bc

Uncontainable

book_age18+
633
FOLLOW
2.0K
READ
dominant
billionairess
drama
comedy
sweet
humorous
serious
city
first love
multiple personality
like
intro-logo
Blurb

Caroline Bannet Morgan, gadis sejuta impian yang memiliki kehidupan di atas angin. Ia putri dari salah sayu keluarga kaya di Amerika. Hidupnya, aman , damai. Hingga ia terusik oleh pria yang membuatnya begitu jatuh dan tertolak. Terlebih, Pria itu jauh berada dibawahnya. Luiz Hodgue, hanya anak boduguard dan dokter kepercayaan keluarga

chap-preview
Free preview
Prologue
Suara angin terdengar berat, langit tampak gelap. Orang-orang menepi, dan dalam beberapa menit hujan lebat turun. Membasahi tanah kota Naples, Florida. Danau yang ada di halaman mansion keluarga Morgan tampak meluap naik perlahan. Bunga yang ada di dalamnya berpisah-pisah seakan saling menjauh. Selang beberapa saat, suara helicopter terdengar semakin dekat. Para pelayan sibuk, membuka payung berwarna putih keemasan.  "Caroline," sapa seorang wanita cantik dengan riasan mewah berdiri di sudut pintu. Menanti putrinya turun. Lorna Chameron Morgan. Bertepatan dengan hal tersebut, suara deru motor sport mendekat cepat. Caroline melepaskan sunglasses nya segera, meneliti sosok pria yang mengendarai kuda besi mahalnya. Ia turun, melangkah cepat untuk menaiki tangga mansion. Caroline di payungi. "Luiz!" batin Caroline. Menatap pria itu dari kejauhan, melepas helm fullface nya dan segera berlari menghampiri. Oh My God, dalam keadaan basah ia tampak semakin sexy. Caroline diam-diam tersipu. "Kau harusnya membeli mobil, bukan rongsokan seperti itu," tegur Milla, wanita yang melahirkan putra setampan Luiz. "Ayolah Milla, biarkan ia memilih apapun yang menjadi kesenangan nya," sindir Lorna, mengusap lengan Milla lembut. "Aku rasa kita harus masuk. Aku kedinginan mom," celetuk Caroline, melirik khawatir pada Luiz. Pria itu pasti beku dengan pakaian basahnya. Tidak ada jawaban dari siapapun, mereka hanya berputar dan melangkah masuk ke dalam mansion. Luiz melewati semua orang tanpa suara, menaiki elevator kaca yang ada di mansion itu lebih dulu. Keluarga Morgan dan Hodgue saling bersanding sejak lama. Berkumpul dalam satu tempat, karena Billy— ayah dari Luiz dan adiknya Megan adalah orang kepercayaan Alexander Morgan. Pria terkaya di dunia dengan pendapatan bersih 350 Miliar dollar. Ini gila, bisnisnya sangat lancar dan ada di manapun. Ia tidak akan bangkrut meskipun memberi makan satu kota setiap hari. Apalagi, usaha penyewaan Yacht nya sedang tranding dunia di tangan Luiz. Pria itu melakukan promosi tepat dan menyewakan ratusan Yacht untuk para pemancing setiap harinya. Alexander memiliki seorang putra, Maxent Wesley Morgan yang lebih tertarik dalam dunia Teknologi. Tentunya, ia lebih memilih berbisnis di dalam perusahaan ponsel milik Alexander. Namun, sejauh ini Maxent terlalu mandiri, ia nyaris tidak menyentuh harta keluarga Morgan. Pendapatan nya bisa bersaing, entah dari mana. Hanya ia yang tahu. Hal ini memberikan peluang besar untuk Luiz memimpin perusahaan Luxury Yacht yang kini berpusat di Ontario, Florida. Pendapatan besar yang ia dapatkan, di jadikan aset untuk membeli Penthouse mewah di kawasan elit dan motor sport yang kini sering ia tunggangi. "Mom aku mau ke kamar," ucap Caroline, melirik ke arah elevator. "Yah! Pergilah, mommy dan Milla mau menikmati herbal tea di ruang tamu," balas Lorna, mengusap punggung Caroline yanh terasa lembab. "Okay. Bye mom!" gadis itu melangkah cepat, meninggalkan dua wanita cantik yang memiliki persahabatan sangat erat bahkan sejak mereka muda. Menaiki elevator dan segera menghilang. *** Luiz melepas kaos basahnya, memperlihatkan otot tubuh yang kuat. Rambutnya tampak berantakan dan aroma maskulin dari dirinya tercium kuat. Memenuhi ruangan. Mendadak, ia menoleh ke arah pintu, saat mendengar suara seseorang mengetuk pintu kamarnya. Ia mengeluh kasar, meraih kaos kering nya asal, seraya melangkah ke arah pintu. "Luiz!" sambut Caroline saat pria itu membuka pintu. Ia melempar senyuman khas, memerhatikan pria itu memasang pakaian di tubuhnya yang bidang. Sial! Ia benar-benar hot. "Kenapa?" tanya Luiz datar, melipat kedua tangan di d**a. Menatap gadis itu tegas. "Kau harus membantuku!" pinta Caroline, menunggu reaksi pria itu sejenak. "Pintu kamar ku rusak, aku ingin—" "Minta pelayan untuk memperbaikinya!" "Aku minta tolong padamu, Luiz. Jika tidak, aku akan tetap di sini sampai kau mau membantuku," celetuk Caroline, mencoba menyusup masuk ke dalam kamar Luiz. Namun, pria itu menahannya, membuat tubuh mereka begitu dekat. Caroline diam, ia menelan ludah dan menatap wajah pria itu sangat dekat. "Ya Tuhan, aku ingin lompat-lompat," batin Carol, merasakan dadanya berdebar-debar. Meskipun ia dingin dengan semua orang, sungguh, Luiz sangat populer. Ia memiliki lebih dari empat juta followers **. Jadi, wajar jika Caroline juga sangat mengagumi ketampanan pria itu. "Apa kau tidak bisa menutup pintu kamarmu dengan benar?" tanya Luiz. "No! Benda itu saja yang rapuh. Aku hanya menutupnya sedikit dan mereka langsung lepas," ucap Caroline, terdengar seperti membela. Luiz mengeluh, menggelengkan kepalanya sejenak. Caroline terdengar membodohi nya. "Jadi, kau mau bantu atau tidak?" tanya Caroline "Ini terakhir!"celetuk Luiz, membuat Caroline langsung tersenyum simpul. "Yes! Thank you!" mendadak, Caroline memeluk Luiz. Melingkarkan kedua tangannya di leher pria itu bahkan mengecup pipinya. Ia masih begitu kekanakan, seakan semua masih terlihat biasa. Namun, hal itu malah tidak bisa lagi di terima Luiz. Ia sangat sadar, mereka sudah tumbuh lebih dewasa. "Ayo!" pinta Caroline. Memerhatikan pria itu diam di tempatnya tanpa suara. Ia menghela napas, mengusap pipinya dan melangkah bersama Caroline. *** "Pintu ini sengaja di rusak!" sindir Luiz, tanpa melirik ke arah Caroline setelah ia selesai memperbaikinya. "Benarkah? Apa seseorang mencoba masuk ke kamarku? Ahh!! Itu tidak mungkin, daddy pasti akan murka,"balas Caroline. Tidak ingin terlihat bodoh. Luiz tidak menjawab, ia memgemasi alat-alat nya dengan gerak cepat. "Kau mau minum sesuatu?" tawar Caroline tersenyum simpul. "Tidak!" jawab Luiz datar. "Kalau begitu apa kau mau—" ocehan Caroline berhenti, saat mendengar ponsel pria itu berdering dan dengan cepat Luiz meraih nya. Meneliti sebuah nama yang berhasil membuat Caroline penasaran. Segera, Luiz memutar tubuhnya, melangkah menjauh. "Luiz!" panggil Caroline, berhasil menghentikan langkah pria itu hingga Luiz berbalik sejenak. "Thanks," ucap Caroline terdengar tulus. Namun, pria itu tidak menjawab. Bahkan kembali memutar tubuhnya semula dan mengangkat panggilan. "Sial!" umpat Caroline, ia mengepal kedua tangannya dan tampak geram. Ingin sekali ia memukul kepala Luiz dengan keras. Sungguh. Dalam beberapa saat, ia nekat dan melepas heels merah nya. Lalu melempar benda itu ke arah Luiz dengan tangkas. Plakk!! "Arhhhh!"erang Luiz saat merasakan kepalanya terbentur kuat. Caroline membulatkan mata dan segera berlari masuk ke dalam kamarnya. Ia kabur. Sementara Luiz menatap heels milik Caroline, dan melirik ke arah pintu kamar gadis itu yang tertutup rapat. Ia mengeluh pelan dan menggelengkan kepalanya yang pusing. Lantas, kembali melangkah menjauh. *** Empat jam kemudian.... Caroline melangkah pelan, menaiki satu-persatu tangga taman kaca yang ada di belakang mansion, sembari membawa camilan. Saat kecil, tempat itu menjadi taman bermainnya bersama Luiz, Maxent, Megan dan kakeknya yang sudah tiada— Ferdinand Dulce. Ia bisa ingat, bagaimana daddy-nya bertengkar dengan pria tua itu. Langkah kaki Caroline mendadak terhenti, saat kedua matanya menangkap sosok Luiz yang sudah berada di tempat itu lebih dulu. Ia menelan ludah takut, namun, dengan hati-hati gadis itu tetap melangkah mendekat. "Kau sibuk?" tanya Caroline, seakan tidak terjadi apapun. Kedatangannya membuat Luiz langsung menutup MacBook miliknya. "Apa yang kau lihat? Kenapa begitu terkejut?"tanya Caroline, penasaran. "Bukan urusan mu!" celetuk pria itu cepat. "Ayolah, aku tidak akan mengatakan pada—" "Apa kau tidak dengar yang aku katakan?" potong Luiz terdengar kasar. "Aku hanya bertanya. Kenapa kau begitu sensitif? Apa aku memiliki kesalahan hingga kau begitu dingin?" "Kau tidak salah Caroline, aku yang salah!"Luiz menunjuk dirinya, menatap kedua bola mata Caroline yang mulai berkaca-kaca. "Luiz... Aku tidak—" "Caroline, kita sudah dewasa. Banyak hal yang berubah, emosional dan keinginanku berbeda," potong Luiz seraya menelan ludahnya begitu kuat. "Luiz aku menyukai mu," batin Caroline. Ia mengigit bibir, mencoba mengeluarkan suara. Namun, Luiz beranjak bangkit dan segera berjalan keluar dari rumah kaca. "Luiz wait!" panggil Caroline, ia ikut berdiri dan melangkah mengikuti pria itu. Hingga berhasil meraih lengannya. "Caroline please. Aku tidak ingin menentang daddy mu," ucap Luiz berat. Gadis itu mengerutkan kening, menatap sudut mata pria itu dengan tajam. "Apa karena daddy?" tanya Caroline. Luiz diam, tidak menjawab sepatah katapun dalam sekian detik. "Caroline... Aku...." "Ahh! Sial!"mendadak Caroline mengumpat kasar, water sprinkler taman mendadak hidup dan membasahi mereka. Caroline mundur, tekanan air yang kuat dari alat itu membuat matanya perih. Ia kesakitan dan tidak bisa melihat jelas. Hingga tanpa senjaga, sesuatu menyandung kakinya. Hingga gadis itu tidak bisa mempertahankan tubuh. Namun, Luiz sigap. Ia menangkap lengan Caroline, menarik pinggang gadis itu kuat-kuat dan menahannya hingga kedua wajah mereka tampak begitu dekat. Keduanya diam, saling menatap satu sama lain intens. Ada ketertarikan di balik kedua mata mereka, meski jauh, hal itu tampak nyata. Apalagi, mereka sudah terbiasa bersama sejak kecil. "Luiz," panggil Caroline. Ia menelan ludahnya dua kali dan menaikkan tubuh, memegang erat leher Luiz dengan kedua tangannya. Mereka berciuman, Caroline bisa merasakan bibir dingin mereka rapat. Luiz membalasnya, ia seakan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan singkat ini. Oh Tuhan, Caroline menutup mata, merasakan ciuman pria itu semakin dalam. Jantung gadis itu berdetak super cepat, meningkat di tiap detik. Hingga mendadak, Luiz melepaskan ciumannya. Ia menelan ludah, tampak sedikit kacau dan salah tingkah. "I'm sorry, Caroline,"ucap Luiz dengan suara yang sedikit bergetar. Ia mengusap bibirnya lembut dan langsung memutar langkah untuk segera menjauh. Meninggalkan Carol dengan ribuan pertanyaan yang melekat di benaknya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.5K
bc

My Secret Little Wife

read
93.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook