bc

Ku Ijinkan Kau Mendua

book_age16+
3.0K
FOLLOW
19.1K
READ
arranged marriage
scandal
submissive
goodgirl
inspirational
drama
sweet
bxg
sassy
like
intro-logo
Blurb

"Saya hamil, Pak!"

"Apa? Mana mungkin? Saya tidak pernah menyentuh kamu, Kinan!"

"Saya punya buktinya, Pak."

"Tapi aku sudah menikah, Kinan."

"Saya tidak peduli, yang saya butuhkan hanyalah ayah dari anak saya dan Anda, Pak."

Pelik. Dan tanpa diduga, Indah, istri pertamanya, mengijinkan dirinya mendua.

Menikah.

Mungkin bagi sebagian besar orang merupakan awal kebahagiaan penyatuan dua cinta.

Bagi Indah justru awal dari segalanya.

Awalnya pernikahan mereka juga bahagia seperti kebanyakan orang, meski pernikahannya berdasarkan perjodohan orang tua.

Sampai ujian itu datang. Indah harus rela berbagi dengan wanita yang mengaku dihamili oleh suaminya, Ayyas.

Cerai bukan ide baik, perkara yang dibenci Tuhan dan aib keluarga. Tapi ia juga punya hati kan?

Entahlah.

chap-preview
Free preview
Prolog
Sudah jam 10 malam, tapi yang dinanti belum juga datang. Ya, Indah menunggu suaminya pulang. Biasanya Ayyas pulang tidak lebih dari jam 9 malam. Dan itu pun selalu memberi kabar jika suaminya pulang telat. Khawatir? Tentu saja. Sangat malah. Tapi Indah tidak bisa berbuat banyak. Sejak sore menjelang maghrib, Indah sudah berkali-kali mencoba menghubungi nomor suaminya. Tapi nihil, jangankan diangkat, aktif saja tidak. Indah juga sudah menghubungi staf di kantor yang suaminya pimpin itu. Dan kabar yang dia dapat adalah suaminya pergi menemui kliennya sejak jam 2 siang. Setelah itu, dia tidak mendapat kabar lagi, dirinya terus menunggu di sofa ruang keluarga sampai rasa kantuk mulai menyerang matanya. Tok-tok-tok! Suara ketukan pintu membuat Indah terbangun dan segera berlari tergesa-gesa menuju pintu. "Astagfirullah!!" Indah menjerit kaget saat melihat suaminya yang dipapah oleh dua orang karyawannya. "Kenapa bisa begini?" Ucapnya sambil mempersilahkan dua karyawan itu untuk mengantarkan suaminya ke dalam kamar. Bau alkohol sangat menyengat hidungnya. Dua karyawan itu menunduk, sungkan memberi jawaban. Mereka hanya memperhatikan Indah yang melepas sepatu dan kaos kaki suaminya satu persatu. "Katakan saja, apa yang terjadi?!" Indah mendesak dua karyawan itu. "Maaf sebelumnya, Nyonya. Pak Ayyas tadi kami jemput di sebuah kamar hotel dalam keadaan mabuk dan tak sadarkan diri. Jadi kami memutuskan untuk mengantarkannya kemari." "Ya Allah, bagaimana mungkin bisa seperti ini?!" "Kami benar-benar minta maaf, Nyonya. Kami tidak tahu apapun. Hanya mendapat telepon bahwa Pak Ayyas mabuk berat." Tidak percaya tentu saja, jika saja dia tidak melihat dan mencium sendiri bau alkohol yang sungguh menyengat dari badan suaminya. Indah akhirnya mempersilahkan dua karyawan itu untuk pulang. Dia menatap Ayyas dengan sejuta perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya. "Sebenarnya apa yang terjadi, Mas?" Ucapnya bermonolog. Tapi Indah bukan tipe istri yang selalu ingin tahu urusan suaminya. Dirinya tidak akan bertanya apapun hingga Ayyas bercerita sendiri. *** Sebulan telah berlalu, sejak Ayyas pulang dalam keadaan mabuk. Sebenarnya Indah sangat penasaran, apa yang terjadi pada suaminya saat itu. Tapi, melihat Ayyas yang seolah lupa tentang hari itu, membuat Indah bungkam. Dia hanya menjalani kehidupan rumah tangga seperti biasanya. Menjadi istri bagi Ayyas. Menyiapkan segala kebutuhan suaminya. Seperti saat ini, dia baru selesai menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Dia lalu menghampiri suaminya di ruang kerja khusus. Ayyas nampak sedang membaca. "Mas, sarapan dulu." Ayyas menutup buku dan menatap istrinya disertai senyuman hangat, "ayo!" Tangan Ayyas melingkar di bahu Indah. Nampak Ayyas sangat mencintai istrinya itu. Mereka berjalan menuju meja makan. Indah mengambilkan makanan untuk suaminya. Ayyas menatap Indah yang setiap hari mampu membuat dirinya jatuh cinta berkali-kali. "Sayang, suapin dong!" "Ih, Mas manja deh!" "Kan sama istri ini, ntar kalo manjanya ke yang lain gimana?" "Emang Mas mau?" "Dengan istri secantik ini, mana mungkin aku cari yang lain?" "Mas gombal!" "Biarin, gombal juga bukan bohong kok, aku sangat... mencintai kamu, Indah." Indah tersipu. Rona merah di pipinya tak ayal membuat Ayyas tak tahan untuk tidak mencium bibir gadis itu. Bahkan sedikit melumatnya. "Mas, kan mau makan, ntar keburu dingin, lho?" "Kamu sih, bikin Mas pengen," bisik Ayyas sambil menarik tangan Indah agar berdiri dan membawa istrinya menuju kamar. Tok-tok-tok! Suara ketukan pintu menghentikan langkah keduanya. "Siapa, Mas?" "Gak tahu, mengganggu sekali, sudah biarkan saja dulu, kita tuntaskan yang tadi, sayang," ucap Ayyas sambil mengecup singkat bibir Indah. Tapi ketukan itu makin keras terdengar. Bahkan terdengar suara seseorang meneriakkan nama Ayyas. "AYYAS!!! KELUAR KAMU!! JANGAN BERSEMBUNYI!!" "Mas, sebaiknya buka dulu," ucap Indah yang tak mampu menyembunyikan rasa cemasnya. Teriakan di luar sana sangat nyaring. "Biar aku buka, kamu tunggu di sini." "Tidak, aku ikut. Apapun yang terjadi aku akan selalu mendukungmu." Ayyas menatap istrinya. Telapak tangannya menangkup kedua pipi Indah. "Baiklah, kita keluar bersama. Aku pastikan kau aman bersamaku." Mereka lalu berjalan menuju pintu. Begitu pintu dibuka, wajah Ayyas berkerut heran, demikian juga dengan Indah. Bukankah itu Kinansya? Pimpinan perusahaan yang kemarin hendak mengadakan kerja sama dengan Ayyas? "Nona Kinansya? Ada apa ini?" "Maaf, Tuan. Saya sudah mencegahnya. Tapi mereka berdua memaksa masuk," jawab Mang Udin, satpam di rumah Ayyas yang nampak menatap kesal pada kedua orang wanita yang datang dan membuat kerusuhan di pagi hari. Nampak Kinansya menangis tersedu sambil memegang lengan wanita paruh baya yang menyertainya. "Katakan apa yang terjadi, Kinan!" Ucap wanita itu sambil melirik Kinansya yang masih menangis. "Saya... saya... hamil, Pak Ayyas!" "Apa? Lalu apa hubungannya dengan saya?" "Jangan pura-pura bodoh, anakku hamil karena ulahmu, b******n! Kau harus bertanggungjawab!" "Apa?!" Bagai mendengar petir di siang bolong, Ayyas dan Indah terkejut dengan pernyataan kedua wanita itu. "Bagaimana mungkin? Saya tidak pernah menyentuh kamu, Kinan! Hubungan kita sebatas rekan kerja. Tak lebih." "Tapi saya punya buktinya, Pak," jawab Kinan yakin. "Kamu ingin saya menikahimu?" "Ya, karena saya membutuhkan ayah yang sah atas anak kita, Pak." "Apa? Jangan bercanda! Saya hanya punya satu istri, yaitu Indah. Dan saya yakin anak itu bukan anak saya." "Apa perlu saya putar malam kita bersama di depan istri Pak Ayyas?!" Indah yang masih terkejut, maju ke depan dan menatap orang-orang yang sedang berdebat itu. Ekspresi wajahnya sulit diartikan. Ayyas menatap cemas pada istri tercintanya itu. "Jika memang anak yang dikandung itu adalah anak dari suamiku, maka ku ijinkan kamu menduakanku, Mas."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Long Road

read
118.3K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Noda Masa Lalu

read
183.3K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.0K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.8K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
473.9K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook