bc

Ratu

book_age16+
415
FOLLOW
1.7K
READ
family
drama
sweet
no-couple
like
intro-logo
Blurb

Ratu Brigita, seorang gadis biasa yang harus dihadapkan dengan dua pria yang ternyata adalah kakak adik. Abrisam Aldric Pratama dan Bryan Feehily Dwitama. Aldric adalah bos di tempat kerja Ratu yang baru. Sementara Bryan sudah sangat baik padanya dan banyak menolong. Adik dari keduanya, bernama Clara Juneeca Purnama yang merupakan sahabat dari Ratu mendukung gadis itu untuk menjadi pasangan Bryan. Pada siapakah akhirnya hati Ratu berlabuh?

Gambar: Pixabay @sfetfedyhghj

Font: Engagement, Open Sans (Canva)

Desain: silvia_meigita

chap-preview
Free preview
Bab 1
Ratu POV Aku berjalan tergesa menuju salon. Bukan ingin menjalani perawatan, tapi aku bekerja di salon itu. Salon milik tanteku yang sudah lumayan lama dan memiliki banyak pelanggan. Tidak hanya kalangan masyarakat biasa, bahkan orang-orang penting dan selebriti juga sering ke tempat ini. Sebenarnya ini bukanlah keahlianku. Jujur saja, aku sudah menyelesaikan program diplomaku bagian sekretaris, dua tahun yang lalu. Tepat di saat usiaku dua puluh satu tahun. Dulu aku sangat memimpikan jabatan itu. Tapi setelah menyelesaikannya, aku malah jadi tidak tertarik lagi, apalagi setelah mendengar banyak sekretaris yang menjadi simpanan bosnya. Euh, aku tidak menginginkannya. Alhasil aku belajar selama enam bulan di salon tanteku. Dan sekarang, sedikit bisa dipercayalah untuk melakukannya. Nafasku masih tersengal ketika tiba. Bagaimana tidak, jaraknya tidaklah dekat dari rumah. Sedikit beruntung belum ada yang mengantri, jadi aku masih bisa menarik nafas sebentar. Kling! Itu berarti seseorang telah masuk ke salon. Kuputar tubuhku, berjalan mendekatinya. Seorang pria yang sangat tampan, tapi wajahnya tidak sedikitpun berekspresi. Sangat datar layaknya balok papan. "Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" tanyaku dengan mengatur nafas supaya tidak terlihat lelah. "Potong rambut," jawabnya singkat. Rambutnya memang sedikit lebih panjang, membuatnya terlihat seperti pria-pria 'nakal'. "Silahkan." Dia kupersilahkan untuk duduk di salah satu kursi yang masih kosong yang ada di bagian khusus potong rambut pria. Poster berisikan berbagai jenis model potongan rambut kutunjukkan padanya. "Mau model seperti apa?" tanyaku. "Seperti yang lama saja." Aku memutar bola mataku. Tidakkah pria ini merasa bosan dengan hidup seperti ini? Kutebak kalau warna kesukaannya juga antara hitam, abu-abu, dan putih. Membosankan sekali! Tidak ingin membuat pelanggan kesal, aku tetap menuruti kemauannya. Kalau dia merasa cocok di tempat ini, maka dia akan kembali lagi. Itu artinya pelanggan kami akan bertambah. Dan bertambah juga keuntungan tante Salma. Saat masih asik dengan pekerjaanku, suara yang sangat akrab itu terdengar. Kebiasaan sekali dia melakukannya, padahal tante Salma sudah sering memarahinya. Tapi nyatanya, memang bawaan orok mungkin anaknya seperti itu. "Ratuuu!!!" teriaknya membuat ruangan ini terasa penuh. Aku pikir kalau dia menjadi inspektur upacara di tujuh belasan nanti, maka tidak akan butuh microfon lagi. Cantik-cantik tapi suaranya menggelegar seperti petir. "Clara!" sentak tante Salma yang muncul tiba-tiba. "Sorry, tante," cengirnya. Dari bayangannya, aku melihat pria di depanku melengos tidak suka. Tapi kemudian wajahnya seperti menegang saat benar-benar memperhatikan sosok Clara. Apakah dia mengenalnya? "Ratu mana?" tanya Clara dengan pandangan yang mengitari seluruh ruangan. "Cari saja sendiri!" ketus tante Salma membuat wajahnya memberengut. Bukan hal yang sulit untuknya. Karena detik berikutnya dia sudah mengetahui posisiku. "Ratu! Ratu!" Clara sangat excited mendekat ke arahku. Aku hanya membalasnya dengan gumaman tidak jelas. Lagipula aku masih memperhatikan pria ini, ehm, maksudku memperhatikan pekerjaanku di kepala pria ini. Kalau salah, bisa-bisa aku berubah jadi beku dibuatnya. Hanya berselang selangkah lagi, gadis itu berhenti. "Nanti saja," katanya dan memilih duduk di tempat lain. Aneh. Apa mereka memang saling kenal? Tapi itu bukan urusanku. Aku hanya mengenal Clara, dan dia sama sekali tidak pernah menceritakan seorang pria dengan sifat seperti di depanku ini. Dan yang penting, aku tidak ingin ikut campur urusan mereka. Hampir tiga puluh menit berkutat dengan kepala dingin -eh, kepala pria dingin- itu, aku sudah menyelesaikannya. Dia memeriksa setiap sudutnya dengan seksama. Setelahnya, ia berlalu begitu saja ke arah tante Salma yang ada di balik meja kasirnya. Kubereskan gunting dan segala sesuatunya yang kugunakan tadi. "Ada apa Cla?" tanyaku mendekati sahabatku itu. Aku mengenalnya delapan tahun yang lalu saat masih ada di bangku sekolah. Aku yang baru pindah ke kota ini tidak mempunyai teman, dan dialah yang pertama kali berkenalan denganku. Singkat cerita kami berteman sejak saat itu, hingga masuk di kampus yang sama walau di beda jurusan. "Kau masih ingat dengan guguk yang dua minggu lalu kita lihat?" jedanya. Aku mengangguk. "Tadi pemiliknya telefon kalau aku bisa mengambilnya besok. Ah, senangnya. Akhirnya impianku untuk bisa melihara guguk lagi bisa terwujud juga," girangnya. Bukan hanya aku yang tidak menggunakan gelar yang diperoleh di perkuliahan. Gadis ini yang adalah sarjana ekonomi juga mengabaikan gelarnya. Hari-harinya dia habiskan dengan kecintaannya pada binatang. Kalau begitu, kenapa dulu tidak menjadi dokter hewan ya? Seingatku, sudah ada beberapa jenis hewan peliharaan di rumahnya. Paling banyak adalah kucing. Mungkin sekitar dua belas ekor. Terakhir kali dia mempunyai anjing, hanya ada satu dan hilang diambil orang. Dan ini, dua minggu lalu dia mengajakku bertemu seseorang yang dia hubungi lewat media sosial ingin memindahtangankan anjingnya. Bukan dijual, tapi semacam dititipkan padanya. Pelanggan yang datang berikutnya membuatku tak bisa berlama-lama mengobrol dengan Clara. Aku harus menanganinya segera. Tapi gadis itu setia menungguku. Sudah seperti tidak punya pekerjaan saja. Memang iya sih. Seorang wanita cantik, layaknya model terkenal dengan rambut panjang mencapai pinggang berwarna coklat terang ingin hair spa. *** "Kak Bryan!" teriak Clara saat melihat sesosok pria tampan di depannya. Bukan hanya pria yang dipanggil itu yang melongo. Aku yang ada di sebelah Clara juga bahkan mengusap telingaku yang terasa panas. Clara berlari mendekati pria itu, sementara aku hanya berjalan santai menuju mereka. "Ada apa? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya pria bernama Bryan itu. Dia adalah kakak Clara. Aku sudah mengenalnya sejak setahun yang lalu saat dia mengantarkan kami belanja ke mall atas paksaan Clara yang baru menyelesaikan kuliahnya. Tentu saja meminta pria itu yang mentraktirnya. "Hai, kak," sapaku yang dibalasnya dengan senyuman manis khasnya. Ah, membuatku meleleh saja! Clara memeluk lengan kakaknya. "Ah, aku dan Ratu lagi mau jemput anjing. Hari ini sudah bisa dibawa ke rumah." Pria itu menggaruk kepalanya yang aku yakini tidak gatal. "Mau sampai berapa banyak penghuni rumah kita kau buat? Atau kau berniat mau menjadikan rumah kita kebun binatang?" tanyanya. "Kakak pindah saja kalau begitu," lanjutnya. "Ih, kakak!" Clara memukul d**a Bryan. "Aku kan suka sama mereka. Lagian kalau kalian pergi kerja, aku jadi punya teman di rumah." Bryan menggamit hidung adiknya. "Makanya kamu kerja juga. Itu gelar jangan dianggurin," gemasnya. "Bodo ah! Sekarang kakak temenin kami. Nanti sekalian anterin Ratu pulang." "Kamu yang ngajak teman kenapa kakak yang jadi tanggung jawab? Lagian kakak juga masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan di sini. Kamu mau kakak dipecat?" "Karena kakak itu kakakku. Juga pahlawanku. Yuk! Tidak ada alasan-alasan lagi. Kalau dipecat, cari saja pekerjaan yang lain." Clara menarik lengan Bryan. Astaga, mudah sekali sepertinya mencari pekerjaan lain. Tapi kalau untuk ukuran kak Bryan sih, aku yakin banyak yang menerimanya. Otaknya sangat pintar. Tidak perlu diragukan lagi. Di usianya yang dua puluh delapan tahun ini, ia sudah menjabat sebagai GM di salah satu perusahaan manufaktur alas kaki. Terbukti dengan sepatunya yang selalu saja berbeda. "Apa kabar, Ra?" tanya kak Bryan saat kami menunggu Clara yang mengobrol dengan pemilik anjing itu. "Seperti biasa, kak. Baik." Selalu saja seperti ini. Jantungku tidak bisa diajak kompromi kalau sudah berada dekat dengannya, apalagi diajak mengobrol olehnya. Siapa sih yang tidak tertarik dengannya. Wajahnya tampan, otaknya pintar, baik, gentle, ... ah, sempurna. Aku rasa Clara juga akan mengembatnya kalau bukan kakaknya. Tapi kalau dilihat-lihat, kenapa wajahnya sedikit mirip dengan pelangganku kemarin ya? Bentuk wajahnya dan bola matanya sama. Aish, tidak mungkin. Kalau memang mereka saudara, kenapa Clara tidak menyapa pria kemarin? "Hei, kok melamun?" Kak Bryan mengayunkan tangannya di depan wajahku. "Eh? Nggak apa-apa, kak." Hening. Aku bingung harus membicarakan apa dengannya. "Helloow... Pacarannya nanti saja. Sekarang waktunya untuk pulang!" teriak suara itu. Dia melambai-lambaikan satu tangan, sementara tangan yang lainnya memegangi tali yang terikat ke leher anjing barunya. "Yuk! Bisa-bisa dia teriak-teriak di tempat ini dan bikin malu," kekeh kak Bryan yang membuatku tertawa juga. "Aku ini bukan supir kalian ya. Enak saja, selalu seperti itu. Pindah satu ke depan!" perintah kak Bryan saat melihat kami berdua duduk di bagian tengah. Clara menatapku. "Kamu aja yang pindah. Aku mau jagain Bonnie," katanya. "Kenapa harus aku?" "Ya elah, nggak udah malu-malu kali, Ra. Udah biasa juga sama kak Bryan." Aku mengalah. Pindah duduk menjadi di sebelah kak Bryan yang berada di kursi kemudi. "Kemana dulu nih? Mau makan malam dulu?" tawar pria tampan di sebelahku. Aku menatap balik ke Clara, semoga dia meminta untuk segera pulang saja. Ini tidak baik untuk kesehatan jantungku. "Oke, mantep banget tuh." Clara sama sekali tidak mengerti maksud tatapanku. Dia pikir aku mengiyakan? Huh! "Kenapa, Ra? Ada masalah?" Kak Bryan ternyata menyadari perubahan rautku. Kugelengkan kepala. "Nggak, kak."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dua Cincin CEO

read
231.3K
bc

Sweetest Diandra

read
70.5K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.8K
bc

The Ensnared by Love

read
103.8K
bc

Broken

read
6.3K
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.0K
bc

Wedding Organizer

read
46.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook