Kelahiran kembali
Di kerajaan langit terjadi pertempuran yang sangat dahsyat dengan pasukan Dewa kegelapan.
Tempat yang teramat suci bagi para Dewa kini menjadi gelap dan merah dengan lautan darah yang
bercucuran di lantai emas itu.
“Ha ha ha ... tidak aku sangka, kau bahkan mengelabuiku dengan parasmu, Yue’er,” ucap
seorang lelaki yang berjubah hitam dengan mahkota hitam yang melingkar di kepalanya.
Rambutnya yang panjang terurai sampai ke pinggangnya, tertiup oleh angin yang membuat setiap
helai rambutnya seperti ombak di lautan.
“Kau sudah berakhir, Zhen An,” balas seorang wanita berparas cantik dengan kulit yang
bercahaya bak mutiara.
Dari pandangan mata wanita itu terpencar kesedihan yang tertahan yang membuat matanya
mulai sembab dan memerah. Sementara tangannya yang memegang sebuah pedang tertancap
menembus bagian jantung lelaki yang ada di depannya.
“Uhuk-uhuk! ... kalau aku mati, maka kau harus menemaniku juga ke alam baka,” tangan
lelaki itu mengeluarkan cahaya berwarna hitam pekat yang seperti sebuah jaring yang tak
beraturan lalu dengan cepat tangannya memukul ke arah wanita cantik yang ada di depannya
mengenai bagian jantungnya.
Wanita berparas cantik itu terpaku menahan sakit. Dari mulutnya menyemburkan cairan
darah yang terpancar keluar mengenai wajah lelaki itu. Pandangan matanya kini berubah menjadi
tenang, dan di sudut mulutnya yang telah di penuhi darah terukir sebuah senyuman kecil.
“Zhen An, kau tidak bisa berubah walaupun sedikit. Semoga dengan kematianku kau bisa
mengerti,” suara lembut wanita itu terucap di bibirnya seiring dengan melemahnya genggaman
tangannya di sebuah pedang yang masih tertancap di tubuhnya.
Keduanya akhirnya terjatuh dari udara, tempat mereka bertarung. Seiring dengan jatuhnya
mereka berdua, para prajurit kegelapan pun mulai menghilang sehingga membuat peperangannya
berakhir.
“Tidak! Yue’er!” teriak seorang lelaki berzirah emas yang dengan cepatnya terbang untuk
meraih Wanita cantik itu agar tidak terjatuh ke dasar lantai.
“Yue’er, bertahanlah aku akan menolongmu,” ucap lelaki itu mengangkat tangannya yang
satunya lagi mengarahkan tepat ke bagian jantung wanita itu.
Telapak tangannya yang mengeluarkan cahaya putih masuk ke bagian yang terluka di tubuh wanita itu.
“Tidak ada gunanya, berhentilah membuang-buang tenaga dalammu. Seluruh jiwaku telah
hancur, sekarang aku bisa pergi dengan tenang,” wanita itu menghembuskan nafasnya yang
terakhir dan tubuhnya pun ikut lemas tak berdaya.
Beberapa ribu tahun kemudian ....
Di malam yang begitu gelap cahaya sinar bulan begitu terang menyinari kegelapan malamtiba-tiba meredup seketika, sekilas cahaya bulan terpancar menuju ke sungai. Cahaya bulan itu memantul diatas sungai, lalu tampak sebuah benda yang mengapung dan mengalir di aliran sungai
tersebut.
“Aku ... uhuk-uhuk ... aku akan membalasmu! Maafkan aku guru, aku telah mengkhianatimu,”
ucap seorang wanita yang tampak lemah dengan beberapa luka di sekujur tubuhnya.
Wanita itu berlari dengan terkatung-katung menyusuri ke dalam hutan yang gelap di malam hari itu.
Tiba-tiba suara yang samar-samar terdengar dari kejauhan bercampur dengan suara air yang
mengalir. Ia itu berjalan sambil menopangkan tangannya ke sebuah pohon yang berada di
setiap langkahnya.
Suara tangisan bayi yang mulai terdengar jelas di telinganya membuat dia memperhatikan
dari mana asalnya tangisan bayi itu. Di tepi sungai dia melihat sebuah benda yang samar-samar
mengapung di tepi sungai.
Karena rasa penasaran dia mendekat dan mencoba untuk mengambil benda tersebut. Dia
begitu bingung dengan apa yang di ambilnya, karena benda tersebut bukan seperti kotak yang
keras tetapi bulat seperti telur berwarna perak yang cangkangnya begitu lembut. Wanita itu
memperhatikan dan memeriksa setiap bagian dari benda itu.
Tiba-tiba dia terkejut karena benda yang dipegangnya bercahaya, dengan refleks dia
menjatuhkan benda tersebut. Lalu secara perlahan cahayanya semakin terang menyilaukan mata
wanita itu, benda tersebut terbuka dan dari dalamnya terdengar suara tangisan bayi yang sangat
kuat. Mendengar suara tangisan bayi, wanita itu mendekati benda yang dipegangnya tadi setelah
cahayanya mulai meredup. Dia terkejut dengan apa yang dilihatnya.
"Seorang bayi! bagaimana mungkin ada bayi disini?" ucap perempuan itu keheranan.
Setelah dilihatnya, bayi itu sangat lucu dan memiliki kulit yang cerah seperti bulan. Dia
merasa ada sedikit keanehan dengan bayi itu, tapi ada rasa iba dari dalam hatinya melihat seorang
bayi yang tidak berdosa di tinggalkan sendirian di tengah hutan. Wanita itu pun berpikir bahwa ini
adalah jalan takdirnya bertemu dengan bayi itu di suasana yang tidak memungkinkan seperti itu.
Saat dia menggendong bayi itu, di dahi bayi itu ada tanda lahir bulan yang mulai menghilang,
oleh karena itu dia memberi nama bayi itu Ming Yue.
Wanita tersebut segera pulang ke rumahnya dengan gembira. Sesampainya di rumah dia
kebingungan harus berbuat apa untuk Ming Yue, karena ini pertama kalinya dia memiliki seorang
anak dan dia tidak berpengalaman ...
"Hmp, syukurlah Ming Yue tertidur pulas, ini kesempatan aku untuk menyiapkan kebutuhannya."
Gumam wanita itu.
Ketika langit mulai gelap, malam hari pun tiba. Ming Yue kecil terbangun dan menangis ...
"Ming Yue kamu sudah bangun, kamu lapar yah? sini aku, ehh, i-Ibu beri kamu makan," ucap wanita itu.
Meskipun terasa kaku untuk bilang Ibu, tapi dia tidak menyangka bahwa sekarang dia adalah
seorang Ibu ...
"Hahaha Ha, Ming Yue sini Ibu peluk Nak, ayo makan,
makan yang banyak." Ucapnya dengan tersenyum ...
Setelah memberi Ming Yue makan, wanita itu menidurkannya karena sudah larut malam. Tapi
anehnya Ming Yue tidak bisa tidur, bahkan tanda-tanda dari matanya untuk tidur tidak ada. Mata
Ming Yue masih terbuka lebar. Saat itu ia mulai kebingungan, dan menggunakan berbagai macam
cara untuk menidurkan Ming Yue tapi sia-sia saja, Ming Yue tidak tidur sampai akhirnya wanita
itu yang tertidur duluan dan Ming Yue masih terjaga, sampai fajar menyingsing barulah Ming Yue
tertidur.
Saat wanita itu terbangun dia melihat bahwa Ming Yue tertidur pulas. Dia tak tau kalau Ming Yue
adalah titisan dewi bulan, yang sewajarnya bulan tak bisa tidur di malam hari dan akan tertidur di
siang hari.
Saat siang hari pun wanita itu selalu membawa Ming Yue ke hutan untuk mencari sayur dan kayu
bakar. Memang semestinya seorang bayi tidak boleh berlama-lama di hutan, tapi apa boleh buat
tidak ada yang akan menjaganya kalau dia tinggal di rumah.
Syukurlah karena saat siang hari Ming Yue hanya tertidur dan itu tidak menjadi penghalang bagi
wanita itu untuk bekerja.
Setiap hari, saat siang hari wanita itu membawa Ming Yue pergi untuk menanam sayur dan buah.
Ming Yue hanya terbangun di siang hari saat dia lapar atau buang air besar seperti bayi biasa.
Bulan berganti bulan ....
Tahun berganti tahun ....
Saat itu Ming Yue genap 5 tahun. Rambutnya mulai tumbuh panjang, namun anehnya rambut
Ming Yue mulai berubah warna perak. Ibunya pun mulai mengerti sekarang bahwa dia adalah
gadis yang unik yang ada didunia ini. Ibunya menutupi rambut Ming Yue dengan cat berwarna
hitam supaya orang-orang tidak akan menganggap hal ini aneh.