bc

Langit & Lintang

book_age18+
4.0K
FOLLOW
26.8K
READ
billionaire
love after marriage
arrogant
goodgirl
CEO
drama
twisted
sweet
straight
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Langit Wicaksana, CEO 28 tahun di salah satu perusahaan properti terbaik tak menyangka takdir membawanya pada pernikahan yang tak diharapkan.

Lintang Kurnia, gadis desa 22 tahun yang nekat ke ibu kota untuk meraih mimpinya bekerja di perusahaan besar dan bertemu dengan sang ayah juga tak pernah menyangka, sosok atasan yang sering kali bersikap galak dan kasar padanya adalah seseorang yang dijodohkan dengannya.

Apa yang dihadapi Lintang jauh lebih rumit dari sekadar ketakutan untuk jatuh cinta pada laki-laki dingin yang tak pernah mencintainya. Merasa terjebak pada kehidupan baru yang serba mewah dan tertata serta arogansi sang suami justru membangkitkan sisi lain Lintang yang harus bertahan dengan semua. Hanya dua pilihan, menyerah atau bertahan.

cover by Riandra_27

chap-preview
Free preview
Prolog
Tatapan tajam itu menelisik sosok yang diam mematung dengan jari-jari gemetaran. Kilat kemarahan belum jua mereda. Sungguh, kesabaran sang pria rasanya telah habis dan ia tak ingin lagi melihat wajah polos menyebalkan dari sang sekretaris yang baru bekerja dua minggu. Ingin rasanya ia memaki Hendra, seseorang yang ia percaya untuk menyeleksi sekian pelamar yang menginginkan posisi sekretaris. Kenapa harus satu cewek kampung ini yang diterima? Sejak hari pertama bekerja, bahkan ia sudah memecahkan gelas di mejanya. Ia juga baru tahu kebiasaan aneh sang sekretaris yang takut masuk lift sendirian dan selalu minta ditemani karyawati lain. Sangat tidak menguntungkannya ketika ia butuh bantuan sang sekretaris untuk gerak cepat dan mengharuskannya keluar masuk lift. Hari ini gadis bernama Lintang Kurnia atau yang biasa disapa Lintang kembali membuatnya geram. Ia salah mengetik alamat surel koleganya. Padahal ia menerima kerja sama proyek bernilai fantastis dan meminta sang sekretaris untuk mengirimkan surel terlebih dahulu sebelum nanti mengadakan pertemuan langsung. Sang kolega mengira dirinya menolak bekerja sama karena tidak membalas surelnya. Jarak yang jauh belum memungkinkan keduanya untuk bertemu. Kesibukan jadwal juga membuat laki-laki 28 tahun itu belum sempat untuk menelepon koleganya secara langsung. Sang kolega sudah memutuskan untuk bekerja sama dengan perusahaan lain. Kesalahan pengetikan alamat surel ini baru terbongkar setelah tiga hari adem ayem. Ceroboh, satu kata yang ia sematkan pada sang sekretaris. Tak hanya itu, direktur bernama Langit Wicaksana juga kecewa pada kinerja sekretaris yang ia nilai tidak becus dalam membuat notulen rapat, satu keahlian yang seharusnya dikuasai seorang sekretaris dan menurutnya jenis pekerjaan ini adalah pekerjaan yang sangat ringan dan mudah. Kekecewaannya meluap berkali lipat saat mengetahui bahwa sang sekretaris belum lama lulus kuliah dan belum berpengalaman bekerja di bidang ini. Entah apa yang membuat Hendra memilihnya. Saat Langit bertanya pada Hendra, bapak dua anak itu menjawab bahwa ia menyukai karakter Lintang yang jujur dan apa adanya. Langit tersenyum miring. Dipandangi penampilan Lintang yang bahkan jauh dari kesan modis. Kemeja bermotif bunga-bunga warna merah muda dipadukan dengan rok panjang coklat tua. Sangat tidak serasi dan tidak enak dipandang. Wajahnya pun terlalu pucat tanpa lipstick. Ia terbiasa melihat para karyawati berpenampilan rapi dan modis dengan sapuan make up. "Saya udah nggak tahu lagi ya mesti gimana ngadepin kamu. Kesabaran saya ada batasnya. Kalau kamu terus-terusan ceroboh dan nggak becus seperti ini, pekerjaan saya bisa kacau!" suara Langit terdengar lantang. Ketegasan bercampur nada galak itu membuat Lintang semakin takut. "Saya mempekerjakan sekretaris untuk memudahkan pekerjaan saya, bukan mempersulit!" lagi-lagi kata-kata itu meluncur tegas. Mata Langit membulat, menerobos hingga ke ujung retina Lintang. Bibir Lintang gemetar. Jauh-jauh dari kampung ke ibu kota hanya karena ingin bekerja di perusahaan besar sekaligus bertemu dengan ayahnya yang sudah lama tak menemuinya, dia justru bertemu dengan atasan yang begitu galak dan kasar. Karakternya yang melankolis membuatnya begitu sensitif dan mudah down jika mendengar seseorang berkata kasar dan memarahinya. Bahkan ibunya tak pernah memarahinya seperti ini. "Maafkan saya, Pak. Saya berjanji untuk lebih berhati-hati." Hanya itu yang mampu Lintang ucapkan. Ia berharap Langit masih mau memberinya kesempatan untuk bekerja. Langit terdiam sesaat. Ia tak mengerti kenapa ada banyak karakter perempuan seperti Lintang. Ceroboh, sensitif, mudah menangis, bahkan ia juga menilai jika Lintang ini sosok yang manja meski karakter satu ini belum terlihat. Langit menyukai perempuan yang kuat, tegas, smart, bisa bekerja profesional, mandiri, dan ia jarang menemukan perempuan seperti ini. Hanya perempuan bernama Arabel yang ia nilai memenuhi kriteria idamannya. Sayangnya wanita itu tak pernah memberikan hati untuknya. Sebenarnya Langit sudah tak tahan lagi dan ingin mendepak Lintang untuk segera keluar dari perusahaannya. Namun mata Lintang yang berkaca dan bahkan sudah menitikkan air mata meruntuhkan ego Langit. Laki-laki bercambang tipis itu masih punya perasaan. "Silakan keluar dari ruangan saya. Melihat wajah kamu itu membuat saya muak," cetus Langit tanpa menoleh Lintang. Gadis 22 tahun itu mengangguk. "Baik, Pak." Ia berjalan ke arah pintu dengan langkah lunglai. Lintang duduk di kursi kerjanya dengan hati retak untuk kesekian kali. Sebenarnya kadang ia pun berpikir untuk menyerah. Hidup di ibu kota terlalu keras untuknya. Kadang ia berpikir untuk kembali ke kampung saja, mengajak warga desa membuat kerajinan tangan berbahan bambu dan menjualnya ke koperasi desa atau memasarkan lewat online serta memasok ke beberapa toko kerajinan. Hasilnya cukup untuk sehari-hari. Namun ia teringat akan perkataan ibunya bahwa hidup memang tidak mudah dan butuh perjuangan. Bekerja di perusahaan besar adalah impiannya sejak lama. Ia berharap bisa mengumpulkan modal dari gajinya agar bisa digunakan untuk membangun usaha sendiri. Lintang juga teringat bahwa di kota ini ia masih memiliki seorang ayah, meski sang ayah tidak begitu menganggapnya. Ia tak bisa menyalahkan garis hidupnya atau pun menghakimi keputusan sang ibu di masa mudanya, yang mau menjadi istri kedua dari Agung Haryanto, pengusaha yang juga memiliki perusahaan besar, sama seperti keluarga atasannya. Sejak kecil, Lintang terbiasa hanya bertemu dengan sang ayah setengah tahun atau setahun sekali, dan semakin ia beranjak besar, semakin jarang pula sang ayah menjenguknya. Waktu kecil ia sering bertanya pada ibunya, kenapa ayahnya jarang pulang? Namun setelah remaja dan tahu seperti apa status ibunya, ia tak lagi menanyakan. Hingga kini nyinyiran dan cemooh akan status sang ibu masih terdengar gaungnya. Setidaknya di kota ini, telinganya sedikit bebas dari cibiran tetangga. Ayahnya bukan sosok yang lepas tanggung jawab dalam membiayai kehidupannya dan ibunya. Ia belikan sawah agar keduanya tidak kesulitan membeli beras. Setiap bulan ayahnya mengirim uang. Lintang juga disekolahkan hingga perguruan tinggi. Namun dari segi kasih sayang, Lintang sangat amat kekurangan. Bahkan ketika tiba di kota ini, ayahnya hanya mengantarnya ke kompleks kontrakan tempat ia tinggal, memberinya uang, dan berpesan padanya untuk menghubunginya jika membutuhkan sesuatu. Selebihnya sang ayah tak pernah lagi menjenguknya. Tentu ayahnya tak berani mengajaknya menemui istri pertama dan anak-anaknya dari istri pertama. Hingga kini hubungan istri pertama dan ibunya masih dingin dan belum bisa berdamai. Ia tak bisa menyalahkan sikap sang istri pertama. Sejatinya tak ada perempuan yang rela jika suaminya berbagi cinta dengan perempuan lain. Setitik bulir bening tiba-tiba jatuh tanpa mampu Lintang cegah. Ia menguatkan diri sendiri untuk bertahan apapun yang terjadi. Ia ingin menunjukkan pada sang ayah bahwa ia bisa mandiri dan bekerja tanpa bantuannya. Ia juga ingin membuktikan pada istri pertama ayahnya yang sempat menuduhnya datang ke Jakarta hanya karena ingin bergantung pada ayahnya. Awal tinggal di sini ia memang masih menerima bantuan ayahnya. Namun ia berjanji, setelah mendapat gaji pertamanya, ia tak akan lagi menerima bantuan ayahnya. ****** "Pernikahan bisnis?" Langit mengernyit. Ia tak habis pikir dengan rencana sang ayah yang ingin menjodohkannya dengan putri mitra bisnisnya. "Ya, pernikahan ini akan memperkuat hubungan bisnis kita dengan keluarga Haryanto. Ayah dengar Pak Agung Haryanto memiliki lahan yang sangat luas di Surabaya. Kita bisa ekspansi usaha kita sampai Surabaya. Pak Agung juga setuju dengan rencana Papa." Ramdhan tersenyum sumringah. Dahi Langit berkerut. "Tunggu, Pa, Langit bingung. Setahu Langit, Pak Agung tidak punya anak perempuan. Ketiga anaknya laki-laki semua." Ramdhan menatap Langit tajam. "Pak Agung punya anak perempuan dari istri keduanya. Istri kedua dan anaknya tinggal di kampung, di daerah Jawa Tengah." Ramdhan menunjukkan selembar foto dari dalam dompetnya. Langit mengamati foto itu lekat-lekat. Foto lama tapi masih terlihat jernih dan tajam. "Itu foto pernikahan Agung dan istri keduanya. Papa hadir di pernikahan itu." Langit merasa wajah istri kedua dari Agung Haryanto sangat tidak asing. Ia teringat akan Lintang, sekretaris cerobohnya yang memiliki paras mirip dengan wajah istri kedua Agung. "Nama putrinya adalah Lintang Kurnia," tandas Ramdhan. Langit menganga sekian detik. Apakah Lintang Kurnia yang dimaksud adalah sekretaris barunya yang tak kompeten itu? ****** bersambung.... ----------------------------------- Ini cerita ongoing yang insya Allah akan aku update rutin. Sebelumnya aku nulis cerita ini di tempat lain, judulnya Unexpected Marriage, aku ganti jadi Langit & Lintang.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Skylove (Indonesia)

read
108.8K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.8K
bc

CEO Pengganti

read
71.2K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.0K
bc

T E A R S

read
312.4K
bc

MOVE ON

read
94.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook