bc

Faith or Love

book_age18+
642
FOLLOW
5.1K
READ
second chance
friends to lovers
goodgirl
independent
brave
doctor
sweet
bxg
city
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Sequel of "I Hate Marriage"

Azzura Fitratunnisa Maqil tidak akan mengira bahwa jalinan persahabatannya dengan Franklin Xavier Wicaksana menumbuhkan cinta di hati keduanya. Namun, rasa itu tak bisa mereka ungkapkan karena sebuah tembok tak kasat mata yang menjadi penghalang terbesar mereka.

Beberapa tahun terpisah tanpa pernah saling komunikasi, Franklin tiba-tiba kembali membawa kejutan untuk keluarganya dan keluarga Azzura tepat di hari pertunangan Azzura.

Bagaimanakah respon dua keluarga tersebut saat mengetahui rahasia terbesar Franklin selama berada di Jerman? Akankah Azzura akan berpaling dari sang tunangan demi memperjuangkan cintanya bersama Franklin?

chap-preview
Free preview
1. Perintah Sang Ayah
"Berangkatlah ke Jerman! Papi sudah mengurus kepindahanmu ke sana," cetus seorang pria paruh baya dengan tatapan tajamnya. "Gimana bisa aku ke sana sementara aku sudah nyaman kuliah di sini? Aku sudah semester tiga, Papi!" "Semester yang tertinggal masih bisa kamu kejar. Lagi pula kamu diberi anugerah otak cerdas sejak kecil. Tentu bukan hal yang sulit bagimu, kan?" "Papi, aku ingin tetap di sini. Kalau untuk jenjang selanjutnya, aku bersedia ke sana," pinta pemuda berusia 19 tahun itu pada sang ayah. "Papi hanya ingin yang terbaik untukmu, Nak." "Papi, aku ingin tetap di sini. Aku akan kesulitan punya teman kalau di sana." "Kesulitan punya teman atau kesulitan menemui seseorang yang tak seharusnya kau cintai, Franklin?" Pemuda bernama Franklin itu terkesiap. Wajahnya memucat. "Apa maksud Papi?" Andre mendengus dingin. "Papi juga seorang pria jika kau lupa. Papi mengartikan tatapanmu yang tak biasa padanya." "Papi, kenapa?" "Kau bukan orang bodoh, Franklin! Kenapa kau masih mempertanyakan sesuatu yang sudah kau ketahui jawabannya?" Franklin mengusap kasar wajahnya lalu menoleh pada sang ibu yang menatapnya penuh iba. "Mami," lirih Franklin. Felisha mengusap air matanya dan memilih pergi, meninggalkan dua lelakinya yang masih terus berdebat. "Seharusnya kamu sadar, Nak kalau perbuatanmu ini akan mengundang murka Tuhan," ucap Andre, lirih. Pria paruh baya itu pergi meninggalkan Franklin yang masih memikirkan tawaran sang ayah. Tidak, ini bukan tawaran, tetapi perintah yang tak akan bisa ia bantah. Sembilan belas tahun ia hidup, ini adalah pertama kalinya ia melihat wajah kalut ayahnya. "Apa yang harus kulakukan sekarang, Tuhan? Apakah aku sedang mengundang murkaMu?" *** Suara notifikasi pesan masuk berbunyi. Azzura yang sedang asyik menyelesaikan tugas Kimia dari sekolahnya mengambil ponselnya. Kak Franklin: Bisa kita ketemu besok? Azzura segera mengetik balasan. Anda: Akhir-akhir ini aku sibuk. Banyak sekali kegiatan sekolah yang harus selesai sebelum ujian akhir. Ada apa? Kenapa harus ketemu kalau semuanya bisa disampaikan lewat telepon? Kak Franklin: Gak bisa, Zura. Kita harus bicara empat mata. Anda: Kalau gitu, aku harus ajak Kak Mirza atau Kak Azzam! Franklin: Zura, aku cuma mau kita berdua aja. Anda: Kalau gitu, via telepon aja! Titik! Pesan terakhir yang Azzura kirim hanya centang biru. Gadis itu mendengus sebal lalu menyimpan kembali ponselnya dalam keadaan nonaktif dan mengisi dayanya. Ia pun melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda. Suara ketukan pintu terdengar. Gadis itu bisa menebak siapa yang ada di balik pintu. Ia pun bergegas membukanya dan mendapati kakak kembarnya memamerkan deretan giginya yang terawat. "Ada apa?" tanya Azzura, datar. "Dih, galak bener!" cibir Azzam. Saudara kembarnya masuk ke dalam kamar yang didominasi* warna pink itu. "Mau apa sih? Aku lagi belajar!" Azzam tak menjawab. Ia tatap lekat kedua mata adik kembarnya. Karena salah tingkah, Azzura mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Masih sering ketemu Kak Franklin?" tanya Azzam, menyelidik. "Jarang. Kamu kan tahu sendiri aku sibuk akhir-akhir ini." Gadis itu memilih duduk kembali di depan meja belajarnya untuk menyelesaikan tugasnya. "Sebaiknya mulai saat ini, kamu jaga jarak sama dia!" Azzura melirik Azzam dengan tatapan bingungnya. "Bukankah selama ini aku gak pernah berduaan sama dia? Kalau pun berdua, itu cuma kebetulan dan selalu di tempat ramai." "Iya, aku tahu. Tahu banget malah! Sebelum kalian memiliki perasaan lebih, kalian harus mengambil jarak." "Oke, aku paham. Masih ada lagi yang mau kamu bilang? Kalau gak ada lagi, mending keluar!" Azzam menatap lembut adiknya sejenak lalu keluar dari kamar. Setelah pintu tertutup, tubuh Azzura melemas. Ia terduduk di lantai dengan kepala tertunduk. "Semua sudah terlanjur. Aku harus gimana sekarang?" gumamnya. *** "Lho, Zura! Kamu gak sarapan dulu, Nak?" Azzura duduk sebentar lalu meneguk s**u stroberi yang selalu tersedia untuknya hingga habis. "Aku pergi ke sekolah dulu, ya!" Azzura mengecup kedua pipi Nayyara dan Hazig secara bergantian. Kemudian, ia mengecup punggung tangan Mirza, Azzam, dan mencubit gemas hidung Emira yang kini merengut. Ia berlari keluar setelah mengucap salam. Sebuah mobil yang sangat ia kenali tiba-tiba berhenti di depannya. "Masuk!" Azzura mendengus kesal. "Aku mau naik taksi." "Bareng aku aja! Sebelum kamu dihukum karena kamu hampir terlambat." "Tapi, Kak-" "Masuk atau kamu gak dibukain gerbang sekolah nanti?" Azzura mengangguk pasrah. Berdebat dengan Franklin hanya akan menguras energinya. Setelah Azzura masuk dan mobil melaju kembali, Franklin menyuruh Azzura membuka kotak bekal miliknya. "Aku tahu kamu belum sempat sarapan. Makanlah!" "Tapi, Kak ... ini-" "Aku masih bisa makan di kantin, Zura. Kamu kan gak bisa gak sarapan!" ucap Franklin tak ingin dibantah. Azzura menurut. Ia membuka kotak bekal Franklin lalu memakan roti bakar isi telur yang menggugah seleranya. "Ini enak. Buatan Mami, kan?" "Salah! Itu buatanku." Azzura terkejut. Dengan susah payah, ia menelan makanan yang telah ia kunyah. Franklin menatapnya sambil tersenyum tipis. "Enak, kan?" "Jujur, memang enak." Suasana hening sejenak. Franklin menarik napas panjang lalu mengembuskannya. Ia beranikan diri menatap gadis yang memakai seragam SMA dengan jilbab abu-abu panjang yang menutupi dadanya. "Aku mau ke Jerman." Azzura menatap mata Franklin dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kenapa?" "Aku lolos beasiswa di sana. Sudah lama sekali aku menginginkannya. Jadi-" "Pergilah!" Franklin menatap tak percaya. "Kamu gak menahanku?" Azzura tertawa sinis. "Aku gak punya hak untuk menahanmu. Sebagai sahabat, bukankah aku harus mendukung langkah dan cita-citamu?" Franklin tertegun mendengar kalimat yang terlontar dari bibir Azzura. "Zura," lirih Franklin. "Aku bukan Azzura kecil yang selalu mengikutimu ke mana-mana. Kamu berhak dan punya kebebasan memilih untuk kepentingan dirimu sendiri. Aku juga tidak akan berhenti mendoakan kesuksesanmu." Suara bel berbunyi menyadarkan Azzura. "Seharusnya dari tadi aku udah masuk. Makasih, ya atas sarapannya! Bye!" Azzura keluar dan bergegas masuk ke dalam lingkungan sekolah. "Mungkin inilah yang terbaik untuk kita, Zura," ujar Franklin dengan mata terpejam. Franklin tak langsung pergi. Ia masih melihat ke arah sekolah Azzam dan Azzura, hingga suara ketukan di kaca mobilnya membuatnya menoleh. Ia pun segera keluar dan meladeni Azzam. "Kenapa masih di sini?" tanya Azzam, datar. Franklin tersenyum tipis. "Gue nenangin diri dulu sebelum nyetir." Azzam mendengus dingin. "Lo pikir gue gak tahu maksud lo selama ini deketin adik gue? Dari kecil gue udah tahu kalau lo punya perasaan lebih ke adik kembar gue." "Terus kenapa? Salah? Apa salah gue cinta sama adik lo?" "Seharusnya lo tahu apa yang bakal terjadi ke depannya! Lupain adik gue dan cari cewek lain yang bisa lo ajak komitmen seumur hidup hingga maut memisahkan kalian. Anggap aja adik gue adalah cinta monyet lo!" "Gak bisa!" Rahang Azzam mengeras. Tangannya mengepal kuat. "Andai ini bukan jam pelajaran, gue udah hajar lo!" desisnya. "Lo gak bisa maksa gue cari cewek lain karena yang gue cinta cuma Azzura Fitratunnisa!" "Haruskah gue perjelas lagi kalau lo beda aqidah dengan keluarga gue?"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook