bc

Hamil Tanpa Suami (18+)

book_age18+
3.6K
FOLLOW
27.9K
READ
family
pregnant
arranged marriage
goodgirl
brave
drama
sweet
bxg
secrets
gorgeous
like
intro-logo
Blurb

Menikah karena pertemuan yang tidak sengaja, tapi di sengaja. Bagaimana bisa? Haha, tentu saja bisa! Itulah yang terjadi pada Neysa, gadis polos yang bertemu dengan tuan besar dan ibunya di sebuah tempat dalam situasi tidak di sengaja oleh mereka. Namun di balik itu, ternyata semua sudah masuk dalam perhitungan 3 sosok wanita di ujung sana.

Pernikahan dadakan itu membuahkan hasil yang akan menjadi penerus tahta tuan besar. Neysa menyembunyikan kehamilannya dari orang-orang di sekitar dan suaminya yang sedang berjuang memperbaiki kondisi keluarganya.

Hamil tanpa suami di sisi, cukup mengerikan bagi sebagian calon ibu. Belum lagi dia mengetahui kalau dirinya ternyata telah di jual dan hanya di jadikan wadah untuk melahirkan penerus keluarga terpandang itu.

Hampir kehilangan nyawa dan bayi yang ada di kandungannya sudah Neysa alami. Sampai di mana semua harus pada posisinya masing-masing. Baik itu dalam bentuk kebahagiaan, maupun kesedihan...

chap-preview
Free preview
Awal Cerita
Ting “Eungh!” erangan keluar dari bibir mungil seorang wanita yang baru saja bangun dari tidur indahnya. Tangannya mulai meregang dan matanya mulai menyesuaikan cahaya yang masuk. Setelah melakukan peregangan pagi, wanita itu pun beranjak meninggalkan tempat tidur menuju kamar mandi untuk bersiap. Hari ini adalah hari pertama dirinya masuk kembali ke dunia perkuliahan, setelah beberapa bulan liburan semester. Neysa Giorginia Simarmata. Putri satu-satunya yang dimiliki oleh keluarga Simarmata. Sekarang dia tengah menjalankan kehidupan perkuliahannya di salah satu Universitas Negeri di kota tempat tinggalnya. Seperti mahasiswi kebanyakan. Mandi cebar-cebur, gosok gigi dan cuci muka sudah dianggap mandi sepenuhnya. “Ma! Ney pergi dulu ya!” seru Neysa dengan terburu-buru. “Ney hati-hati!” tegur mama Neysa yang tak diindahkan penuh oleh wanita itu. Neysa membawa laju motornya membelah jalanan menuju kampus yang cukup jauh. Namun sepanjang perjalanan, dia merasa ada yang aneh dengan dirinya. Lalu sebuah jawaban terlintas di otaknya. Perutnya kosong dan belum di isi oleh apapun sejak semalam. “Oit!” Cilla mencolek bahu Neysa membuat sang empunya bahu menoleh. “Hah? Ada apa?” Neysa menyahut. “Lo kenapa?” Cilla memegang pundak Neysa dan menatap wajah pucat milik temannya itu. “Hah? Gue ga kenapa-napa,” balas Neysa. “Cuma lupa kalau dari semalam gue belum makan,” tambahnya diiringi cengiran. “Gila lo, Ney. Bisa mati lo kalau gitu,” Cilla menggelengkan kepalanya mendengar jadwal makan yang tak tertatur seorang Neysa. “Udah santai. Skuy masuk kelas!” ajak Neysa sambil merangkul Cilla dan mereka pun masuk ke dalam kelas pertama mereka di semester itu. “Kalian berdua dari mana?” tanya Ita yang sudah duduk manis di dalam kelas. “Dari parkiran, kenapa?” tanya Cilla balik. “Lo kenapa pucat gitu, Ney?” Ita berbalik pada Neysa tanpa menjawab Cilla. “Ga pa-pa. Cuma lupa makan dari semalam doang,” balas Neysa santai sembari mendaratkan diri di kursi. “Auto meninggal bentar lagi lo Ney. Hahaha..” tawa Ita yang di hadiahi lemparan pena dari Neysa. “Mulut lo oi!” tegur Neysa. Mereka pun tertawa bersama membuat beberapa pasang mata melihat ke arah mereka. “Morning class!” seru dosen mata kuliah pagi itu. “Morning sir!” balas seluruh mahasiswa. Mata kuliah pun dimulai dengan pemberitahuan tentang kontrak kuliah. Semua memperhatikan dengan baik tentang kontrak kuliah mereka selama enam bulan ke depan. Namun berbeda dengan Neysa yang sama sekali tak bisa fokus karena perutnya yang sakit. “Shh,” rintih Neysa membuat Cilla yang di sampingnya dan Ita yang di depannya menoleh. “Lo kenapa, Ney?” tanya Ita dengan kening mengerut. “Lo kalau ga kuat izin aja Ney,” saran Cilla yang diangguki oleh Ita. Neysa menggeleng sambil menggigit bibir bawahnya. Kemudian ponsel nya bergetar. Dia tersenyum melihat isi pesan dari layar ponselnya. Namun.. Bruk “NEYSA!” Seketika kelas menjadi panik karena Neysa yang tiba-tiba tak sadarkan diri dengan darah yang keluar cukup banyak dari pangkal kakinya. Cilla dan Ita saling pandang. Mereka membulatkan mata melihat darah itu terus mengucur keluar. “Panggil ambulance!” seru Cilla membuat dosen yang ada di depan langsung menghungi pihak rumah sakit. Tak lama suara sirine ambulance terdengar. Sedangkan Ita sudah menangis melihat Neysa yang terlihat mengenaskan. Cilla mencoba mengelus tangan Neysa untuk memberi rasa hangat karena tangannya mulai dingin. “Cepat selamatkan mahasiswa saya!” seru dosen yang menelpon pihak rumah sakit. Para perawat pun langsung mengangkat tubuh Neysa menuju brankar dan membawa masuk tubuh itu ke dalam ambulance. Cilla dan Ita ikut masuk ke dalam ambulance, karena di kelas hanya mereka yang dekat dengan Neysa. Termasuk masalah Neysa yang tiba-tiba mengeluarkan darah. “Dok cepat!” seru Cilla saat mereka tiba di rumah sakit yang untungnya dekat dengan lokasi kampus. Neysa langsung dilarikan ke ruang UGD (Unit Gawat Darurat). Sedangkan Cilla dan Ita menunggu di luar ruangan dengan harap-harap cemas. Mereka berdoa semoga Neysa tidak kenapa-napa di dalam sana. “Ta, lo tahu ga itu darah apa?” tanya Cilla membuat Ita menggeleng. “Serius lo ga tau?” tanya Cilla lagi. “Enggak! Emang itu darah apa?” tanya Ita tak paham tujuan pertanyaan Cilla. “Lo lupa Neysa udah..” “Astaga! Gue baru ingat!” potong Ita yang makin panik. “Gimana dong? Gue lupa soal itu.” Ita panik sendiri dan Cilla seketika merutuki mulutnya. “Tenang oi! Kita tunggu dokter keluar. Nanti baru kita kabarin keluarganya. Itu pun kalau mereka peduli sih,” ucap Cilla menenangkan Ita yang dibalas anggukan. “Hm, lo bener. Keluarganya ya?” Ita tersenyum tipis dan miris. Mereka cukup tau bagaimana kondisi keluarga Neysa. Seburuk-buruk dan se-mengeluhnya mereka selama ini, lebih menderita lagi Neysa. “Dengan keluarga nona Neysa?” seorang dokter keluar dari ruangan. Sontak Cilla dan Ita bangkit dari tempat duduknya. “Kami, dok.” sahut keduanya cepat. “Bisa ikut saya ke dalam?” pinta sang dokter yang diangguki oleh keduanya. Mereka pun masuk ke dalam dan melihat kondisi Neysa yang tak sadarkan diri akibat bius. “Jujur. Apa dia sudah menikah?” tanya dokter itu membuat Cilla dan Ita kompak terdiam. Mereka berdua saling pandang dan kemudian menatap ke arah dokter bersamaan. “A-ada apa, dok?” tanya Ita gugup. “Dia hamil.” Deg “A-apa dok? Neysa hamil?” tanya Cilla mengulang ucapan sang dokter. “Iya. Dan dia hampir keguguran akibat tidak mengonsumsi makanan apapun. Perut nya kosong dan masa trisemester awal itu adalah usia rentan bagi janin untuk luruh dari rahim sang ibu.” jelas dokter itu membuat Cilla dan Ita saling pandang. “Mampus!” gumam keduanya. “K-kalau begitu terima kasih dok,” Cilla tersenyum. “Silahkan urus administrasinya dan saya harap pasien agar pulih dulu baru boleh keluar dari rumah sakit,” saran sang dokter membuat Cilla dan Ita mengangguk. “Baiklah. Saya tinggal dulu,” dokter itu pun berlalu dari hadapan dua gadis yang tengah bingung akan mengambil tindakan apa selanjutnya? “Hubungi si hape!” seru Ita membuat Cilla membulatkan mata. “Gila! Masa lo manggil tuan muda itu dengan hape?” Cilla menatap tak percaya Ita yang nyengir di tempat. “Udah buru! Urgent ini!” Cilla pun merogoh tas dan mengambil ponsel pintarnya untuk menghubungi seseorang yang bisa menolong mereka mencari jalan keluar dari masalah ini. “Halo?”   

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tuan Bara (Hasrat Terpendam Sang Majikan)

read
110.7K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.0K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Noda Masa Lalu

read
183.6K
bc

Turun Ranjang

read
578.7K
bc

Bukan Ibu Pengganti

read
525.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook