Story of Kenna

Pagi itu aku dikejutkan dengan ucapan Bunda. Berita bahwa aku dijodohkan dengan anak dari rekan bisnis Ayah. Aku ingin menolak, tapi Bunda memohon agar aku menerimanya. “Kenna, Bunda mohon. Jangan kamu tolak perjodohan ini, semuanya juga demi kebaikan kamu. Gak ada yang salah dengan perjodohan. Apalagi lelaki ini pilihan Ayah dan Bunda, kamu gak akan menyesal,” ujar Bunda sambil memohon. Aku terdiam sesaat. Apakah aku bisa menjalani pernikahan yang dilandasi dengan perjodohan? Aku ingin menolak, tapi apadaya aku tidak bisa. Aku adalah anak Ayah dan Bunda yang selalu menuruti kemauan mereka, jadi saat aku menolak mungkin Ayah dan Bunda akan marah dan aku juga tidak enak jika menolak. “Iya Bunda, Kenna gak akan nolak kok,” ucapku pasrah walaupun dalam hati aku sangat ingin menangis. “Ayah dan orang tua calon suami kamu sudah menentukan tanggalnya,. Tiga hari lagi acara tukar cincin dulu. Maafkan Ayah, mungkin kamu tidak mau dijodohkan. Tapi ini demi kebaikan kamu, ayah tahu kamu punya trauma dengan laki-laki. Mau sampai kapan kamu dibelenggu oleh rasa takut itu? Ayah juga menjodohkan kamu agar kamu juga tidak kemana-mana sendirian lagi,” tegas Ayah dengan raut wajah datar tanpa ekspresi. “Tapi Ayah, kenapa enggak Keyra aja yang ayah jodohkan?” tanyaku sebagai bentuk protes. “Hey Kenna, Keyra itu mudah sekali punya pacar. Mana mungkin papa dan mama tega menjodohkan Keyra dan memisahkannya dengan pacarnya, lagian kakak kamu itu harus melanjutkan pendidikannya, dia satu-satunya harapan untuk jadi penerus bisnis Ayah,” sela Bunda. Setelah itu aku  beranjak dari hadapan Ayah dan Bunda tanpa pamit. Mungkin perilakuku itu tidak sopan, tapi aku bisa apa? Berontak pun aku tak akan bisa. Bicara soal Keyra, dia adalah anak sulung Ayah dan Bunda yang artinya dia juga adalah kakakku. Perlakuan Ayah dan Bunda terhadap Keyra dan aku sungguh kentara sekali bedanya, mereka bahkan selalu membenarkan apa yang dilakukan Keyra. Aneh bukan? Tapi itulah kenyataannya. *** Seminggu kemudian… Inilah harinya, hari di mana aku harus melepas masa lajangku dengan seseorang yang bahkan tidak aku kenal lebih dulu. Aku sedih dan ingin menangis, aku masih ingin bersenang-senang menikmati masa mudaku, aku pikir masa-masa indahku masih panjang. Tapi aku salah, ternyata hari ini aku sudah resmi menjadi istri dari seorang lelaki bernama Adrian Roviana. Setelah ijab Kabul tadi, aku dan Adrian berdiri di pelaminan menyalami para tamu yang datang. Kebanyakan sih rekan bisnis Ayah. Lalu, saat acara sudah selesai aku diboyong oleh Adrian ke apartemen yang sudah disiapkan oleh papanya Adrian. Karena aku dan Adrian tidak saling mengenal, jadi saat di apartemen pun kami seperti perang dingin. Tak ada obrolan sedikitpun. Jadi, malam pertama ku lalui dengan rebahan di kasur sambil memainkan ponsel. Empat hari setelah kami menikah, Adrian akhirnya membuka suara. “Karenina,” panggilnya. Aku yang sedang menyetrika baju kerjanya menoleh. “Ada apa?” tanyaku. “Nama lo Karenina, kan?” tanyanya kemudian. Aku mengangguk. “Biar lebih singkat dan gak ribet, lo bisa panggil gue Kenna kayak yang lainnya.” Dia pun mengangguk. “Nih baju lo,” ujarku. “Terimakasih,” ucapnya. Setelah berpakaian rapih, ia langsung pergi menuju ke kantornya. Padahal aku sudah menyiapkan sarapan, tapi tidak dia lirik sedikitpun apalagi dia sentuh. Kenna’s POV end. Selama menjadi istri Adrian, Kenna sedikit banyak tahu mengenai perilaku Adrian. Suaminya itu selalu pulang tengah malam. Bagaimana pun Kenna tidak akrab dengan Adrian, dia tetaplah seorang istri yang khawatir terhadap suaminya saat sang suami belum juga pulang ketika waktu menunjukan pukul sepuluh malam. Rutinitas Kenna setiap hari adalah dimulai dengan bangun pagi, setelah itu ia membuat sarapan untuk Adrian walaupun seringnya tak pernah suaminya itu makan karena Adrian selalu berangkat buru-buru. Setelah Adrian pergi ke kantornya, Kenna akan membereskan apartemen dan melakukan hal-hal lain yang ia sukai dan ia mau. Seperti itulah setiap hari. Saat Kenna sedang membuka **, ia melihat instastory dari kakaknya—Keyra. Ternyata kakaknya itu sedang jalan-jalan di negeri Gingseng—Korea. Kenna menatap sendu pada postingan kakaknya itu, ia selalu iri dengan Keyra. Ia iri karena kakaknya itu selalu mendapatnya apa yang dia mau. Sedangkan Kenna, mau jungkir balik sekalipun siapa yang peduli?