bc

Pulangnya Sang Almarhum

book_age18+
266
FOLLOW
3.5K
READ
dark
family
brave
CEO
twisted
bxg
mystery
scary
city
like
intro-logo
Blurb

Rate: 18+ l Tidak untuk semua umur.

(Mengandung kekerasan serta beberapa unsur pembahasan yang membutuhkan kematangan berpikir dalam menyikapinya.)

***

Sang almarhum yang nyaris terlupakan kini kembali pulang. Memberi peringatan. Marabahaya telah dekat, sang iblis akan datang.

Satu misteri besar yang sekian lama terkubur terancam tumbang, dan Christian Dennis harus menghadapi satu masalah terbesar dalam hidupnya.

Ketika sang iblis yang memendam dendam menginginkan kematiannya, ratusan jiwa yang telah mati mengupayakan Dennis agar bertahan hidup.

Dan pertempuran yang sesungguhnya antara cahaya dan kegelapam pecah di satu malam sunyi.

***

chap-preview
Free preview
Prolog
    "Jadi, di sinilah tempatnya?"      Aku mengamati setiap bongkah batu itu dengan mata nanar. Mencoba mencari-cari sesuatu yang mungkin tak bisa diserap logika maupun akal sehat.     Namun, aku tak menemukan apa-apa. Yang kulihat hanyalah tumpukan batu biasa yang membentuk gundukan besar setinggi dua meter. Harus kuakui, untuk ukuran sebuah 'Altar Pemujaan', tempat ini tak semengerikan yang kukira.     "Ya, inilah tempatnya." Demian menjawab pertanyaanku, berdiri di sampingku, membaca reaksiku atas tempat ini, lalu ia menambahkan, "Di sinilah perjanjian kuno antara para leluhur Suku Matamba dan sang Iblis itu terjadi. Perjanjian yang selalu menerbitkan teror dan rasa takut bila kau mengingatnya."     "Dan tepat di tempat ini pula sang anak itu dibakar dan dikubur hidup-hidup?" tanyaku lagi. Kali ini, tak ayal nada getir mewarnai suaraku.     Ia nyengir mendengar nada getir itu. "Ya, di sinilah letak anak itu mati terbakar, tapi tidak dikubur, walau secara teknis jasadnya memang telah terkubur sekarang."     Aku menatapnya bingung. "Apa maksudmu?"     "Setelah anak itu tewas, orang dewasa yang ada menunggu hingga apinya perlahan padam, lalu mereka mengambil bebatuan yang berada di sekitar hutan dan menumpuk batu-batu tersebut di atas sisa-sisa jasad sang anak yang telah dilalap api ... hingga jadilah gundukan batu besar yang kau lihat sekarang ini. Jadi, seperti kataku, jasad sang anak itu tidak pernah dikubur dan mendapat acara pemakaman yang layak. Tapi kenyataannya jasad itu sudah terkubur sekarang." Lalu Demian tersenyum misterius. "Terkubur dalam timbunan batu."     Aku menelan ludah. Inilah yang kucari-cari tadi, sesuatu yang tak bisa dicerna logika dan akal sehat. Sesaat, aku memandang kembali gundukan batu tersebut sembari menyipitkan mata seolah-olah dengan begitu aku bisa melihat menembusnya, kemudian bergidik ketika aku membayangkan bahwa tulang belulang sang anak itu masih tertimbun di sana.      Selama ratusan tahun.     "Aku masih tak mengerti," kataku, mencoba menutupi kekalutanku, tapi tidak berhasil ditilik dari suaraku yang bergetar. "Untuk apa mereka melakukannya? Mengorbankan jiwa yang tak tahu apa-apa demi sebuah perjanjian itu?"      Aku benar-benar masih belum memahami fakta itu. Seorang anak dibunuh, dibakar hidup-hidup hanya untuk pengorbanan sebuah perjanjian gila. Itu kejam, terlepas dari kenyataan bahwa saat peristiwa itu terjadi, moral dan norma kemanusiaan belum tercipta.     Senyum misterius itu masih terpasang di bibirnya ketika Demian bicara. "Mengorbankan jiwa yang masih suci merupakan simbol dari perjanjian itu untuk menentang nilai-nilai Tuhan dan mulai mengikuti ajaran dari sang iblis. Menggunakan karunia Tuhan untuk menyekutukan-Nya. Keji memang, tapi nyatanya, keyakinan semacam itu masih sering dipraktekkan oleh orang-orang yang belajar ilmu hitam atau untuk bersekutu dengan iblis."     "Yah, aku pernah dengar hal seperti itu," kataku muram. "Di film horror."     Demian tertawa getir. "Film horror terkadang memang selalu menampilkan hal-hal mengerikan yang bisa dibuktikan, itu nyata." Ia melangkah ke arah pohon terdekat dan menyandarkan punggungnya di sana, sementara matanya masih mengawasiku lekat-lekat. "Jadi Dennis, katakan padaku, apa keputusanmu?" Demian bertanya, serius sekarang.     Aku menutup mata. Itu pertanyaan yang akhir-akhir ini selalu terngiang dalam kepalaku. Namun aku masih belum yakin apa jawabanku.     Bukan hanya kematianku saja yang akan kuhadapi jika aku melanjutkan rencana ini, aku juga akan menjadi penyebab kematian teman-temanku jika rencana ini gagal, dan itu bukan hal yang ingin kupersembahkan kepada mereka di hari terakhir aku hidup ini.      Bahkan satu peradaban yang telah berlangsung berabad-abad ini terancam musnah dan binasa karena keputusanku. Namun di sisi lain, pertanyaan itu mudah untuk dijawab karena aku sudah tahu apa yang kuinginkan. Hanya resiko yang dihasilkannya saja yang membuatku meragu. Dan di antara kebimbanganku, aku harus memutuskannya sekarang juga.     Akhirnya, kubuka mataku dan membalas tatapan Demian. "Akan kulanjutkan," kataku, untungnya tak terdengar sedikitpun nada ragu. "Kita hancurkan Altar Pemujaan malam ini, dan akhiri semua ritual mengerikan ini."      Aku sadar, sepenuhnya. Kecil sekali kemungkinan aku bisa selamat dan bertahan hidup setelah melewati malam ini, mungkin dengan memepersiapkan diriku sendiri akan kematian yang menjelang bisa membuatku lebih mudah melewatinya. Dan lagi, jika dilihat dari sejarah hidupku yang menyedihkan, dan mengetahui fakta bahwa aku selalu nyaris selamat dari setiap kejadian tragis yang menimpaku, mungkin mati karena memperjuangkan apa yang kuanggap benar itu sudah cukup bagiku.     Demian menatapku, tersenyum menyetujui keputusanku. "Aku ikut denganmu."      Aku balas tersenyum.     Kualihkan pandanganku menatap langit, matahari sudah mulai terbenam di kaki langit, menciptakan bayangan panjang pepohonan yang membentuk jari-jari panjang hitam seolah-olah bayangan itu hendak merengkuhku ke dalam kegelapannya yang fana.     Dan, aku menunggu.       Nanti, ketika sang rembulan berada tepat di atas titik tertengah langit, tepat ketika acara ritual itu dimulai. Aku akan berdiri di sana, melindungi korban terakhir dari terkaman sang iblis, dan misteri siapa yang masih hidup dan mati malam ini akan terungkap, ketika matahari menunjukan lagi dirinya, cahaya kuning keemasannya menari-nari pada celah awan kelabu di langit, lalu cahaya itu turun ke bumi, menembus dedaunan dan menghujam tanah, menandakan datangnya esok, pagi hari. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

LAUT DALAM 21+

read
289.1K
bc

Guru BK Itu Suamiku (Bahasa Indonesia)

read
2.5M
bc

Accidentally Married

read
102.6K
bc

Pinky Dearest (COMPLETED) 21++

read
285.7K
bc

Dependencia

read
186.2K
bc

✅Sex with My Brothers 21+ (Indonesia)

read
923.1K
bc

Crazy Maid ( INDONESIA )

read
206.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook