bc

Run In Love

book_age12+
2.0K
FOLLOW
24.0K
READ
tomboy
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Seorang gadis yang memiliki mimpi menjadi tentara harus mengubur mimpinya karna sesuatu dan lain hal. Namun, siapa sangka karena lari yang rutin ia lakukan setiap sore mempertemukannya dengan seorang tentara tampan yang membuatnya bisa bermimpi kembali untuk masuk dalam lingkungan militer. Bukan sebagai kowad, tapi sebagai pendamping prajurit.

chap-preview
Free preview
Prolog
Napas Naufa terengah-engah. Hari ini, ia berhasil mengelilingi lintasan lari di Gor Pajajaran sebanyak lima kali dalam dua puluh menit. Hal yang biasa ia lakukan ketika ada waktu senggang. Naufa berbaring di tengah lintasan lari yang mulai ramai. Matanya menyipit menatap langit yang mulai berubah warna, matahari akan tenggelam dalam beberapa jam lagi. Setelah dirasa cukup ia mengambil napas, dirinya bangkit dan merangkak ke pinggir lapangan, mendekati botol minum dan tasnya. Mata Naufa memandang orang-orang yang mulai berlari santai ataupun atlet lari yang tengah melakukan pemanasan. Sesekali ia meminum air yang dibawanya. "Boleh saya duduk di sini?" tanya seseorang mengintrupsi kegiatan Naufa. Naufa menengadahkan kepalanya memandang orang tersebut. "Ya, duduk aja Mas, ini tempat umum kok," jawab Naufa santai. "Terimakasih," pria tersebut duduk tepat di sebelah Naufa. Naufa melihat kaos dan celana pendek yang digunakan pria tersebut. Pakaian yang pria itu gunakan khas TNI. "Mas anggota TNI?" tanya Naufa memecah kesunyian. Pria tersebut mengangguk dan tersenyum. "Ooh," mulut Naufa membulat. Ia menggerak-gerakkan kakinya yang diselonjorkan. Otaknya dipakai untuk memikirkan cara memperpanjang obrolan ini. Jika biasanya ia mudah memulai pembicaraan entah kenapa sekarang hal tersebut terasa sulit baginya. "Kamu suka lari di sini?" giliran pria tersebut yang bertanya. Tangannya memeluk kedua lututnya yang terbuka. Pandangan tajamnya memperhatikan orang-orang yang silih berganti lewat di hadapannya. "Sebenarnya saya lebih suka lari dari tugas kuliah, Mas," jawab Naufa mencoba bercanda. Pria tersebut tersenyum kecil menanggapi candaannya. "Asal jangan lari dari kenyataan aja," timpal pria tersebut. Naufa hanya tertawa canggung menanggapinya. Memang apa yang bisa dilakukannya? "Nama kamu siapa?" pria itu bertanya lagi setelah cukup lama mereka berada dalam kesunyian. "Naufa Adzkia, kalau Mas?" "Alvaro Wiratama," Naufa mengangguk-ngangguk. "Kamu kuliah jurusan apa? Sampai mau lari dari tugas-tugasnya," tanya Alvaro lagi. "Sastra Inggris, Mas." Obrolan ringan mulai mengalir. Alvaro ternyata baru saja dipindah tugaskan ke kota ini. Dari obrolan ini didapatkan informasi bahwa Alvaro tentara berpangkat Letnan dua , umur 27 tahun, asal Jakarta, dan dia seorang solo player alias JOMBLO. "Mau lari lagi?" tawar Alvaro. Naufa tampak berpikir. "Lari menghadap danyon mau, bang" jawab Naufa dengan muka yang dibuat seserius mungkin. Alis Alvaro terangkat tangannya masih terulur untuk membantu Naufa bangkit dari duduknya. "Ngapain menghadap danyon?" "Buat nikahin abang," jawab Naufa polos. Alvaro tertawa kencang bahkan beberapa orang yang lewat terheran-heran karna sikapnya. "Kamu ini ada-ada aja. Emang siap jadi istrinya tentara? Siap jadi ibu persit? Siap ditinggal-tinggal?" Alvaro menghapus air mata yang keluar di sudut matanya. Ia berkacak pinggang layaknya polisi yang mengintrogasi seorang tahanan. "Izin, siap sanggup, bang," jawab Naufa dengan tegas, ia juga mengganti panggilan Alvaro yang semula 'Mas' menjadi 'Bang' atau 'Abang'. Kini Alvaro berganti posisi menjadi bersedekap d**a, masih dengan Naufa yang duduk berselonjor. "Jadi kowad aja aku sanggup, masa jadi ibu persit aku gak sanggup," kini giliran Naufa yang bersedekap d**a setelah dirinya berdiri. Ekspresi wajahnya dibuat sesantai mungkin dan semeremehkan mungkin. "Kamu kowad?" tanya Alvaro kaget dan sedikit bingung. Bukankah tadi Naufa sendiri yang mengatakan bahwa dia mahasiswi? Alvaro linglung. "Hampir jadi kowad kalau orang tua mengikhlaskan anaknya jadi milik negara. Sayangnya enggak. Jadi, karna aku gak jadi kowad, aku jadi ibu-ibu persit aja, jadi milik abang," jawab Naufa dengan gamblangnya. "Kamu serius?" wajah Alvaro berubah menjadi serius. Ia bahkan maju selangkah, menjadikan jarak antara dirinya dan Naufa sangat dekat. Naufa mendongak karna tingginya yang hanya 160cm sangat jauh dari Alvaro yang tingginya 187cm. Naufa mengutuk Alvaro dalam hati karna memiliki badan setinggi itu, semua orang yang berbadan lebih tinggi darinya memang akan ia kutuk. "Ya enggaklah, bang. Aku cuman bercanda. Hehehe. . ." dengan tanpa rasa bersalah Naufa menjawabnya kemudian berlari mengitari lapangan Pajajaran ini lagi. Tersirat kekecewaan di wajah Alvaro beberapa saat sebelum ia menggelengkan kepalanya beberapa kali. Senyum tersungging dari bibirnya yang sedikit kemerahan. Lantas, ia berbalik dan mengejar Naufa yang tak terlalu jauh posisinya. *** Mata Naufa berbinar ketika mendapati buku novel yang ditunggunya berada di rak khusus buku berbahasa Inggris. Sekali mendayung, dua pulau terlampaui. Kemarin ia baru saja mendapat info dari kakak tingkatnya bahwa novel tersebut biasanya akan menjadi bahan untuk ujian semester. Selain itu, dirinya penasaran dengan karua Jane Austen setelah membaca sedikit salah satu karyanya. Dengan cepat tangan kanan Naufa meraih buku yang ia damba-dambakan. Setelahnya ia berkeliling toko buku sekedar untuk mencari-cari satu atau dua buku yang sekiranya menarik minatnya. "Wah, udah terbit ternyata?" gumam Naufa ketika matanya menangkap judul sebuah buku. Dengan cepat langkah kakinya mendekati rak khusus buku-buku novel berbahasa Indonesia yang baru saja terbit. "Eh..." Naufa terkejut ketika tangan seseorang menangkap tangannya tepat ketika ia mengambil buku tersebut. "Loh Bang Alvaro, kok di sini? Ngapain?" tanya Naufa. "Ya beli buku lah, Dek" jawab Alvaro geli. Ia menarik tangannya begitupula dengan Naufa. Naufa mengangguk-nganggukkan kepalanya. Ia lantas mengambil buku yang diinginkannya begitupun Alvaro. "Abang suka baca novel juga?" Alvaro yang berjalan di sebelah Naufa mengangguk, "untuk mengisi waktu luang, Dek," tuturnya. "Aku udah baca novel ini sih, bang. But, w*****d version," Alvaro menghentikan langkahnya begitupun Naufa yang terlihat bingung. Mereka saling tatap. "w*****d?" ulang Alvaro. Naufa melambai-lambaikan tangannya tak beraturan dan melanjutkan jalannya. "Cari sendiri di internet aja, Bang. Malas aku jelasinnya." "Abang kenapa beli buku ini?" tanya Naufa lagi. "Cover bukunya ada tentara-tentara gitu," jawab Alvaro polos. "Ini novel action kan?" tanya Alvaro yang mendapatkan tatapan tak percaya dari Naufa. "Ini romance, Bang. Jangan bilang kalau Bang Alvaro selalu beli buku cuma karna covernya?" Naufa terperangah tak percaya, ternyata tentara satu ini akan membeli buku hanya karna covernya. Sedangkan Alvaro hanya tersenyum bodoh. *** Di depan gadis cantik ini sudah ada laptop, kamus tebal bahasa Inggris, Oxford Dictionary, pulpen, stabilo, laptop dan secangkir kopi. Kacamata baca sudah bertengger manis di hidungnya. Rambutnya digulung asal. Sudah satu jam ia mengerjakan tugas ini dan baru satu lembar yang baru selesai. Tugas Linguisticsnya lumayan sulit, sejujurnya tidak sesulit itu kalau Naufa tinggal mengetik kata-kata yang ia cari di internet. Tetapi, gadis satu ini lebih suka memastikan jawaban yang ia temukan di internet dengan membolak-balik kamus cetaknya dan sekali lagi memeriksa origin kata tersebut di  website online Oxford Dictionary ataupun Merriam-Webster Teman sekamar Naufa, Kinan masuk dan langsung menghempaskan badannya ke kasur. Naufa menoleh sebentar kemudian melanjutkan pekerjaannya lagi. "Habis dari mana lo?" tanya Naufa tanpa menatap Kinan. "Jalan," Kinan bangkit dari tidurnya dan berjalan ke kamar mandi. Naufa menggedikkan bahunya tak peduli. Saat matanya menangkap buku yang dibelikan oleh Alvaro ia tersenyum sendiri dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tersenyum ketika bayangan wajah Alvaro hinggap di kepalanya. 'Am I falling in love with him?' batinnya. *** Alvaro merebahkan tubuhnya, lengan berototnya dijadikan bantal. Ia menatap langit-langit yang putih. Lalu tersenyum seperti orang gila. Tipikal pria sedang jatuh cinta. Ia kembali mengingat pertemuan tak sengajanya di sebuah toko buku. Ia mengingat bagaimana Naufa menceramahinya tentang memilih novel dan bahan bacaan dan juga kalimat yang diucapkan Naufa "Bang Alvaro, inget ini 'don't judge a book by the cover,' Abang kalau mau beli buku harus baca reviewnya dulu biar gak kecewa." Ia bukan manusia bodoh yang membeli buku hanya karna covernya. Namun, ia senang ketika Naufa berbicara panjang lebar. Ia senang menatap wajah Naufa yang memiliki berbagai ekspresi dalam satu waktu. Favoritnya saat Naufa tersenyum. "Siap, izin, Ndan?" suara tegas seseorang memecahkan sunyinya barak malam ini dan juga lamunan indah Alvaro Alvaro bangkit dan menatap juniornya yang tengah berdiri tegap dengan kolor dan kaos oblong putih yang mulai lusuh. "Ada apa?" tanya Alvaro datar. "Siap, izin tidur lebih dahulu, Ndan" ucap tentara itu. Alvaro memutar bola matanya malas. "Tidur tidur aja toh, Ron. Kalau lagi nggak dinas dan cuma ada lo sama gue santai aja ngomongnya. Lo kaya sama siapa aja," orang yang disebut Ron itu tertawa sebentar dan langsung merebahkan dirinya di sebelah ranjang tingkat yang terbuat dari kayu jati milik Alvaro. Tiga menit kemudian sudah terdengar dengkur halus darinya. Alvaro hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum merebahkan diri dan menyusul Roni ke alam mimpi. Berharap memimpikan gadis yang membuat hatinya berdesir hangat ketika melihatnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Skylove (Indonesia)

read
109.2K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.0K
bc

I Love You, Sir! (Indonesia)

read
260.4K
bc

Wedding Organizer

read
46.7K
bc

MOVE ON

read
95.0K
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.1K
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
15.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook