bc

Buronan Cinta

book_age18+
1.6K
FOLLOW
22.1K
READ
forced
arranged marriage
badboy
goodgirl
badgirl
CEO
boss
bxg
city
like
intro-logo
Blurb

Arabella Miranda Adijaya, seorang wanita cantik dengan postur tubuh sempurna layaknya artis. Di usianya yang beranjak dewasa Ara meminta izin pada kedua orang tuanya untuk melanjutkan pendidikannya di luar negeri. Kehidupan Ara awalnya baik-baik saja, hingga akhirnya dirinya bertemu dengan laki-laki yang salah. Laki-laki yang memperlakukannya dengan sedikit kasar dan menuntutnya untuk mengandung anaknya. Ara tentu saja menolak, keluarganya tak tahu kalau pergaulannya sudah sebebas itu. Akhirnya Ara memilih untuk kembali ke tanah kelahirannya dengan dalih di jodohkan dengan teman masa kecilnya yang bernama Gibran. Semua bayangan Ara untuk hidup dengan tenang kembali sirna saat dirinya di pertemukan dengan Kenzo di atas ranjang. Apa yang akan di lakukan Ara untuk menghindari Kenzo yang memiliki sifat tak jauh-jauh dari mantan pacarnya?

chap-preview
Free preview
Awal
Ara memegangi kepalanya yang terasa pusing, dirinya hampir saja mengumpat saat menemukan dirinya tak sendirian di atas ranjang itu. Ara mengambil bajunya yang berserakan di atas lantai dan mengambil tasnya yang ada di atas nakas. "Mati kamu." Maki Ara seraya menyiramkan air ke wajah Kenzo yang masih terlelap dengan tubuh yang tengkurap. Semalam Ara dan Kenzo bertemu di rumah Gibran, Ara yang kesal karena mendapatkan penolakan dari Gibran tentu saja langsung pergi ke bar. Ara benar-benar tak tahu jika Kenzo akan mengikutinya dan menidurinya seperti ini. Ara memilih pulang dan meninggalkan Kenzo sendirian di kamar hotel. Katakan saja dirinya benar-benar ceroboh karena seenaknya tidur dengan laki-laki yang tak ia kenal sama sekali. Setelah malam itu, hari-hari Ara benar-benar tak tenang. Hampir setiap hari Kenzo datang ke rumahnya dan menceritakan semua kejadian itu pada kedua orang tuanya. Untung saja mama papanya tak sedikitpun percaya dengan apa yang dikatakan oleh Kenzo. Seperti malam ini, Ara yang berniat untuk tidur lebih awal harus mengurungkan niatnya karena suara mamanya yang memanggilnya untuk keluar. Karena Ara sangat menyayangi mamanya Ara pun langsung keluar dengan pakaian santai yang biasa ia pakai. Celana sepaha dengan tank top yang nyaman dan pas di tubuhnya. Citra keluar dan menatap malas ke arah Kenzo yang terus saja memperlihatkan tatapan yang sama saat melihat ke arahnya seperti ini. "Ara, papa nggak tahu lagi. Kamu benar-benar berhubungan dengan dia? Kenapa dia terus datang dan menceritakan hal yang sama?" Tanya Anand pada putrinya yang sudah tumbuh besar dengan kulit putih dan juga tinggi itu. "Papa lebih percaya sama dia? Papa Ara baru saja datang, mana mungkin Ara berhubungan dengan laki-laki seperti itu." Jawab Ara yang langsung saja membuat Kenzo melotot saat mendengarnya. Citra keluar dengan membawa nampan yang berisi minuman, meskipun putrinya terus mengatakan berulang kali padanya untuk membiarkan Kenzo tetap saja Citra memilih untuk menyambut kedatangan tamu yang datang. Lagi pula Citra juga sangat menghormati tamu, jarang sekali ada yang datang ke rumah kecuali teman-teman ataupun karyawan suaminya. Putri dan juga Putranya juga tak ada di rumah. "Mama, kan sudah Ara beritahu jangan siapin apapun untuk dia." Kata Ara dengan sedikit kesal pada mamanya yang sangat baik pada semua orang itu. "Ara, dia kan tamu di rumah kita jadi Ara nggak boleh bilang gitu. Sekarang Ara duduk, nak Kenzonya di omongin baik-baik. Katakan dengan jelas kalau Ara sama nak Kenzo nggak pernah ngapa-ngapain." Balas Citra yang langsung saja membuat Ara melotot tajam ke arah Kenzo karena kesal. Meskipun sikapnya seperti itu, Ara menurut dan duduk di samping papanya dengan manja. "Papa percayakan sama Ara? Ara benar-benar nggak kenal sama dia." Kata Ara yang langsung saja ditolak tegas oleh Kenzo. "Ara, waktu itu kita bertemu di rumah Gibran, terus waktu di bar kamu juga mabuk dan akhirnya kita menghabiskan malam bersama. Bahkan aku masih ingat bagaimana bentuk tato kupu-kupu yang ada di daddamu." Kata Kenzo yang langsung saja membuat Citra dan Anand melotot lebar saat mendengarnya. "Mama, papa jangan percaya. Mama tahukan kalau Ara nggak pernah pakai tato. Mana mungkin Ara pakai tatto." Balas Ara sedikit panik. Dalam hati Ara benar-benar mengumpati Kenzo yang begitu blak-blakan, mana masih mengungkapkan perihal tato yang dibuat oleh mantan kekasihnya dulu. "Ara, papa nggak pernah ngajarin Ara seperti itu ya." Kata Anand sedikit marah pada putrinya. "Papa, Ara benar-benar tak melakukan apapun dengan dia. Kita memang bertemu sekali waktu itu di rumah Gibran, dan seterusnya Ara nggak pernah lihat dia lagi. Dia berbohong pa, jadi jangan percaya kata-kata dia. Kalau papa nggak percaya papa hubungi Gibran dan tanyakan pada Gibran, pasti dia orang nggak bener." Balas Ara tak ingin kalah. Seminggu setelahnya Ara dibawa ke rumah sakit karena mual dan pucat, bahkan tak satupun butir nasi yang masuk ke dalam lambungnya, membuat Ara pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Saat itu juga dokter mengatakan perihal dugaan jika Ara hamil muda. Ara yang mulanya sudah sadar tentu saja tak berani bangun dan menghadapi kedua orangtuanya itu. Ara benar-benar merasa sangat bodoh karena lupa tak meminum obat apapun saat itu. "Papa sudah tahu kamu bangun." Kata Anand dengan suara dinginnya. Citra yang melihatnya pun hanya bisa memegangi lengan suaminya untuk membuatnya sedikit tenang. "Jadi ini yang kamu katakan kebohongan? Ara jangan bercanda." Tanya Anand dengan frustasi. Dirinya benar-benar merasa hampir gila karena mendengar perihal kehamilan putrinya, putri yang paling ia sayangi lebih dari apapun. "Maafin Ara papa, Ara benar-benar meminta maaf." Kata Ara yang langsung saja membuat Anand menundukkan kepalanya pelan. Ia benar-benar gagal menjaga putri kesayangannya. "Hubungi dia dan minta dia datang ke rumah malam ini. Papa nggak mau nunda lagi." Kata Anand seraya menatap ke arah Ara dengan penuh kekecewaan yang mendalam. "Papa Ara nggak mau nikah sama dia, Ara mau gugurin anak ini aja." Kata Ara dengan menangis sesenggukan. Anand yang mendengarnya pun langsung menendang kursi rumah sakit karena kesal, membuat Ara menangis keras saat melihat papanya yang sudah marah itu. "GUGURIN KAMU BILANG? KAMU MAU JADI APA? KAMU PIKIR ITU MASALAH YANG SEPELE? NYAWA KAMU TARUHANNYA." teriak Anand pada putrinya, tangannya bergerak menunjuk-nunjuk ke arah putrinya yang sudah menangis keras dan sesenggukan. Citra yang melihat putrinya ketakutan pun langsung saja bergerak mendekati putrinya dan memeluknya dengan erat. Citra jadi ingat bagaimana masalalunya dulu. Ia benar-benar tak tahu jika putrinya akan melewati hal yang sama sepertinya. "Ara, mama nggak bisa punya anak karena pernah menggugurkan anak pertama mama. Dan lagi-lagi mama keguguran. Itu yang buat rahim mama di angkat, rasanya benar-benar sakit. Kamu nggak boleh egois." Kata Citra pelan. Meskipun Citra tak tahu harus berbuat apa, yang pasti dirinya akan mencoba untuk membuat putrinya sadar dan tak akan melakukan hal yang sama dengannya. Citra sudah tahu bagaimana sakitnya karena bekas luka yang susah untuk ia lupakan. Pernikahan pun digelar dengan cukup megah, banyak orang yang hadir saat itu. Tapi Ara tak sedikitpun merasa bahagia, karena bagaimanapun juga dirinya tak pernah membayangkan akan menikah dengan teman Gibran yang tak sedikitpun masuk ke dalam tipe idealnya. Setelah acara selesai Ara pulang bersama keluarga Kenzo yang terlihat sangat baik padanya. Meskipun Ara sedikit ragu akan kebaikan mereka tetap saja Ara tak suka pada Kenzo yang terus sok-sokan perhatian padanya. Malam harinya Ara keluar kamar karena panggilan dari mertuanya yang memintanya untuk makan malam bersama. Awalnya Kenzo sudah meminta istrinya untuk keluar tapi Ara terus menolak hingga akhirnya mertuanya yang datang. Meskipun Ara tak suka, tetap saja Ara harus menghormati orang tua Kenzo, apalagi mamanya mengajari hal itu sampai dirinya tumbuh sebesar ini. Ara duduk di samping Kenzo dengan sedikit malas, matanya menatap ke arah meja makan yang penuh dengan berbagai makanan kesukaannya. Ada rendang kesukaannya juga. Ara jadi kangen sama mamanya. Padahal dirinya baru saja pulang, dan kali ini sudah pergi meninggalkan rumahnya karena harus pindah di rumah suami dadakannya itu. Kalau dipikir-pikir Ara benar-benar tak bisa hidup dengan tenang. Dirinya sudah seperti buronan. Bagaimana tidak? Entah itu di luar negeri ataupun di sini. Dirinya sama-sama terjebak oleh laki-laki berbeda. Satu sangat terobsesi dengan tubuhnya hingga bahkan tak membiarkan dirinya berpakaian selembar kain pun, bahkan dirinya juga harus bolos kuliah karena laki-laki yang tak lain tak bukan adalah pacarnya sendiri. Dan saat dirinya pulang, dirinya malah kembali di pertemukan dengan laki-laki gila yang bahkan tidak sedikitpun merasa malu karena sudah menceritakan tentang kejadian malam itu pada keluarganya. Terkadang Ara berpikir apakah dirinya bisa meneruskan pernikahannya hingga nanti? Dengan suami yang terlihat sangat terobsesi padanya. Ara takut merasakan hal yang sama dengan apa yang ia rasakan sebelumnya dengan mantan pacarnya. "Kamu nggak suka menunya ya?" Tanya Andini dengan pelan seraya menyentuh tangan menantunya. Tentu saja Andini juga terkejut saat tiba-tiba putranya mengatakan akan melamar dan menikahi wanita lain selain Starla. Karena selama ini Andini tahunya putrinya itu hanya menyukai Starla dan tak pernah melihat wanita manapun yang dekat dengan putranya kecuali Starla. "Ah, maafin saya Tante." Kata Ara dengan suara pelan. Andini pun tersenyum tipis dan mengangguk pelan. Ingin sekali Andini menegur menantunya untuk memanggilnya dengan sebutan mama tapi dirinya juga tahu kalau sepertinya menantunya itu benar-benar juga sedikit belum terbiasa ada di tengah-tengah keluarganya. "Panggilnya mama dong, kan kita udah jadi keluarga." Kata Ken pada Ara. Ara yang mendengarnya pun langsung meminta maaf dan mengubah panggilannya untuk Andini dan juga Ken, Kenzo sendiri hanya diam dan menatap ke arah istrinya yang terlihat belum menerima kenyataan yang ada. "Tadi waktu mama tanya mama kamu, mama kamu bilang kamu suka sama rendang, mangkanya mama masakin buat kamu juga. Mungkin rasanya memang beda soalnya yang masak juga beda orang." Kata Andini seraya mengambil piring Ara dan mengambilkan rendang di piring menantunya itu. "Terima kasih mah." Kata Ara dengan pelan dan juga sopan. Makan malam pun terus berlanjut hingga akhirnya Ara kembali ke kamarnya lebih dulu, meninggalkan Kenzo dan yang lainnya yang maish mengobrol dan membahas hal-hal yang tak ia mengerti. Ara mengambil ponselnya dan menatap ponselnya datar. Percuma saja dirinya menutup semua akses miliknya dulu jika akhirnya dirinya kembali terjebak pada laki-laki yang berbeda. Ara memegangi perutnya dengan sedikit kesal. Tidak bisakah Tuhan membatalkan kata-kata yang sudah dokter katakan padanya waktu itu? Ara benar-benar ingin bebas dan tak terbelenggu dalam hubungan seperti ini. Kenzo masuk ke dalam kamar dan melihat istrinya yang sudah tertidur miring dengan selimut yang tersingkap. Kenzo mengambil napasnya panjang dan menatap ke perut istrinya yang masih rata itu. Di dalam perut istrinya ada calon anaknya. Bahkan Kenzo benar-benar tak percaya jika dirinya akan menjadi seorang ayah secepat ini. Kenzo juga ingat betul kalau malam itu dirinya terlalu serakah dan terus menyentuh Ara berkali-kali tanpa memikirkan Ara yang terus mengeluh lelah ditengah-tengah mabuk yang melandanya. Jika boleh jujur, Kenzo benar-benar sangat menikmati malam-malam bersama istrinya itu, mau dibayangankan dari sudut manapun tubuh istrinya benar-benar sangat indah dan tak memiliki sedikit pun cacat yang menghiasi kulit putih mulusnya itu. Kenzo tersenyum tipis dan mendekati istrinya, bibirnya menempel di bibir istrinya saat tiba-tiba dirinya merasa ingin menyentuh istrinya malam ini. Ara yang merasakan sentuhan di tubuhnya pun langsung membuka matanya dan melotot lebar saat melihat Kenzo sudah ada di atasnya dan melumat bibirnya kasar. Gerakan tangan Kenzo yang menahan tangan Ara langsung saja membuat Ara terdiam dan tak bisa melakukan apapun sebagai perlawanan. Belum lagi dengan bisikan Kenzo yang mengingatkan akan statusnya saat ini. Ara memejamkan matanya pelan saat ada sesuatu yang menerobos masuk dan terus bergerak. Ara menatap ke arah suaminya yang tengah bergerak diatasnya dengan terus memuji dirinya. Ara melenguh pelan hingga akhirnya tak mampu untuk menahan suaranya lagi. Malam itu keduanya menyatu dengan keringat lengket yang saling bertemu. Atas, bawah, dan semua bagian tubuh Ara tak sedikitpun lolos dari sentuhan tangan Kenzo yang terus menerus menyentuh Ara tanpa sedikitpun merasa lelah ataupun bosan. Keduanya melenguh bersamaan saat sampai pada puncaknya masing-masing, Kenzo turun dari tubuh istrinya dan memeluk istrinya dengan erat. Demi apapun Kenzo benar-benar merasakan kenikmatan yang lebih dan lebih saat berhubungan dengan istrinya, berbeda saat dirinya sering bergonta-ganti pasangan dan tak sedikitpun merasakan kepuasan seperti ini. Kenzo jadi ingat kata-kata Gibran yang mengatakan padanya perihal nikmatnya hubungan jika sudah memiliki status yang jelas sebagai pasangan suami istri. Ara yang merasa lelah dan nikmat pun langsung tidur, mengabaikan pakaiannya yang bahkan belum ia pakai. Ara tak berbohong, dirinya juga menikmati hubungan yang baru saja ia lakukan bersama suaminya itu. Hanya saja Ara sedikit kesal karena harus memiliki suami seperti Kenzo. Pagi hari Ara bangun dan melihat suaminya yang masih tidur dan tangan yang melingkar diperutnya. Dengan gerakan pelan, Ara pun berniat untuk menyingkirkan tangan suaminya dari tubuhnya. Namun Ara terkejut saat suaminya bangun dan mengangkat tubuhnya tiba-tiba, membawanya masuk ke dalam kamar mandi dan menurunkannya di bawah shower. Ara sedikit mendongak, menatap ke wajah suaminya saat merasakan guyuran air shower yang sudah membasahi tubuh telanjangnya. Kenzo tersenyum dan membalas tatapan istrinya, selain itu Kenzo juga menurunkan tatapannya dan menatap ke arah tubuh telanjang istrinya yang terlihat lebih menggoda karena air yang membasahinya. Kenzo mendekatkan wajahnya dan membisikkan sesuatu di telinga istrinya, membuat Ara sedikit malu dan langsung saja membelakangi suaminya karena kesal. Tangannya bergerak mengambil sabun dan juga membersihkan tubuhnya secepat mungkin. "Aku memang bukan orang yang suci seperti Gibran, tapi setidaknya aku akan menjaga baik pernikahan kita. Kamu mengertikan?" Kata Kenzo dengan suara pelannya. Ara yang mendengarnya tentu saja tersenyum tipis, dirinya pun bukanlah wanita suci yang menjadikan suaminya yang pertama. Jadi apa bedanya? Semua akan sama. Pernikahannya hanya akan terisi dengan kegiatan-kegiatan m***m yang disukai oleh suaminya dan dirinya. Ara tidak munafik, dirinya memang mengaku kalau dirinya cukup hyper dalam berhubungan. Semua itu di mulai saat pacarnya terus menerus memintanya untuk melakukan hal itu lagi dan lagi. Awalnya Ara terus menolaknya dan akhirnya tak bisa menolak lagi karena takut ditinggalkan oleh laki-laki itu. Hingga akhirnya dirinya sadar jika dirinya tak akan bisa hidup normal jika tak pergi dari belenggu pacarnya. Setidaknya dirinya harus memikirkan mamanya yang sudah mau merawatnya tanpa sedikitpun merasa di susahkan. Menjadi anak dari laki-laki dan juga wanita yang bukanlah orang tua kandungnya. Ara benar-benar tak ingin mengingat hal itu, tapi kenyataannya memanglah seperti itu. Orang tua kandungnya tak pernah menginginkan kehadirannya, berbeda dengan orang tuanya saat ini yang begitu memanjakan dirinya. "Ayo kita gugurkan bayi ini." Kata Ara yang langsung saja membuat Kenzo terkejut saat mendengarnya. "Kita bukan orang suci yang harus terkejut karena hal seperti ini." Lanjut Ara setelah melihat wajah terkejut suaminya yang begitu lucu dan mengesalkan itu. "Aku bisa nerima kalau kita menikah, tapi untuk memiliki anak itu benar-benar sedikit merepotkan. Kita masih muda, tak perlu buru-buru untuk memiliki anak." Kata Ara lagi yang langsung saja dijawabi gelengan oleh Kenzo. "Aku mau bebas." Kata Ara dengan kesal. Kenzo bergerak maju memepetkan tubuh istrinya hingga dinding kamar mandi. Kenzo tahu dirinya bukanlah laki-laki yang setia tapi untuk menggugurkan janin yang bahkan belum terbentuk tentu saja Kenzo tak akan tega untuk melakukannya. "Maka aku akan mengurungku hingga anak kita lahir." Kata Kenzo kembali menyerang istrinya. Mencium bibir istrinya dan menggerakkan tangannya menyentuh tubuh halal untuknya. Ara tentu saja kesal dan ingin menolak, namun kekuatannya tak bisa dibandingkan dengan suaminya. Kenzo keluar kamar dan berjalan ke arah meja makan, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi saat Kenzo keluar kamar. Andini yang melihatnya pun tentu saja tak bisa mengatakan apa-apa. Dirinya juga pernah muda dan sangat ingat bagaimana suaminya yang bahkan tak membiarkan dirinya keluar dari kamar. "Ara mana? Kenapa nggak ikut keluar? Dia kan belum makan." Tanya Andini dengan suara pelan. "Dia bilang nggak mau makan." Jawab Kenzo sekenanya. Bagaimanapun juga Kenzo masih sangat kesal dengan kata-kata istrinya yang mengatakan jika ingin menggugurkan anak yang ada di dalam kandungannya itu. "Kenzo, jangan seperti itu. Dia kan juga butuh makan. Saat ini yang bertanggung jawab atas dia itu kamu, jadi kamu jangan seenaknya. Kamu pikir papanya nggak akan marah kalau tahu kamu memperlakukan dia seperti itu." Tegur Andini memberitahu putranya. "Mah, Kenzo kesal sama dia. Dia bilang mau menggugurkan anak Kenzo, mama pikir Kenzo nggak ingin peduli sama dia? Kenzo peduli mah." Jawab Kenzo yang langsung saja membuat Andini terdiam saat mendengarnya. "Kenzo tahu Kenzo yang salah karena sudah buat dia hamil lebih dulu, tapi Kenzo juga nggak tahu kalau langsung jadikan." Lanjut Kenzo seraya meletakkan sendoknya di atas piring. "Meskipun seperti itu kamu harus bisa lebih sabar. Jadi wanita hamil itu nggak mudah sayang, terkadang banyak juga wanita hamil yang depresi karena orang-orang disekitarnya mengabaikannya, jadi kamu harus lebih sabar lagi, bicara yang baik, jangan berpikir untuk main tangan." Kata Andini mengingatkan putranya. "Ada dua hal yang tak bisa dimaafkan, satu kekerasan dalam rumah tangga dan yang kedua perselingkuhan. Kedua hal itu sudah seperti penyakit, akan susah untuk diobati." Lanjut Andini lagi. Kenzo terdiam, apa yang dikatakan mamanya memang benar, sepertinya dirinya harus banyak sabar lagi. Apalagi istrinya juga masih sangat muda dan juga terlihat sangat manja pada orang tuanya. "Kenzo ambilin makan dulu buat Ara." Kata Kenzo pelan yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Andini. "Wanita yang hamil muda juga tidak boleh terlalu sering berhubungan, kamu tahukan?" Kata Andini lagi, ia takut kalau putranya lupa atau bahkan tak tahu tentang hal itu. "Benarkah?" Tanya Kenzo sedikit terkejut. "Iya, kandungannya masih sangat lemah, apalagi kalau kamu buang di dalam. Itu cukup berbahaya, kecuali jika janinnya memang benar-benar kuat." Jawab Andini yang langsung saja membuat Kenzo memijit kepalanya karena frustasi. "Kenzo terus memaksanya." Gumam Kenzo pelan. Andini yang mendengarnya pun hanya bisa menepuk pelan punggung putranya. "Kamu tidak mencaritahu terlebih dahulu sebelum itu? Kamu seharusnya tahu semuanya. Apa yang harus dan yang tidak harus kamu lakukan. Kamu sudah memiliki keluarga sendiri jadi kamu harus merubah sikap kamu yang acuh juga." Kata Andini yang sebenarnya ingin memarahi putranya, tapi Andini tahu betul jika putranya tak akan mendengarkan jika dirinya bicara sambil marah-marah. "Aku yang salah ma." Balas Kenzo dengan suara pelan dan juga sangat menyesal karena selama ini dirinya hanya memikirkan tentangnya sendiri. "Dan mama juga mau ingatkan kamu sesuatu. Dia bukan Starla, jangan samakan dengan Starla yang selalu bisa menjaga dirinya sendiri." Lanjut Andini lagi yang langsung saja membuat Kenzo sedikit tertampar akan kenyataan yang baru saja ia dengar. Ia benar-benar hampir saja melupakan fakta itu, selama ini dirinya hanya terus memperhatikan Starla dan juga sikap dewasanya, melupakan kenyataan jika istrinya tidaklah sama dengan Starla. Istrinya adalah seorang anak yang begitu dicintai oleh keluarganya dan masih bersikap sangat manja dan juga belum memiliki pemikiran yang dewasa. Sedangkan Starla memiliki keadaan yang berbanding terbalik dengan istrinya. Keadaan lingkungan sekitar membuat Starla berpikiran lebih dewasa. "Pikiran keduanya pasti berbeda, mama bisa tahu apa yang dia pikirkan saat mengatakan ingin menggugurkan kandungannya. Mama tahu itu, tapi mama juga tahu kalau di sudut terdalam hatinya masih ada sedikit rasa tidak tega. Jika dirinya masih bilang padamu maka dirinya tak benar-benar ingin melakukannya, dirinya hanya takut tak bisa menjaga kandungannya dengan baik hingga akhirnya dirinya mengatakan hal itu padamu. Tapi kamu juga tak sedewasa Gibran yang akan langsung menangkap apa maksudnya." Lanjut Andini yang langsung saja membuat Kenzo terdiam lama, memikirkan semua hal yang dikatakan oleh mamanya. "Dia butuh dukungan dari kamu, dia ingin kamu menenangkan dia dan mengatakan kalau kalian pasti bisa menjaganya." Kata Andini lagi. Pernikahan dua orang yang hidup dengan dikelilingi oleh keluarga tercintanya masing-masing. Membuat keduanya belum tahu pasti akan kedewasaan yang seharusnya sudah mereka miliki setelah menikah. Apakah pernikahan itu akan berjalan lancar jika kedua orang itu memiliki pemikiran yang begitu dangkal dan tak saling mengerti satu sama lain? Semuanya hanya Tuhan yang tahu. Tbc

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook