bc

Katarina

book_age16+
1.5K
FOLLOW
12.9K
READ
fated
pregnant
arranged marriage
arrogant
independent
confident
billionairess
drama
bxg
city
like
intro-logo
Blurb

Dua garis merah. Positif.

Katarina menyadari bahwa dirinya hamil. Sayangnya sang pacar mustahil untuk bertanggungjawab. Untungnya ada pria yang mau menikahi Katarina meskipun hanya sebatas rasa tanggung jawab. Katarina tidak tahu harus merasa lega ada yang mau menjadi ayah untuk bayinya kelak atau harus sedih karena pria itu adalah pria yang sangat dingin dan cuek. Sungguh, seumur hidup Katarina tidak pernah membayangkan menikah dengan pria yang tidak dicintainya. Akankah pernikahan itu berjalan semestinya? Ataukah pernikahan itu akan hancur berantakan karena tidak adanya cinta di antara mereka?

Wedding photo created by freepic.diller - www.freepik.com

chap-preview
Free preview
Bab 1
        Dua garis merah. Positif.         “Nggak mungkin,” gumam Katarina menatap testpack yang ada di tangannya.          Mendadak saja badannya terasa lemas. Pikirannya menjadi kosong. Dunia di sekelilingnya sontak saja mengabur. Ia tidak tahu apa yang harus dirinya lakukan setelah mengetahui bahwa ada janin di dalam perutnya.          “Astaga,” gumamnya lagi dengan napas tersenggal-senggal. Ia merasa lehernya seperti tercekik, membuatnya jadi kesulitan bernapas. Kurang dari sembilan bulan dirinya akan menjadi seorang ibu. Kurang dari sembilan bulan akan ada seorang bayi yang akan lahir ke dunia yang akan memanggilnya ibu.          Katarina kini diliputi rasa takut dan cemas. Menjadi seorang ibu terasa begitu menakutkan baginya. Itu adalah hal yang belum ia rencanakan dalam waktu dekat. Terlebih saat ini dirinya belum menikah. Ya, bisa dibilang Katarina sedang hamil di luar nikah. Dan tentu saja hal itu adalah sebuah aib bagi dirinya dan keluarganya.          Katarina menjatuhkan testpack ke lantai. Diusapnya wajahnya dengan kedua tangannya yang bergetar hebat. Kini isak tangis mulai keluar dari mulutnya. Hatinya terasa hancur. Dan Katarina hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri. Karena memang ini adalah kesalahannya. Oh, juga kesalahan Theo, pacarnya. Andai saja dulu Katarina menolak berhubungan badan dengan pacarnya, mungkin saat ini tidak ada janin di dalam perutnya. Katarina sangat bodoh. Jatuh cinta kepada Theo membuatnya bodoh.            Kini Katarina sedang mempertimbangkan apakah dirinya harus memberitahukan kehamilannya ini kepada Theo atau tidak. Karena, entah bagaimana Katarina takut jika Theo tidak mau bertanggung jawab. Dan jika hal itu terjadi, Katarina tidak tahu apa yang harus ia perbuat. Katarina berharap Theo cukup mencintainya hingga mau membuatnya menikahinya.         “Dasar bodoh!” maki Katarina di tengah isak tangisnya. ***          Katarina mondar mandir di depan jalanan kostnya, menunggu kedatangan Theo. Tadi ia sudah mengirim pesan ke Theo memintanya untuk datang. Katarina bermaksud memberitahu Theo mengenai kehamilannya. Ia sungguh berharap Theo mau bertanggung jawab dengan cara menikahinya.          Tak lama kemudian mobil hitam menepi di depan kost Katarina. Segera Katarina membuka pintu mobil itu dan masuk ke dalam.          “Hai,” sapa Theo seraya mencondongkan tubuh untuk mencium pipi Katarina.           “Aku hamil,” kata Katarina segera seraya menatap wajah Theo, mengamati reaksi pria itu.           “Apa?” tanya Theo seakan dirinya tadi salah dengar.           “Aku hamil, Theo,” kata Katarina lagi dengan perasaan cemas.           “Ka … kamu hamil?” tanya Theo tergagap.            Katarina mengangguk lemah.            “Apa kamu yakin?” tanya Theo terdengar ragu dengan ucapan Katarina.            Katarina membuka tasnya dan menyerahkan test pack yang dibawanya. “Lihat sendiri,” katanya.            Theo menatap testpack itu dengan kebingungan. “Aku nggak ngerti,” ucapnya. “Aku nggak bisa baca testpack.”            “Dua garis merah artinya positif, Theo,” kata Katarina menjelaskan. “Aku hamil. Kita harus gimana?”            Theo terdiam. Tatapannya menjadi kosong. Tampaknya Theo sangat terkejut mendengar berita kehamilan Katarina.            “Theo?” panggil Katarina.            Theo menatap Katarina dengan kengerian yang tercetak jelas di wajahnya. Mendadak perasaan takut semakin mengakar pada diri Katarina.            “Kamu akan nikahin aku, kan? Kamu akan bertanggung jawab?” tanya Katarina berusaha untuk tidak tergagap.            Theo memegang kedua bahu Katarina. Ditatapnya perempuan itu dengan sungguh-sungguh.            “Katarina,” katanya. “Aku belum siap untuk menikah sekarang. Aku bahkan belum siap untuk jadi Ayah. Bagaimana jika kita gugurkan saja kandunganmu itu? Ya?”            Katarina menatap Theo dengan tatapan tak percaya. Katarina merasa dikhianati. Bagaimana bisa Theo memutuskan untuk menggugurkan kandungannya? Bagaimana bisa Theo memutuskan secepat itu? Apa pria ini benar-benar mencintai Katarina? Bahkan, dia berucap belum siap menikah dengan Katarian sekarang.           “Kamu mencampakkanku?”           Theo menggelengkan kepala. “Nggak, Katarina. Aku sayang sama kamu. Aku cinta. Tapi, kamu sendiri tahu keadaan keuanganku sekarang sedang tidak stabil. Aku masih belum mampan, Katarina. Aku bahkan nggak yakin bisa menghidupi kamu dan bayi kita,” jelasnya. “Jadi, sebaiknya kita gugurin janin itu, ya? Setelah itu, kita bisa kembali bersama kayak dulu. Hubungan kita akan baik-baik saja.”            “Kamu gila!” bentak Katarina. “Kamu mau bunuh anak kita?”            “Bukan membunuh, Katarina. Itu masih berupa janin kan? Belum ada bayi di sana,” kata Theo penuh bujuk rayu.            “Aku mau kita mempertahankan bayi ini, Theo. Aku mau kita menikah,” ucap Katarina memohon. “Kamu nggak perlu mapan dulu. Apa pun keadaan kamu, aku terima. Mari kita menikah,” tambah Katarina dengan berlinang air mata.             Sejak awal Katarina memang tidak mengincar harta dari pasangannya. Baginya, uang bukanlah segalanya. Toh Katarina juga memiliki penghasilan sendiri yang lebih dari cukup. Kalau mau, bahkan Katarina bisa menghidupi mereka berdua untuk satu tahun ke depan.            “Aku nggak bisa,” ucap Theo lirih. “Aku nggak siap.”            “Aku mohon, jangan kayak gini, Theo.”             “Maafin aku, Katarina. Tapi, aku nggak bisa,” ucapnya lagi.            Katarina menatap Theo dengan tatapan nanar. Ia sungguh tidak tahu harus mengatakan apa lagi agar Theo mau bertanggung jawab dengan janin di perutnya. Katarina hanya ingin dinikahi. Katarina ingin hubungan mereka sah di mata hukum agar nantinya ada kejelasan atas janin di dalam perutnya.            “Kita gugurin aja, Katarina. Aku akan cariin tempat buat gugurin janin itu. Akan aku antar kamu ke sana. Biaya biar aku yang nanggung. Aku pun janji, aku nggak akan ninggalin kamu nantinya. Aku belum sukses, aku belum bisa menikah sekarang,” kata Theo menatap kedua manik mata Katarina. Kedua tangannya menggenggam tangan Katarina yang gemetaran. “Ya? Aku mohon,” tambahnya lirih.           Berzina adalah dosa besar. Dan sekarang, Theo memintanya untuk melakukan dosa lagi dengan menggugurkan kandungan yang ada di perut Katarina? Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu dengan sangat mudah? Apa Theo gila?           “Kata--”           “Nggak,” potong Katarina seraya melepaskan genggaman tangan Theo. “Aku nggak mau. Aku nggak bisa.”          “Kamu pikir membesarkan anak itu mudah? Nggak Katarina. Aku nggak siap jadi Ayah,” ucap Thoe dengan nada meninggi.           “Kamu nggak siap jadi ayah. Kamu nggak siap nikahin aku! Kamu tuh pria apa bukan!” bentak Katarina marah. “Kamu hanya perlu menikahiku, Theo. Bahkan kalaupun kamu nggak mau ngasih aku nafkah, aku nggak masalah. Atau, kalau nantinya kamu mau cerain aku, aku pun nggak apa-apa. Aku hanya pengen mertahanin janin ini. Aku pengen dia tahu kalau kamu ayahnya!”           Theo menatap Katarina dengan tatapan serba salah. “I’m so sorry, Katarina,” ucapnya dengan penuh penyesalan.           Katarina membalas tatapan Theo dengan mata sembab karena air mata yang terus-terusan mengalir. Katarina tidak pernah membayangkan dibuang begitu saja ketika dirinya mengandung. Apa Theo memang setega ini kepadanya? Tapi, bukankah Theo bilang dia mencintai Katarina?           “Oke,” kata Katarina dengan tarikan napas dalam. Dadanya terasa begitu sesak dan nyeri. “Anggap aja kamu nggak pernah punya hubungan sama aku ataupun anak ini. Jangan pernah sekalipun kamu mencari kami!” lanjutnya dengan tatapan penuh amarah yang ditujukan untuk Theo.          Theo hanya terdiam, mencerna ucapan Katarina. Meskipun Theo paham arti dari kalimat itu, tapi Theo tetap diam. Ia tidak mempunyai jawaban yang masuk akal untuk ucapan Katarina tersebut.          “Semoga hidup lo berakhir seperti di neraka!” maki Katarina sebelum akhirnya membuka pintu mobil lalu keluar dari sana.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook