bc

PerempuanPelangi.com

book_age12+
127
FOLLOW
1K
READ
goodgirl
badgirl
boss
drama
gxg
like
intro-logo
Blurb

PerempuanPelangi.com (GxG) By: Hai Dhika

94.000 Pembaca di Wattpad

Nabila Kusuma Wardhani, seorang perempuan 20 tahun. Penjual film-film bajakan khusus Lesbian dan pendiri komunitas ParaPerempuanPelangi khusus Lesbian.

Ini adalah cerita dimana ia menjalani kehidupannya sebagai perempuan Pelangi. Mengatasi rasa sakit hatinya setelah di tinggal Sofia, mantan kekasihnya. Usaha baru untuk mendekati seorang perempuan lugu bernama Aqira. Berteman dengan banyak Perempuan Pelangi di seluruh Indonesia. Dan proses untuk menjalani hidup tanpa kasih sayang seorang Papa.

chap-preview
Free preview
Para Perempuan Pelangi
ParaPerempuanPelangi.com   Menerima pemesanan DVD film-film Lesbian (selain Indonesia) dengan subtitle Bahasa. Kualitas gambar dijamin bagus, jernih, dan tidak putus-putus. Judul-judul film bisa dilihat dibawah ini. Klik judul film untuk mengetahui reviewnya dan yang berwarna merah jambu adalah recommended dari Saya. 1 film = Rp. 8.000 (Pemesanan minimal 4 film). Jakarta bebas ongkos kirim. Sebutkan judul ketika memesan. Hubungi Saya di kontak yang tertera di atas.  ==================================================================================== Aku menatap dengan saksama iklan jasa di website yang ku buat sendiri, ParaPerempuanPelangi.com. Beberapa komentar di dalam kolom pembeli pun menunjukkan kepuasannya atas film yang ku jual lebih dari 400 keping selama ini. Judul film yang mereka pilih pun tertera otomatis dengan berapa jumlah pembelinya. Siapapun yang membuka website itu, jadi tahu film apa saja yang paling sering dipilih pembeli lain. Room in Rome (2010), Below Her Mouth (2017), Blue is The Warmest Color (2013), Bound (1996), Fingersmith (2005), Yes or No (2010), Yes or No 2 (2012), Monster (2003), Boys Don't Cry (1999), The Runaways (2010), dan The Kids Are All Right (2010). Setiap orang memiliki selera yang berbeda dan aku paling suka film Yes or No & Yes or No 2. Benar-benar suka. Film karya Sarasawadee Wongsompetch ini bercerita tentang sepasang kekasih perempuan yang hidup dalam satu kamar asrama. Berawal dari kebencian dan ketakutan tokoh Pie yang diperankan oleh Sucharat Manaying pada teman perempuan sekamar barunya yang terlihat nyaris seperti lelaki bernama Kim yang diperankan oleh Suppanad Jitaleela. Kisah dalam film ini sangat menarik untukku. Karena apa yang terjadi di film itu adalah salah satu impianku. Aku selalu bermimpi perempuan yang ku cintai dan awalnya membenciku bisa menjadi begitu mencintaiku, bahkan bergantung padaku. Bukankah penuh tantangan jika aku mengalaminya? Berusaha mengubah perempuan yang awalnya tidak tertarik pada perempuan hingga akhirnya menyukaiku. Bagaimana aku memperjuangkan perasaan yang kecil kemungkinan terbalasnya oleh dia. Benar-benar penuh tantangan! Oh Tuhan, aku benar-benar jatuh cinta pada tokoh Pie. Dia seorang perempuan yang benar-benar cantik, sikap manjanya membuatku begitu gemas. Betapa menyenangkannya dia dimata teman-temannya pun. Film luar lain juga tak kalah seru. Seperti The Kids Are All Right yang pernah menjadi pemenang ajang besar Golden Globe Award. Atau film Monster yang diangkat dari kisah nyata yang dipenuhi intrik Drama dan Thriller. Lalu ada film Boys Don't Cry yang pernah memenangkan piala Oscar, sempat membuatku meneteskan air mata. Film The Runaways yang diperankan Si Cantik Kristen Stewart yang beradu akting dengan Si Sexy Dakota Fanning. Room in Rome yang sangat artistic dan ‘Panas’. Below Her Mouth dengan kisah serunya antara perempuan bertunangan namun jatuh cinta pada seorang tukang bangunan tampan tetangganya yang juga perempuan. Ahh, bisa lebih dari 2 jilid buku jika harus ku ceritakan semua cerita dari film yang ku jual.    Semakin hari, semakin banyak pengetahuan film dengan tema ‘Spesial’ yang ku dapat dari pelangganku bahkan tak jarang kami jadi berdiskusi hal lain selain film. Kami juga tertarik mendiskusikan kehidupan kami yang juga spesial dengan permasalahan dan pengalaman kami masing-masing. Menambah pengetahuan menjadi salah satu bonus untukku. Salah satu? Jelas. Karena sesungguhnya, banyak hal yang bisa ku dapatkan di website itu. Harapanku tak sama seperti penjual lain diluar sana, pembeli. Tetapi, lebih menggiurkan dari hal itu. Aku pernah bersekolah di salah satu SMA di daerah Rawamangun, Jakarta Timur. Orang tua yang bisa dibilang berpenghasilan menengah ke atas tak lantas membuatku memilih-milih kegiatan dan kawan. Aku pernah berkawan dengan anak yang hidup dijalanan. Berkawan dengan mereka yang berjualan di pinggir jalan. Dan aku juga pernah berkawan dengan mereka yang menamakan dirinya Anak Punk. Tak ada masalah untukku. Selama aku tahu batas dan bisa menjaga diriku, ku rasa tak ada salahnya. Sama-sama manusia kan. Aku sudah pernah berkeliling turun naik bus kota bersama mereka untuk mencari uang dengan mengandalkan gitar, beras dalam botol, tam-tam, dan suara kami. Aku pernah berkeliling taman menggunakan sepeda untuk menjajahkan minuman hangat dan dingin. Sudah pernah memikul gerobak tahu gejrot dan menjajahkannya pula. Datang dari rumah ke rumah, rumah makan ke rumah makan, dan dari satu tempat berkumpul muda mudi ke tempat lain untuk mencari uang menggunakan gitar dan suaraku pun ku pernah. Banyak hal lain yang ku coba di jalanan. Selama aku tahu itu tidak merugikan siapapun, tidak membuatku berdosa, dan orang tuaku tak melarang, ku rasa itu masih bisa ku lakukan. Bisnis kecil disekolah. Aku yang sadar tidak pintar namun rajin akhirnya memanfaatkan kerajinanku untuk menjual tugas-tugas dari guru ke teman-temanku. Aku mengerjakan tugas mereka dengan imbalan sejumlah uang. Aku juga pernah menjual novel dan komik milikku yang sudah tak menarik lagi untuk ku sentuh. Ketika kelas 3 SMA, aku sempat memiliki Online Shop yang tak seberapa untung. Hanya nyaman menjalaninya. Lagipula, yang kubutuhkan adalah kepuasan bathin, bukan sekadar keuntungan. Maksudku, kepuasan bathin setelah dihinggapi dan dikejar gadis-gadis modis yang modus itu. Mengapa tidak? Untuk apa mereka mendekatiku kalau tidak meminta potongan harga, hutang, bahkan barang bagus gratisan? Ah, lagu lama! Teman yang baik tidak akan meminta itu semua atas nama pertemanan. Dia akan menghargai temannya dengan tidak meminta potongan harga bahkan barang tanpa membayar. Setelah lulus SMA, aku menjalani bisnis terbaru yaitu menjual film. Koleksi film perempuan penyuka perempuan di komputerku pun makin menumpuk. Terkadang, aku bosan menyaksikan itu semua berulang kali dan tak tahu, akan berakhir seperti apa, bagaimana, dan dimana film-film yang sering di anggap menyimpang dari norma itu kelak. Terhapus karena virus di komputer, dihapus orang tuaku yang akhirnya tahu bahwa aku salah satu penganut penyimpangan sosial, atau ku bagi untuk teman-teman seperjuangan dan yang membutuhkannya. Dan pilihan ketiga pun ku ambil karena itulah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Bonusnya, aku bisa bertemu perempuan-perempuan yang mungkin juga memiliki ketertarikan pada perempuan. Diantara pelanganku, ada yang mengaku membeli film untuk tugas di kampus sesuai jurusannya, biasanya Sosiologi atau Psikologi untuk bahan tugas riset mereka. Ada juga pelanggan yang mengaku hanya titipan teman, ada yang mengaku untuk mencari referensi film yang tidak biasa dan lebih menantang, dan beberapa lainnya mengaku itu adalah film tentang mereka. Mereka hanya butuh film yang dapat mencerminkan diri mereka. Sayang, mereka yang mengakui ‘Keistimewaannya’ padaku bukanlah tipeku. Bilamana tipe, pasti sudah ada perempuan lain disampingnya. Website jualan film milikku telah ada sejak beberapa tahun lalu dibantu beberapa teman yang lebih paham tekhnologi daripada aku. Dan website ini semakin lama semakin berkembang. Tak hanya menjadi forum jual beli film, namun juga komunitas untuk siapapun yang tertarik pada kehidupan kami. Tak harus memiliki kesamaan orientas s*****l karena Komunitas Para Perempuan Pelangi tidak membatasi diri, siapapun boleh bergabung. Hingga di tahun ini, kami memiliki sekitar 100 anggota lebih dari seluruh Indonesia. Kami tergabung di grup aplikasi w******p dan f******k. Dan secara rutin mengadakan pertemuan tiap 3 bulan sekali. Cilandak, Rawamangun, dan Pasar Senen adalah rute mengantar filmku hari ini. Aku harus mengantar beberapa keping DVD pada pelangganku. Bukan tidak ingin menggunakan jasa pengiriman barang, tujuan utamaku menjual film ini adalah untuk bertemu dengan perempuan penyuka perempuan bukan? Jadi untuk apa aku kirim jika tak bisa bertemu? Kecuali untuk pembeli yang minta dikirim keluar kota, aku memang lebih mengandalkan jasa pengiriman barang. Karena aku juga tak mau memiliki hubungan jarak jauh dengan siapapun yang akhirnya terlanjur membuatku tertarik setelah bertemu saat aku mengantar film itu nanti. Ku kemas beberapa keping DVD ke dalam plastik dan ku satukan sesuai dengan nama pelangganku. Blue jeans jacket, jegging hitam, dan Converse hitam telah terpasang rapih di tubuhku. Tak lupa, earphone ku pasang. Playlist dari Tulus mengiringi perjalananku. Memang, sungguh tulus sekali musik dan lirik lagunya. Aku sangat suka penyanyi bernama Tulus ini. Musik dan lirik lagu yang tidak pasaran, aku sangat suka. Hmm, tapi aku lebih suka Sofia yang juga suka penyanyi itu. Dahulu, aku dengan tulus mencintai Sofia. Ah, dia lagi dia lagi. Topik utama yang paling ku benci. Aku berjalan keluar kamar menemui perempuan paruh baya yang tengah membersihkan rumahku. "Mbok, Bila anter pesenan bentar ya. Doain biar pulang perginya selamat" ucapku berjalan menghampirinya. Dirumah, aku lebih sering menghabiskan waktu dengan perempuan ini, Mbok Mar. Papa tinggal di Bandung setelah berpisah dengan mama. Sedangkan mama, sibuk bekerja untuk menghidupi kehidupan kami. Aku tidak pernah menyalahkan mama yang jarang memiliki waktu untukku. Karena aku sayang mama. Mama adalah orang yang terbaik dalam hidupku. Ia orang baik yang selalu berusaha memberi segala sesuatu yang terbaik dengan baik dan tujuan yang baik. "Alhamdulillah. Pulang jam berapa nanti Non? Jangan lupa shalat ya. Sesibuk apapun, harus tetep inget Allah" jawab Si Mbok mengantarku ke pintu garasi. Aku menatap layar handphoneku. Pukul 10.23 AM. "Iya Mbok. Sore kalo nggak macet udah pulang. Mau dibawain es krim lagi nggak?" kataku di iringi tawa mengingat cara Mbok Mar makan Ice Cream dengan lahap sambil mengeluarkan Honda 70 merah putih kesayanganku. "Boleh. Yang putih ada t*i lalatnya kayak kemaren aja ya” jawabnya polos membuatku makin tertawa. “Itu es krim vanilla Mbok. t*i lalatnya itu namanya choco chip. Ntar Bila bawain semangkok buat Mbok deh”. “Siap Non, makasih ya. Oh iya, nanti mau dimasakin apa?". Perempuan dengan daster dominan warna merah itu membuka gerbang. "Asal masakan Mbok, Bila pasti makan. Jangan lupa Mbok, nanti kamar laBia dikunci aja kalo udah selesai diberesin. Kuncinya Mbok pegang. Kalo mama nanya kunci kamar, bilang aja Bila bawa". Ku nyalakan mesin kuda gagah kesayanganku ini. "Takut ibu masuk ya? Emang masih ada foto Non Sofia di kamar? Katanya kemaren mau di bakar-bakarin? Nggak jadi ya? Hmm, Masih sayang kali nih?!" tuduh Mbok Mar. Ia memang tahu aku seorang penyuka perempuan. Aku lebih nyaman bercerita padanya daripada dengan mama. Mbok Mar lah yang merawatku sejak aku lahir. Aku juga sayang dia, sama seperti mama. Beberapa hari lalu, aku sedang rindu-rindunya dengan Sofia, bahkan marah pada keadaanku sendiri. Bagaimana bisa aku masih merindukan orang yang begitu jahat padaku. Meninggalkan ku, mengkhianati ku setelah semua yang telah aku lakukan untuknya. Aku berniat untuk membakar semua hal yang berhubungan dengan kami. Namun kuurungkan niatku karena aku percaya, suatu saat ia akan kembali kepelukanku. Mbok memberikan helm hitam merah jambu yang serasi dengan warna motorku. Hadiah dari Sofia, mantan kekasihku. Sofia yang malang, Sofia yang ku sayang. 2 tahun menjalan hubungan denganku tak membuatnya mengenalku 100%. Ia lebih mempercayai teman-teman barunya daripada aku. Fitnah-fitnah itu, entahlah pantas kusebut apa mereka semua. "Bismillah. Berangkat ya Mbok. Hati-hati dirumah. Assalamualaikum..." ucapku sambil menarik gas. Sayup-sayup ku dengar Mbok Mar menjawab salamku. ***rang buthci. Kisah ini sangat menarik menurutku. Aku selalu berharap perempuan yang ku cintai dan membenciku bisa menjadi begitu mencintaiku bahkan bergantung padaku. Oh Tuhan! Aku jatuh cinta pada tokoh Aom, femme yang cantik, manja, pintar, menyenangkan, menggemaskan, dan berambut panjang di film itu. Dan film - film luar lain seperti The Kids are all night yang pernah menjadi pemenang ajang Golden Globe Award. Film Monster yang diangkat dari true story, aku pernah menyaksikannya ditelevisi sebelum mengunduhnya. Film Boys Don't Cry yang pernah menang piala Oscar. Dan The Runaways yang diperankan Si Cantik Kristen Stewart. Semua itu menjadi film favorite pelangganku. Semakin banyak pengetahuan film lesbian yang ku dapat dari pelangganku. Menambah pengetahuan menjadi salah satu bonus untukku. Salah satu? Iya. Karena banyak hal yang bisa ku dapatkan di blog itu. Bahkan tak jarang kami jadi berdiskusi soal film - film lesbian dan hal apapun yabg beraroma lesbian. Harapanku tak sama seperti penjual lainnya diluar sana, yaitu "Pembeli". Tetapi... Ah! Nanti kalian juga pasti tahu maksudku. Aku pernah bersekolah di salah satu SMA daerah Rawamangun. Orang tua yang bisa dibilang berpenghasilan menengah ke atas lantas tak membuatku memilih - milih kegiatan dan kawan. Bisnis - bisnis kecil. Aku yang tidak pintar namun rajin akhirnya memanfaatkan kerajinanku untuk menjual tugas - tugas dari guru ke teman - temanku. Bahkan terkadang, aku menjual alat - alat yang seharusnya mereka bawa dari rumah. Aku juga pernah menjual novel dan komik milikku yang sudah tak menarik lagi ku sentuh. Pernah juga menjual tempat minum bergambar Angry Bird. Dan semua itu ludes. Ketika kelas 3 SMA, aku mempunyai Online Shop yang tak seberapa untung. Aku nyaman menjalaninya. Toh, yang kubutuhkan kepuasan bathin, bukan keuntungan. Termasuk kepuasan bathin setelah dikerubungi dan dikejar gadis - gadis modis yang modus itu. Mengapa tidak? Untuk apa mereka mendekatiku kalau tidak meminta potongan harga, hutang, bahkan gratisan? Lagu lama! Kini, setelah lulus SMA aku menjalani bisnis terbaruku, menjual film. Koleksi film lesbiandi komputerku menumpuk. Terkadang aku bosan dan tak tahu kelak berakhir seperti apa dan dimana film - film dengan genre spesial itu. Terhapus karena virus, dihapus orang tuaku yang akhirnya tahu bahwa aku salah satu penganut penyimpangan sosial, atau ku bagi untuk teman - teman seperjuangan dan yang membutuhkan. Pilihan ketiga ku ambil. Itu lebih bermanfaat. Bonusnya, aku bisa bertemu perempuan - perempuan yang mungkin memiliki ketertarikan pada perempuan, seperti aku. Diantara pelanganku ada yang mengaku membeli film untuk tugas kampus sesuai jurusannya, ada yang mengaku titipan teman, ada yang mengaku untuk mencari referensi film yang tidak biasa, dan beberapa mengakui bahwa ia membelinya karena itu film tentang mereka. Mereka hanya butuh film yang dapat mencerminkan diri mereka. Sayang, mereka yang mengakui "keistimewaannya" denganku bukanlah tipeku. Bilamana tipe, pasti sudah ada perempuan lain disampingnya. Cilandak, Rawamangun, dan Pasar Senen ruteku hari ini. Aku harus mengantar kepingan - kepingan CD ini pada pelangganku. Ku kemas CD itu dalam plastik dan ku satukan sesuai nama pelangganku. Kemeja jeans dan jegging biru tua lalu sepatu kets hitam telah terpasang di tubuhku. Tak lupa, Headset ditelinga ku pasang. Playlist lagu - lagu Tulus mengiringi perjalananku. Sungguh tulus sekali musik dan liriknya. Aku sangat suka. Musik dan lirik yang tidak pasaran, aku suka. Tapi aku lebih suka Sofia yang juga suka Tulus. Dengan tulus aku mencintai Sofia. Sudah, jangan di ambil pusing. Hidupku saja sudah asing. Aku berjalan keluar kamar menemui Mbok Mar. "Mbok, Bila jalan dulu ya. Anter pesenan, biasa. 3 tempat hari ini nih. Alhamdulillah. Doain ya". Dirumah, aku lebih sering menghabiskan waktu dengan Mbok Mar. Papaku tinggal di Bandung setelah berpisah dengan mama. Sedangkan mama sibuk bekerja untuk menghidupi kehidupan kami. Aku tidak pernah menyalahkan mama yang jarang memiliki waktu untukku. Aku sayang mama. Mamaku orang yang terbaik dalam hidupku, ia orang baik yang selalu berusaha memberiku segala sesuatu dengan baik. Aku cinta mama. Aku cinta perempuan. "Alhamdulillah. Iya non. Pulang jam berapa nanti? Jangan lupa shalat" jawab Si Mbok mengantarku ke garasi. Aku menatap layar hapeku. Pukul 10.23. "Iya mbok. Sore Insyallah kalo nggak macet udah pulang. Mau dibawain es krim lagi? haha" kataku sambil mengeluarkan Honda 70 merah putih kesayanganku. "Boleh Non hehe. Mbok suka. Oh iya, nanti mau dimasakin apa?" tanya Mbok Mar membuka gerbang. "Apa aja, asal masakan Mbok, Bila pasti makan. Jangan lupa Mbok, nanti kamar dikunci aja kalo udah selesai diberesin. Kuncinya mbok yang pegang. Kalo mama nanya kunci kamar Bila, bilang aja Bila bawa". Ku nyalakan mesin motorku. "Iya non. Takut ibu masuk ya? Emang masih ada foto - foto non Sofia sama non di kamar?" Si Mbok memang tau aku seorang lesbian. Aku lebih nyaman bercerita padanya daripada dengan mama. Aku tak menjawab apa - apa, hanya tertawa mendengar pertanyaan dari orang yang sudah merawatku sejak aku baru lahir. Aku juga sayang dia. Sama seperti mama. Si Mbok memberikan helmku dan memasangkannya. Helm putih ini hadiah dari Sofia, mantan kekasihku. Sofia yang malang, Sofia yang ku sayang. 2 tahun menjalani hubungan denganku tak membuatnya mengenalku 100%. Ia lebih mempercayai teman - teman barunya daripada aku. Fitnah - fitnah itu, entahlah pantas kusebut apa mereka. "Bissmillah. Bila berangkat mbok. Assalamualaikum..." ucapku sambil menarik gas. Sayup - sayup ku dengar Mbok Mar menjawab salamku. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
120.7K
bc

OLIVIA

read
29.1K
bc

SHACKLES OF GERALD 21+

read
1.2M
bc

Married With My Childhood Friend

read
43.5K
bc

Sweet Sinner 21+

read
879.7K
bc

HOT AND DANGEROUS BILLIONAIRE

read
569.1K
bc

Suamiku Calon Mertuaku

read
1.4M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook