskan semuanya dengan rinci, dan Rendra mendengarkannya dengan seksama. Selesai berbicara dengan dokter, Rendra kembali ke ruangan tempat di mana papanya dirawat. Masuk ke dalam, dan mendapati papanya sedang makan sambil disuapi oleh Mirna. "Papa kenapa, sih? Hobi banget bikin Rendra kaget, deh." Alih-alih menanyakan kabar, Rendra justru melayangkan protesnya. "Maafin papa ya, Ren." "Iya, iya. Kali ini Rendra maafin, tapi jangan diulangi lagi, ya?" pinta Rendra lembut. Rendra menghampiri papanya yang terbaring lemah di atas bed, dengan tangan kiri dipasang infusan. Menatap wajah papanya yang terlihat sudah tua, tidak muda lagi seperti dulu. Dan sampai sekarang, Rendra belum pernah membahagiakan orang tuanya. Yang ada hanya membuat Mirna dan Herman kecewa. "Papa, pengen apa? Nanti Rendra beliin." "Papa kangen Abian, bisa dibawa ke sini?" tanya Herman lembut. Rendra tampak berpikir sejenak. Dia tak bisa mengiyakan permintaan papanya, takutnya dia sudah mengiyakan tapi Mawar tak mengijinkannya, kan bahaya. Tak ingin bersikap gegabah dan membuat kedua belah pihak kecewa dan merasa dirugikan. Rendra memilih untuk menelpon Mawar dulu, baru menanyakan perihal Abian yang akan ia jemput karena Herman Inhu bertemu dengan cucunya. Rendra keluar, dan langsung menelpon Mawar. Sedikit deg-degan setiap kali Rendra menelpon Mawar untuk menanyakan kabar Abian. "Halo, Ren?" Mawar menyapa lebih dulu. "Em, Mawar?" Rendra jadi sedikit ragu, takutnya Mawar melarang dirinya untuk membawa Abian ke Jakarta. "Ya, ada apa, Ren?" Suara lembut Mawar membuat jantungnya berdetak dengan kencang. Rasanya sakit ditinggalkan oleh Mawar, masih Rendra rasakan dengan jelas hingga sekarang, yang berujung penyesalan yang teramat dalam. "Papa sakit, kena tumor otak. Terus papa pengen ketemu Abian, boleh nggak aku bawa Abian dulu ke Jakarta?" tanya Rendra langsung. "Astaga, papa sakit?" pekik Mawar. "Iya, masuk ke rumah sakit kemarin pagi. Gimana, boleh?" tanya Rendra sekali lagi. "Aku sih boleh-boleh aja, tapi bentar aku tanya sama anak yang bersangkutannya dulu." Mawar memanggil Abian yang sedang bermain bersama Juna di kamar. "Abi, ini Papa Rendra nelpon," teriak Mawar dan terdengar jelas di telinga Rendra. "Apa? Om Len nelpon?" tanya Abian sambil menghampiri mamanya. "Panggil papa, Sayang." Mawar membernarkan panggilan anaknya pada Rendra, karena bagaimana pun Rendra adalah papanya Abian. "Om aja, Ma. Kalo papa cuma catu, papa Juna aja, Ma." Ucapan Abian terdengar jelas di telinganya, sekali lagi hati Rendra remuk redam. Tidak apa-apa, ini adalah balasan karena sudah membuat Mawar sakit hati. "Abi, mau ikut om ke Jakarta?" tanya Rendra saat ponsel Mawar sudah berganti pada Abian. "Jakalta? Mau ngapain?" tanya Abian dengan aksen anak kecilnya. "Kakek sakit, katanya pengen ketemu Abi. Gimana, mau?" tanua Rendra sambil tersenyum. Abian menatap mamanya, meminta persetujuan. Mawar hanya mengangguk, sebagai tanda bahwa Abian boleh pergi ke Jakarta dengan Rendra. "Mau, Om!" "Oke, kalo gitu nanti om jemput, ya?" "Iya!" Panggilan telepon berakhir, Rendra tersenyum puas. Rencananya hari siang ini Rendra akan ke mall, untuk membeli mainan untuk Abian agar anaknya betah saat tinggal bersamanya saat di Jakarta. Siang itu Rendra pergi ke mall dengan supir pribadinya. Di sana, Rendra memilih-milih mainan yang menurutnya akan disukai oleh Abian. Matanya tertuju pada mobil-mobilan esar, yang bisa dinaiki oleh anaknya. Hari itu Rendra membeli beberapa mainan, pakaian, dan juga makanan yang mungkin akan disukai oleh Abian. Selesai berkeliling, Rendra memutuskan untuk mengisi perutnya dulu. Tujuan Rendra saat ini adalah restoran cepat saji, dia melihat restoran siang itu terlihat sangat ramai. Banyak anak sekolahan yang sedang "mengerjakan" tugas sambil makan. Dominannya makan sama ngobrol, ngerjain tugasnya cuma sepuluh menit aja terus abis itu kelar. Saat akan memesan, tubuhnya tak sengaja ditabrak oleh seorang gadis yang memakai seragam SMA. Sialnya di tangan gadis itu ada es krim, dan parahnya lagi semua es krim gadis itu menempel semua di kemeja hitam Rendra. "Eh - eh, maafin, Om! Aku ga sengaja," ucap gadis itu sambil membersihkan kemeja Rendra yang kotor gara-gara dirinya. Dengan dinginnya, Rendra menepis tangan gadis itu. "Sudahlah, lain kali hati-hati," ucap Rendra dingin. Rasa laparnya hilang begitu saja, Rendra pun memutuskan untuk pulang saja. Saat hendak keluar dari restoran cepat saji, tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh seseorang. Saat Rendra menoleh, dia mendapati gadis tadi sedang mencengkeram tangannya. Sekali lagi Rendra menepis tangan gadis itu. "Om, mau jadi sugar daddy aku?" tanya gadis itu to the point. "Apa?" Rendra menyipitkan matanya. "Be my sugar daddy, please!" pinta gadis itu sekali lagi.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook