bc

I'm Not b***h

book_age18+
2.0K
FOLLOW
17.6K
READ
dark
goodgirl
drama
sweet
bxg
mystery
coming of age
enimies to lovers
virgin
humiliated
like
intro-logo
Blurb

Hidup bergelut dengan dunia malam menjadi hal biasa bagi Agatha Claire, namun dirinya membentengi diri agar tidak terjerumus dengan hingar bingar dunia yang dia geluti.

"Meski aku hidup dalam gemerlap dunia malam bukan berarti aku wanita murahan." Agatha Claire.

Felix William menilai semua wanita dengan sudut pandangnya sendiri, menyamakan setiap wanita yang dia jumpai adalah jalang karena rasa kecewa terhadap masa lalu yang dia lalui.

"Bagiku semua wanita sama saja, menjajakan diri demi uang!!!" Fellix William.

Akankah kedua pribadi yang sama-sama keras seperti Felix dan juga Agatha bisa bersatu? Atau tetap pada sudut pandang mereka masing-masing tentang hidup dalam gemerlap dunia malam.

chap-preview
Free preview
Episode 01
PLAKKK Suara tamparan terdengar nyaring di rumah mewah kediaman Wilson, pipi gadis manis berusia dua puluh tujuh tahun itu terlihat merah serta sudut bibirnya pecah. "Pergi kau dari rumah ini, jangan pernah lagi menginjakkan kaki di kediaman keluarga Wilson jika kamu tidak bisa balas budi." hardik pria paruh baya yang baru saja mendaratkan tamparan keras di pipi gadis manis tersebut. Namun si gadis tidak bereaksi bahkan sekedar untuk meringis, apalagi jika dia harus menangis. Tidak akan pernah Agatha lakukan. "Pa, papa keterlaluan menampar Kak Agatha." laki-laki berusia sekitar dua puluh tahun membantu Agatha berdiri. "Kamu bilang papa keterlaluan? Dia yang keterlaluan. Tidak ingin menikah dengan anak rekan papa padahal orangnya masih muda dan juga sangat kaya." nafas Tuan Wilson tidak beraturan menahan amarah yang belum meluap sepenuhnya. "Jika dia tidak mau jadi pertukaran untuk kelangsungan keluarga kita, bahkan untuk hidupnya. Biarkan dia keluar dari rumah ini." final si tuan rumah pada akhirnya sambil menunjuk Agatha. "Tapi pa ...." ucapan pemuda tersebut terhenti saat lengannya di usap oleh Agatha, gadis itu menggeleng agar tidak ada lagi perdebatan. "Baiklah jika hanya itu keputusannya, aku dengan senang hati keluar dari neraka ini." Agatha berkata sinis sambil memandang Wilson dan juga dua wanita beda usia di arah tangga yang hanya jadi penonton. "Tapi Kak ...." "Baguslah jika kau sadar diri, sekarang keluar dari rumah ini. Dan satu lagi, jika kau melangkahkan kaki keluar dari sini maka namamu bukan lagi Agatha Claire Wilson bahkan jika kau mencari pekerjaan ke sudut kota terpencil sekali pun kau tidak akan pernah mendapatkan pekerjaan," pongah tuan rumah sambil berkacak pinggang. "Aku juga tidak sudi menyandang nama Wilson di belakang namaku, hari ini aku Agatha Claire bukan lagi bagian dari keluarga Wilson. Tidak usah risau, ada atau tidaknya status Wilson dalam namaku aku tetap jadi anak mandiri sejak dulu dan juga aku bisa berusaha sendiri meski kau menutup semua kantor atau usaha kecil sekali pun untuk menerimaku bekerja" ucap Agatha sambil melangkah pergi meninggalkan rumah yang terasa bagai neraka untuknya. "Kak ...." cegah pemuda yang sedari tadi menahan Agatha agar tidak pergi, Agatha tersenyum pada adiknya tersebut. "Jaga dirimu baik-baik Garry, Kakak menyayangimu," ujar Agatha sambil memeluk adik laki-laki yang begitu perduli padanya, hanya adiknya yang memanusiakan dirinya di rumah ini, sementara dua monster wanita beda usia hanya tersenyum sinis sambil bersedekap d**a menatap Agatha. Mereka adalah nyonya rumah dan juga putrinya. Setelah melepas pelukannya dari Garry, Agatha pergi dari rumah tersebut tanpa menoleh sedikitpun kebelakang, tidak ada keraguan dalam dirinya saat meninggalkan kediaman Wilson. Dirinya justru seolah terbebas dari neraka yang orang lain sebut sebagai rumah juga keluarga. Agatha melangkah dalam gelap malam yang mendekapnya dengan hawa dingin, Agatha tak membawa jaket apalagi pakaian yang lain untuk menangkal hawa dingin yang terasa semakin menusuk tulang, udara London malam ini cukup dingin membuat Agatha menggigil. Seolah dunia tak berpihak padanya, hujan justru turun saat Agatha melawan hawa dingin yang terasa semakin mencekik. Dia berlari ke halte bus menunggu hujan reda, Agatha bingung harus pergi kemana. Tanpa uang satu sen pun, juga tanpa selembar pakaian hanya untuk sekedar berganti. Agatha pasrah dalam kelamnya malam, dirinya ingin menangis namun juga ingin tertawa disaat bersamaan. Ingin menangis karena meratapi hidupnya yang terasa selalu saja sulit bahkan saat dirinya menyandang nama Wilson, orang lain berfikir jika dirinya adalah tuan putri dari kerajaan Wilson namun nyatanya tidaklah demikian. Ingin tertawa, mengejek dirinya yang selalu saja sial. Bahkan sekarang kedinginan di bawah naungan halte bus, Agatha sudah pasrah jika dirinya harus mati kedinginan malam ini. Tapi setidaknya dirinya bisa bernafas lega telah keluar dari keluarga Wilson yang semena-mena terhadapnya, bahkan sering Agatha berfikir benarkah dirinya putri Edrick Wilson? Kenapa perlakuannya sangat berbeda terhadap kakak juga adiknya. Tak ingin memikirkan hal tersebut Agatha memeluk dirinya yang semakin kedinginan, hujan yang mengguyur kota semakin deras. Menggosokkan tangan menciptakan hawa hangat namun itu tak banyak membantu. Dirinya sudah tidak sanggup lagi menahan dingin yang kian menyiksanya, tubuh gemetar menggigil, wajahnya sudah pucat seperti kapas, kesadarannya juga semakin menipis. Disaat dirinya di ujung kesadaran samar samar Agatha melihat seorang pria berlari dari mobilnya, dirinya tak mampu melihat lagi. Agatha tak sadarkan diri saat pria tadi mendatanginya. *** Edgar Kenedy baru saja pulang dari club yang di kelolanya, di tengah jalan hujan mengguyur kota dengan deras, tadinya Edgar ingin berhenti sejenak mengingat kondisi jalan licin rawan terjadi kecelakaan, saat dirinya melirik kearah kiri tepat di halte bus dirinya melihat wanita yang menggigil menahan dingin. Edgar beranjak turun hendak memberi tumpangan atau sekedar memberi mantel hangat untuk wanita tersebut. Namun semakin Edgar perhatikan tubuh wanita tersebut semakin oleng, Edgar berlari berusaha menjangkau tubuh wanita yang tengah kedinginan itu. Namun rupanya si wanita sudah tak sadarkan diri. Segera Edgar memeriksa denyut jantung serta nadi wanita tersebut, dirinya menarik nafas lega ternyata wanita yang di tolong nya masih hidup. Edgar membawa wanita yang tidak di ketahui namanya itu masuk kedalam mobil, memberikan pertolongan pertama pada wanita tersebut. Untunglah Edgar membawa mantel tebal, lekas Edgar menyelimuti gadis itu dengan mantelnya, menghidupkan penghangat mobil, dirinya memutuskan membawa wanita yang sudah lebih baik dari saat dirinya tolong tadi menuju mansion nya. Mobil sport Lamborghini Aventador milik Edgar melaju di bawah hujan yang sudah berubah menjadi rintik rintik kecil, tak butuh waktu lama mobilnya sudah terparkir di halaman mansion miliknya. Membawa gadis tersebut ke kamar tamu terdekat untuk di beri perawatan. Edgar memanggil beberapa maid untuk mengganti pakaian gadis tersebut. Edgar sendiri pergi ke kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian. Selesai dengan urusannya dia kembali memantau gadis yang tidak di ketahui namanya. Keadaannya sudah lebih baik hanya saja dia belum sadarkan diri. Namun tak lama kemudian kelopak mata gadis itu bergerak perlahan. Edgar tersenyum, "kau sudah bangun, Nona?" Sementara gadis itu memejamkan kembali matanya, mengingat dirinya sekarang berada dimana. "Tuan, terima kasih sudah menolongku." ujarnya pada Edgar "Tak perlu sungkan, siapa namamu?" tanya Edgar. "Agatha." jawab gadis yang bernama Agatha tersebut. Edgar tersenyum menanggapi. "Istirahatlah Agatha, ini sudah larut malam." Agatha melirik pakaian yang dikenakannya sudah berganti, "kau tenang saja, bukan aku yang menggantikan pakaianmu tapi para maid." Edgar berucap setelah melihat mimik wajah Agatha. Gadis itu menghela nafas lega. "Terimakasih sekali lagi Tuan." Edgar hanya mengangguk sambil berlalu keluar dari kamar Agatha. Sepeninggal Edgar, Agatha merebahkan diri di kasur yang saat ini dia tempati, merasa bersyukur bertemu dengan orang sebaik Edgar yang mau menolong bahkan mereka tidak saling mengenal sebelumnya. Kembali Agatha memejamkan matanya menikmati kasur empuk milik Edgar. *** Edgar berjalan menuju balkon kamar sambil membawa segelas wine ditangannya, dirinya kembali terbayang wajah kekasihnya yang sudah lama pergi, Emily. Saat tadi melihat Agatha, wajah teduh gadis itu membuatnya mengingat kembali segala kenangan manis saat bersama Emily. "Aku merindukanmu Emily," ujar Edgar seraya menyesap wine. Pagi menyapa dunia dengan sinar mentari yang begitu cerah, Edgar menemui Agatha di kamarnya. Terlihat Agatha baru saja menyelesaikan mandi dan mengganti pakaian. "Sudah lebih baik Agatha?" Edgar bertanya sambil menghampiri gadis tersebut. "Sudah lebih baik Tuan, semuanya berkat anda. Terimakasih banyak." Agatha berucap sambil tersenyum. "Tidak perlu bersikap formal padaku, panggil saja aku Edgar atau Edy," pinta Edgar. Agatha mengangguk mengiyakan permintaan Edgar. "Mari sarapan!" ajak Edgar yang di buntuti oleh Agatha. Sarapan terhidang dengan beberapa versi, tapi pilihan Agatha jatuh pada roti berisi selai kacang kesukaannya. Tanpa malu apalagi jaim Agatha melahap roti hingga habis beberapa, membuat Edgar terkekeh melihat tingkah Agatha yang seolah tidak makan selama seminggu. Bukannya berhenti Agatha justru bertanya pada Edgar. "Ada yang salah, Edy?" Agatha bertanya dengan mulut penuh membuat tawa Edgar pecah seketika, membuat para maid tersenyum melihat tuannya tertawa lagi setelah kepergian kekasihnya lima tahun lalu. Pada dasarnya Edgar memang pria yang mempunyai kepribadian hangat. Namun setelah kepergian Emily, Edgar menjadi pendiam. Para maid hanya bisa berdoa supaya tuannya selalu bahagia. "Kau lucu sekali Agatha, apa kau tidak makan selama seminggu?" tanya Edgar masih dengan sisa tawanya. Agatha sadar akan kelakuannya merona malu. "Ah ... maafkan aku Edy." "Tidak perlu minta maaf, memangnya apa salahmu hingga harus minta maaf?" "Aku tidak bisa mengontrol diri jika menemukan makanan dengan rasa kacang." "Kau menyukainya kacang?" Edgar bertanya, kenapa sikap Agatha yang apa adanya juga dia yang menyukai kacang sama persis dengan Emily. "Ya, selai kacang kesukaanku, Edy." Edgar mengangguk, sambil meneruskan sarapannya dengan hening setelah pembahasan tadi. Edgar berangkat ke rumah sakit tempatnya bekerja setelah menyelesaikan sarapan bersama Agatha. Agatha membantu para maid membersihkan peralatan makan meski mereka sudah melarangnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook