bc

Cool Boy VS Ratu Judes

book_age16+
2.6K
FOLLOW
28.4K
READ
love-triangle
possessive
family
goodgirl
student
comedy
sweet
bxg
highschool
like
intro-logo
Blurb

Perkenalan yang singkat terjadi antara Veyla si ratu judes SMA Taruna dengan Jevan cool boy nya SMA Taruna. Yang awalnya benci berubah menjadi suka satu sama lain. Tapi mereka mempunyai kesamaan, yaitu masa lalu yang cukup pahit. Jadi, akan kah Jevan dapat mengobati luka Veyla di masa lalu dengan mantannya, dan akan kah Veyla bisa mengobati kesakit hatian Jevan terhadap cinta pertamanya?

"Sakit jiwa." Sahut Jevan dengan muka polosnya setelah menempatkan dirinya tepat disebelah Veyla.

"JEVAN!!!" Veyla pun memukuli Jevan habis-habisan. Bisa-bisanya ia menyebut Veyla sakit jiwa.

"Oke ralat. Gue yang sakit jiwa."

"Kok gitu?"

"Karena jiwa gue, penuh dengan nama lo."

Cover original by me

Gambar: https://pin.it/2O7AtEG

Font by Canva

chap-preview
Free preview
PROLOG
Kringg! Kringg! Bel tanda masuk kelas sudah berbunyi. Seluruh siswa-siswi SMA Taruna langsung berjalan ke arah kelas mereka masing-masing. Namun, tidak bagi Jevan cs. Empat orang laki-laki yang berteman mulai dari awal mereka menginjakkan kaki di SMA Taruna itu masih setia menyantap makanan yang tersedia di WABIMAH alias Warung Bi Imah. Wabimah adalah warung langganan mereka yang terdapat di sebelah kantin sekolah. Warung tersebut mereka kunjungi bukan hanya saat istirahat saja, tetapi juga dikala mereka bosan saat jam pelajaran atau free class. Jadi, Bi Imah selaku si empunya warung sudah hafal betul dengan mereka. "Van, lo nggak makan? Mumpung si Yadi ringan hati tuh buat traktir kita." Bimo Evan Prasetyo atau sering dipanggil Evan itu melirik ke arah Jevan yang tengah asyik memainkan ponselnya dan menghiraukan mereka yang kini sedang duduk di hadapannya. Jevan, sang manusia dingin tersebut mengalihkan pandangannya sebentar ke arah Evan yang menjadi salah satu teman gesrek yang ia miliki dari ketiga sahabatnya. "Gak," jawab cowok itu singkat. Bukan Jevan Alvaro namanya kalau setiap berbicara atau menjawab pertanyaan orang lain selalu singkat. Itulah yang menyebabkan dirinya dijuluki sebagai cool boy di SMA Taruna. Selain sifat dingin yang ia miliki, ketampanannya pun sering mendapat perhatian dari para siswi SMA Taruna yang haus akan cogan. Mendengar jawaban singkat dari Jevan, Tama yang bernama panjangkan Putra Mahatama itu menyahut jawaban Jevan dengan asal. Maklum, karena dia adalah teman Jevan yang memiliki kegesrekan yang sama dengan Evan. "Tumben, biasanya paling cepet aja lo kalo ditraktir." Evan yang menguping pembicaraan kedua temannya itu langsung menoyor kepala Tama dengan keras karena menurutnya sahutan yang diberikannya itu tak cocok dengan kebiasaan Jevan. "Yee... Jevan kagak kaya elu tong, yang gak bisa denger kalimat 'gue traktir' langsung teriak-teriak kagak jelas." "Sembarangan lu pret! Itu elo kali!" Elak Tama sambil menoyor balik kepala Evan, sampai-sampai keduanya beradu mulut hanya gara-gara hal yang sangat sepele tersebut. Itulah kebiasaan Tamvan, Tama Evan. Jevan yang mulai merasa jengah mendengar ocehan tak penting dari teman-teman gesreknya itu langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku celana dan bangkit dari tempat duduknya. Yadi Adipta Pratama atau biasa dikenal dengan Yadi sekaligus sahabat Jevan sejak SMP itu mengernyitkan dahinya saat melihat Jevan sudah angkat b****g dari kursinya. "Eh, lo mau ke mana, Van?" tanya Yadi sambil menaruh bakso pesanan milik kedua sahabat sedeng-nya yang tengah kelaparan itu. "Kelas," jawab Jevan singkat, lagi. Kemudian meninggalkan ketiga laki-laki yang masih sibuk dengan makanan yang ada di hadapan mereka. Jevan melewati koridor yang mulai sepi karena jam pelajaran dimulai sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana abu-abunya dengan tas berwarna merah maroon yang bertengger di bahu kanannya. Membuat dirinya semakin tampan jika dilihat dengan teliti. Karena terlalu fokus melihat ke depan, sampai-sampai dia tidak melihat orang yang berselisih dengannya. Dan alhasil ia menubruk bahu orang tersebut sampai dia tersungkur ke lantai yang dingin itu. "Ashh," ringis orang yang berjenis kelamin perempuan itu sambil memegang sikunya yang sedikit terluka gara-gara tersungkur tadi. Atas nama emosi yang sudah menguasai, orang itu mendongakkan kepalanya agar lebih leluasa melihat wajah Jevan dan melempar tatapan tajam. Jevan yang melihat itu hanya memberikan respon alis terangkat sebelah dan endikan kedua bahunya. "Sorry," ucapnya dingin dengan nada sedikit acuh tak acuh. Setelah itu, laki-laki tersebut berlalu meninggalkan perempuan yang masih terduduk sambil meringis kesakitan karena luka yang ada di sikunya. Kini emosinya semakin meluap karena melihat respon dari cowok yang menurutnya tak bertanggung jawab itu. Beruntungnya perempuan itu dengan tanpa sengaja sempat melihat badge nama yang berada di baju Jevan. Oh, namanya Jevan Alvaro...? Oke, tunggu pelajaran dari gue! *** "Lo dari mana aja, sih, Vey?" suara cempreng milik cewek gila bernama Natasha Agustina atau yang sering dipanggil teman-temannya Caca itu adalah hal yang pertama kali menyambut perempuan berambut agak kecoklatan itu saat dirinya baru saja sampai di kelas setelah berjalan kurang lebih lima belas menit dari depan gerbang SMA Taruna untuk sampai ke kelasnya ini. Bukan masalah ngaret, biasanya ia hanya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk sampai ke kelas tercintanya. Namun, insiden di koridor tadi membuatnya terlambat lima menit masuk ke dalam kelas. Beruntung saja guru yang masuk di mata pelajaran pertama hari ini belum masuk. Jadi dia bisa bernafas lega. Belum sempat ia menjawab pertanyaan yang diberikan Caca-temannya itu, sekarang Fika-temannya yang satu lagi menimpali perkataan Caca. "Tau, nih. Ditungguin malah telat." Fika, nama panjangnya adalah Amelia Fikara Raquiesta. Ia adalah teman sejatinya dari kelas sepuluh sampai sekarang, sama halnya dengan Caca. Perempuan berambut coklat itu menaruh bokongnya di tempat duduknya yang berada tepat di belakang kursi Caca dan Fika sambil menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. "Sudah ngomongnya?" tanya perempuan yang diketahui bernama Veylania Callista itu dengan nada tak sukanya. Bukannya menjawab pertanyaan Veyla yang dikenal dengan sebutan 'Ratu Judes' di SMA Taruna itu, Fika malah asik meneliti anggota tubuh Veyla dan matanya terhenti di siku kanannya. "Lah, tangan lo kenapa, Vey?!" seru Fika sambil menunjuk luka yang ada di siku kanannya. Veyla memutar bola mata hazelnya. Ia sangat benci mengingat kejadian tadi, dan juga cowok itu. "Jatuh pas di koridor," jawab Veyla seadanya membuat kedua temannya itu membulatkan matanya. "KOK BISA?!" tanya Caca dan Fika secara bersamaan. Jangan lupakan kedua bola mata mereka yang membulat sempurna. Bahkan ingin keluar dari tempatnya. "Kesenggol Jevan." Caca memutar otaknya mencoba mengingat nama yang baru saja Veyla sebut dalam ucapannya. "Jevan? Jevan... Jevan Alvaro maksud lo?" tanya Caca kembali memastikan. "Hmmm." Kali ini Veyla hanya membalas pertanyaan temannya yang sangat kepo itu dengan sebuah gumaman singkat. Caca menepukkan kedua tangannya antusias. "Gila! Kok lo bisa sih disenggol cowok ganteng kayak Jevan?!" seru Caca karena merasa iri dengan Veyla bisa disenggol oleh sang cool boy-nya SMA Taruna sekaligus memiliki wajah yang tampan itu. Kapan lagi coba disenggol orang ganteng, ya, 'kan? Veyla menaikkan alisnya sebelah. Ia bingung dengan Caca yang mengatakan cowok tak bertanggung jawab itu ganteng. Ganteng dari mananya coba? Gantengan juga kakek gue, pikir Veyla. "Serah lo, yang penting gue gak suka--ralat, benci ama tu orang!" Veyla memasang wajah kesalnya karena mengingat kejadian tadi yang membuatnya naik pitam. Laki-laki macam apa yang tidak berniat menolong saat dirinya sendiri melakukan sebuah kesalahan? Apalagi melakukan kesalahan terhadap perempuan. Kedua temannya hanya dapat bertukar pandang satu sama lain ketika mendengar jawaban dari mulut judes Veyla. "Tapi benci bisa jadi cinta loh, Vey." Fika menggodanya sambil mencubit pipi Veyla gemas. "AMIT-AMIT!" Veyla langsung mengepalkan tangan kanannya, lalu menepukkan ke jidatnya dan meja secara bergantian. Baginya hari ini adalah hari yang paling menyebalkan karena telah bertemu dengan cowok super duper menyebalkan yang tak bertanggung jawab. Dan ia bertekad dalam hati untuk tidak berteman dengannya, apalagi mencintainya. Tapi siapa yang bisa mencegah kalau saja Tuhan berkehendak lain?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

I Love You Dad

read
282.7K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.0K
bc

T E A R S

read
312.6K
bc

Dosen Killer itu Suamiku

read
310.8K
bc

Bad Prince

read
508.5K
bc

RAHIM KONTRAK

read
418.1K
bc

Living with sexy CEO

read
277.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook