bc

Pretend To Be Crazy

book_age16+
816
FOLLOW
4.7K
READ
possessive
arrogant
doctor
comedy
bxg
city
enimies to lovers
like
intro-logo
Blurb

Arziya Windira kembali ke Indonesia setelah sempat menetap di Singapura. Sikapnya yang tidak dewasa membuat ayahnya meminta Dias Pratama untuk mengawasinya. Namun, pertemuan-pertemuan mereka terkesan menyebalkan.

"Mas dokter di Wija ganteng-ganteng ya?! Nggak apa-apa deh gue gila asal yang rawat mereka!"

_Arziya Windira, putri direktur utama Rumah Sakit Jiwa Windira Jaya.

"Mending lisensi kedokteran saya dicabut dari pada rawat pasien gila kayak kamu!"

_Dias Pratama, dokter ganteng incaran seluruh wanita di RSJ Windira Jaya.

.

.

Mampukah Dias menjaga Ziya? Sanggupkah dokter Dias menghadapi kegilaan Ziya yang hanya pura-pura demi mendapatkan perhatiannya?

chap-preview
Free preview
Bab 1. Jumpa Pertama
*** Arziya Windira baru saja tiba di Rumah Sakit Jiwa Windira Jaya. Gadis itu kembali ke tanah air untuk pertama kalinya setelah bertahun lamanya menetap di Singapura. Pakaian yang Ziya kenakan menjadikannya sebagai pusat perhatian. Kurang bahan. Begitu orang-orang menyebutnya. Namun, tak membuat seorang Ziya kehilangan rasa percaya dirinya karena menjadi pusat perhatian adalah tujuan utama dalam hidupnya. Ziya akan melakukan segala hal agar bisa mendapatkan perhatian itu. Ziya melangkah pasti, mencari keberadaan direktur utama yang tak lain adalah Papanya sendiri. Ketidak hati-hatiannya dalam melangkah membuat Ziya tanpa sengaja menabrak seseorang. "Aduh!" hampir saja. Andai Ziya tak menahan tubuhnya, maka terjatuh adalah jawabannya. Ziya melepas kaca mata yang dirinya pakai. Menatap tajam gadis berkepang dua yang menabraknya. "Kalau jalan lihat-lihat!" hardiknya. Membuat si gadis berkepang dua sangat ketakutan. "Minta maaf nggak lo?!" kesal Ziya tak punya perasaan. Namun, yang gadis di depannya lakukan hanya menunduk gelisah. Sesekali memainkan kepang di kanan dan kirinya. Terang saja, hal itu berhasil memancing emosi Ziya. Baru saja Ziya akan memberikan perhitungan dengan cara menampar si gadis berkepang dua, tetapi seseorang menahan tangannya. Ziya yang emosi menatap cepat pada orang itu. "Apa ..., " ucapannya terpotong begitu menolehkan kepala, bertukar tatap dengan lelaki yang mengenakan seragam dokter berawarna putih. Mata Ziya lari pada name tag di daada lelaki itu.  dr. Dias Pratama. Ziya kembali membalas tatapan tajam si dokter dengan lembut. "Lepasin tangan gue," mendadak suara yang keluar dari mulutnya pun terdengar lirih. Namun, tidak membuat Dias bersikap baik. Dias menghempaskan tangan gadis di depannya dengan kasar. "Apa yang ingin kamu lakukan?" geraman itu terdengar jelas di telinga Ziya. Membuatnya gugup setengah mati. Ini adalah pertama kalinya ia mendapatkan bentakan dari seseorang. "Dia yang salah," Ziya menunjuk si gadis berkepang dua yang entah sejak kapan sudah berada di belakang dokter Dias. Dokter Dias menghela napasnya dengan berat. Dia berbalik, mengalihkan perhatiannya pada Rara, gadis berkepang dua yang kini sedang ketakutan. "Ra, kamu nggak apa-apa?" suara itu terdengar lembut dan penuh perhatian. Berbeda sekali dengan yang tadi Dias lakukan pada Ziya. Gadis berkepang dua yang mengenakan pakaian pasien itu menggelengkan kepalanya dengan lemah. "Rara minta maaf, Rara yang salah. Jangan hukum Rara, jangan hukum Rara," lalu tangis Rara pecah di depan Dias. Membuat Dias memejamkan matanya erat-erat. Rasanya, segala usaha yang dia lakukan selama ini sia-sia saja. Rara akan kembali ke titik Nol lagi. "Kenapa malah ngurusin dia sih?! Aku yang jadi korban, bukan dia!" suara tinggi Ziya menarik perhatian lelaki itu. Melihat bagaimana Rara semakin histeris, membuat kekesalan Dias bertambah berkali lipat. Dias membalikan badannya. Menatap tajam gadis berkulit putih di depannya. "Diam kamu! Pergi dari sini!" bentakan itu sampai ke telinga Ziya. Beruntung tak ada orang lain di sini selain mereka. Ziya berkaca-kaca. Memperlihatkan seolah hatinya terluka sangat dalam akibat bentakan Dias. "Tega banget sih,  Dok. Aku nggak bersalah," terdengar dramatis di telinga Dias. Jangan harap Dias mempercayainya. Dias tahu betul Ziya hanya berpura-pura. Drama quen, begitu Dias menilainya. Dias kembali memfokuskan perhatiannya pada Rara seorang. Terang saja, hal itu berhasil menyulut api di dalam diri Ziya. Ia tak suka diabaikan. Dirinya selalu ingin diperhatikan. "Dasar dokter gila!" ujar Ziya sambil berbalik pergi karena gagal menunjukan bakat berpura-pura sedihnya di depan dokter Dias Pratama. "Ganteng sih tapi sikapnya nyebelin!" gerutu Ziya sepanjang jalan. Dokter Dias sudah masuk ke dalam lelaki paling menyebalkan di dalam hidup Ziya. Sama seperti dulu, ketika papanya memilih untuk menceraikan mamanya. Lalu, mamanya menikah lagi dengan ayah tirinya hingga mereka menetap di Singapura. Sayang, kebahagian itu terlalu singkat dan semu bagi Ziya. Sejak mamanya hamil dan melahirkan, Ziya kehilangan perhatian mereka. Ziya menggelengkan kepalanya keras-keras. Tak suka bila harus mengingat kenangan buruk itu lagi. Kedatangannya kembali ke Indonesia adalah untuk mendapatkan perhatian baru dari papanya. Ziya harap Wira tidak menelantarkannya seperti dulu. Tak juga menemukan ruangan direktur utama, Ziya meraih ponselnya. Mendial nomor Wira. "Hallo Pap? Papa di mana? Aku udah nyampe di RSJ," tanya Ziya saat Pak Windira Jaya atau yang biasa disebut Pak Wira mengangkat teleponnya. Wira terkekeh diujung telpon sana. "Minta anterin suster atau secuirity ke ruang Papa, Zi. Papa lagi ada rapat sebentar," jawabnya. Wira sudah tahu bahwa putri semata wayangnya itu akan kembali ke Indonesia. Mantan istrinya yang memberitahunya beberapa hari yang lalu. Ziya pun sudah mengabari sebelum naik pesawat. Ziya merasa sebal karena sejak tadi suster sibuk mengurusi pasien. Ingin meminta tolong pada secuirity? Dirinya terlanjur berada di lorong rumah sakit. Ziya menoleh ke sekelingnya. Tak jauh dari tempatnya berdiri ada banyak bangsal. Namun, Ziya tidak tahu itu bangsal apa atau nomor berapa. "Gimana Rara, Yas?" pertanyaan itu membuat Ziya membalikan badannya. Tiga dokter ganteng sedang berjalan ke arahnya. Ziya mengenali salah satu dari ketiga dokter itu. Dengkusan keluar dari mulutnya. Sebal karena harus bertemu dokter Dias lagi. "Sudah tidur dengan obat penenang," terlihat dokter Dias mengedikan bahunya. Bukan tidak peduli, melainkan hanya itu satu-satunya cara agar Rara tidak melakukan sesuatu yang bisa mengancam nyawanya lagi. Tanpa peduli pada percakapan ketiga dokter itu, Ziya menghampiri mereka setelah menutup telepon tanpa sopan santun. "Ehemm," tegurnya, membuat ketiga dokter ganteng itu menoleh secara bersamaan. Dias mengingat betul wajah gadis yang menjadi penyebab emosi Rara kembali kacau. "Kamu!" katanya. Namun, Ziya mengabaikannya, melambaikan tangan seolah tak peduli. Gadis itu lebih suka mengalihkan tatapannya pada kedua dokter ganteng di samping Dias. "Emm gue mau nanya dong, ruangannya Pak Wira di sebelah mana?" keangkuhan Ziya membuat dokter Rio dan dokter Sandi saling menatap sejenak. Namun, kecantikan gadis itu menarik perhatian keduanya. "Di sebelah sana. Mau kami antar?" tanya dokter Rio. Jika Rio dan Sandi terpesona, maka lain dengan Dias. Ia melongos saat mendengar rekannya menawarkan bantuan untuk Ziya. "Yo, San, aku duluan," Dias memilih pergi dari hadapan ketiganya. Selain Rara, masih ada pasien yang harus mendapatkan perhatiannya. Lagi pula, Dias tak betah berlama-lama di depan gadis yang lebih mementingkan penampilan dari pada otak. Kira-kira seperti itu lah penilaian dokter Dias Pratama terhadap Arziya Windira. . . To be continued.  Haiii guys aku update cerita baru ya. Maks sampai bab 3 dulu. Akan dilanjutin setelah 500 LOVE atau minimal mendekati itu. Semakin cepat LOVE terkumpul, semakin cepat update bab-bab selanjutnya..

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Husband My Step Brother

read
54.7K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
49.8K
bc

DIA, SI PREMAN KAMPUSKU ( INDONESIA )

read
470.6K
bc

CUTE PUMPKIN & THE BADBOY ( INDONESIA )

read
111.9K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.6K
bc

Crazy In Love "As Told By Nino"

read
280.6K
bc

True Love Agas Milly

read
197.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook