bc

Nousha Le Vart

book_age18+
125
FOLLOW
1K
READ
adventure
goodgirl
student
another world
like
intro-logo
Blurb

Ini bukan tugas biasa. Tugas yang mengantarkan kepada suatu kewajiban. Eisha tak pernah menduganya ini akan terjadi. Suka, duka dan kebahagiaan menjadi satu kesatuan.

chap-preview
Free preview
Chapter 1 - Dimarah Guru
Sang dewa matahari terbangun dari tidur lelapnya. Dia menjalankan tugas dengan senyum yang merekah menyinari bumi tanpa bosan. Memberi kehidupan untuk makhluk hidup yang berada di sana. "Eisha!" Pekikan nyaring seorang wanita berkacamata pink itu membuat Eisha tersentak. Eisha yang melamun segera mengalihkan pusat perhatian kepada guru yang berdiri di depan kelas memasang ekspresi galak. Mata wanita itu melotot menatap Eisha yang sudah berkeringat dingin. "Apa yang kamu perhatikan hah?" Bentaknya marah. Napas Eisha seakan ditarik paksa dari paru-parunya. Seluruh temannya menoleh memberikan tatapan "Mengapa kamu tidak memperhatikan?" Lidahnya seakan kelu dia tak menjawab pertanyaan dari sang guru. "Maafkan Eisha, Bu. Dia ... dia sedang ...," ucap Sava kemudian berdehem sebentar untuk membasahi tenggorokannya yang kering. " ... sakit. Ibu bisa lihat wajahnya pucat." Sava memberi isyarat melalui mata memberi tahu Eisha, agar ia menjawab iya saja. "Betul itu, Eisha?" Wanita berkacamata itu melipat kedua tangan dan memberikan tatapan tajam kepada muridnya yang menunduk gugup. Eisha meragu sebelum akhirnya ia mengangguk. "Iya, sudah kali ini Ibu maafkan tetapi lain kali jangan diulangi lagi," Ibu Ruly masih dengan ekspresi yang sama melipat kedua tangan dan memberikan tatapan tajam kepada muridnya yang menunduk gugup. "Iya, Bu," jawab Eisha pelan tanpa menatap guru itu. Gadis berambut cokelat itu mengambil secarik kertas bukunya. Ia menulis sesuatu di sana. Setelah selesai dia memberikan kepada teman sebangkunya. Sava pun membalas lewat kertas tersebut. Mata pelajaran biologi-Ibu Ruly berlangsung dengan tenang usai penjelasan dari Sava. Ibu Ruly tampaknya memaklumi Eisha yang melamun tadi. Sepuluh menit sebelum pelajaran berakhir, Ibu guru yang terkenal maching itu menulis sesuatu di papan tulis. "Anak-anak, berhubung sekolah akan mengikuti lomba uks sehat seprovinsi Banna. Maka, ibu selaku guru biologi meminta kepada kalian mencari tanaman yang sudah ibu tulis di papan tulis. Tugas ini dikerjakan secara kelompok." Wanita berbadan layaknya gitar itu membalik badan setelah selesai menulis di papan tulis putih. Ia mengambil secangkir aqua di atas meja guru menyesapnya sampai tandas sebelum ia melanjutkan kalimat. "Tugas ini dikumpul paling lambat minggu depan, anggap saja ini sebagai nilai tambahan kalian." Siswa-siswi yang berada di kelas dua belas ipa empat tersebut. Mereka ingin protes tetapi mengingat jika berdebat dengan Ibu Maching sudah dipastikan mereka akan kalah. Jadi, untuk apa berdebat bukan? Hanya helaan napas lelah yang dapat dikeluarkan. Ibu Ruly meninggalkan kelas tersebut setelah mengucapkan sampai jumpa. Tak lama bunyi bel pulang sekolah berbunyi. Anak-anak merapikan buku dan alat tulisnya. Mereka segera berhamburan ke luar kelas. ****************************************** Haden mengajak kedua sahabatnya, mampir ke restoran di pinggir jalan Eldewis. Restoran "Arthur". Salah satu restoran ternama di kota Meyria. Aroma harum menguar dari restoran Arthur. Haden meneguk ludahnya beberapa kali, perutnya sudah konser sejak tadi. Warna biru lautan mewarnai dindingnya. Genteng berwarna cokelat tua. Tiang-tiang lampu berpijar putih menghiasi halaman parkir yang hampir penuh di depan restoran. Haden memarkirkan mobil putihnya di kiri di samping mobil berwarna silver. Mereka bertiga keluar mobil berjalan masuk ke dalam restoran. "Selamat datang di restoran Arthur," ucap dua orang pelayan perempuan berpakaian biru-putih itu ramah di depan pintu masuk. "Terima kasih," balas Haden dan Sava. Sava menyapukan pandangan ke sekeliling mencari tempat duduk yang kosong. Gadis penyuka warna hitam itu menarik tangan Eisha menuju salah satu meja yang kosong sedangkan Haden hanya mengekor dari belakang. Restoran ini ramai sekali dan interiornya juga mewah, batin Eisha. Mereka duduk di meja sudut kanan karena hanya meja itu yang kosong. "Tuan dan Nona ingin memesan apa?" pelayan laki-laki memberikan buku menu makanan masing-masing satu. Haden mengucapkan pesanannya pertama kali kali. "Ship chicken and ice tea." Sava masih memilih-milih menu makanan. "Fried fish flower vegetables and mango juice," ujar Eisha melihat daftar menu makanan. "Lama sekali kamu menentukan makanan." Haden berdecak kesal. "Sabar, aku tinggal mencari minumannya saja," sahut Sava. Haden memutar bola matanya jengah sementara Eisha tidak menampilkan ekpresi apapun. "Egg flower and strawberry juice," sambungnya beberapa saat kemudian. Pelayan berwajah manis itu mencatat pesanan di kertas kecil. "Hanya itu saja Tuan dan Nona?" "Iya, hanya itu saja." "Wait ten minutes," balas pelayan itu kemudian berlalu pergi. Sepuluh menit akhirnya pesanan mereka datang juga. "Selamat menikmati." Pelayan wanita berambut pirang meletakkan pesanan mereka di atas meja. Ia berlalu pergi. Dalam waktu dua puluh menit makanan yang dipesan habis. Mereka sekarang sedang berbincang. "Banyak sekali tugas yang dikumpul minggu depan." Sava dapat menangkap nada kesal di dalamnya. "Bagaimana jika siang ini mencari tanaman yang diminta Ibu Ruly?" Haden membuka kertas kecil berwarna abu-abu miliknya. Kertas yang berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan. Sava menopang dagunya berpikir. " Iya, benar juga katamu. Aku sudah lupa kalau banyak tugas yang belum kita selesaikan." Eisha masih sibuk dalam lamunannya. Dia tidak mendengar apa yang kedua temannya katakan. Haden menyadari gelagat teman perempuannya yang tidak seperti biasanya. Eisha hari ini sudah dua kali melamun. "Apa kamu masih sakit?" Ia bertanya dengan nada khawatir. "Apa obat paracetamol yang kami berikan tadi tidak mempan?" Sava memeriksa kening Eisha dengan punggung tangannya. Suhu tubuhnya normal, batinnya. Gadis pelupa itu menarik tangannya. "Wajahmu tidak pucat lagi, tubuhmu juga tidak panas lagi." Sava menarik napas sebelum melanjutkan. "Kenapa kamu hari ini sering melamun?" Suara Sava syarat akan kecemasan, menatap kedua mata Eisha. Eisha menatap balik Sava. "Tidak, aku tidak apa-apa," jawab Eisha tenang. "Lalu kenapa kamu sering melamun?" Sambar Haden. "Aku juga tidak tahu." Eisha mengalihkan pembicaraan. " Siang ini kita mau mencari tanaman itu?" Haden dan Sava menjawab kompak. "Iya." "Ya sudah, ayo." Eisha menggendong tasnya begitu juga dengan Sava. Sedangkan Haden membayar tagihan terlebih dahulu. "Kalian langsung masuk ke dalam mobil. Aku akan menyusul," ucap Haden sedikit berteriak karena jarak antara kasir dengan kedua gadis itu lumayan jauh. "Iya, kami tunggu di mobil," sahut Sava, kemudian menyusul Eisha yang duluan sudah masuk ke dalam mobil. Beberapa menit kemudian Haden masuk ke dalam mobil. Seperti biasa Sava dan Eisha tidak ada yang mau duduk di samping Haden, membiarkan laki-laki berusia tujuh belas tahun itu duduk di depan sendiri. "Kenapa salah satu dari kalian tidak ada yang mau duduk di depan bersamaku?" Haden menoleh ke belakang dengan nada sedih. Lalu ia menyalakan mesin mobil berbelok masuk ke jalan raya. "Kamu hanya laki-laki di sini jadi lebih kamu di depan sendirian," sahut Sava cekikikan. Sementara Eisha hanya menanggapinya dengan tersenyum. Haden sengaja berkata seperti itu. Dia ingin memastikan kalau Eisha-nya baik-baik saja. Hati Haden menghangat ketika sudut bibir Eisha terangkat. Dia melihat melalui kaca kecil di atas mobil. Pemuda itu ikut tersenyum juga. Lalu fokus menyetir.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

CUTE PUMPKIN & THE BADBOY ( INDONESIA )

read
112.2K
bc

MY ASSISTANT, MY ENEMY (INDONESIA)

read
2.5M
bc

DIA, SI PREMAN KAMPUSKU ( INDONESIA )

read
470.8K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
75.6K
bc

Dependencia

read
186.2K
bc

Bastard My Ex Husband

read
383.0K
bc

Nikah Kontrak dengan Cinta Pertama (Indonesia)

read
453.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook