bc

Tears Of Death

book_age16+
401
FOLLOW
2.3K
READ
dare to love and hate
CEO
heir/heiress
twisted
mxb
humorous
city
first love
self discover
stubborn
like
intro-logo
Blurb

BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!!

CERITA INI MENGANDUNG FIKTIF BELAKA. APABILA ADA KESAMAAN TOKOH, ALUR, DAN KARAKTERISTIKNYA ITU ADALAH SEBUAH KETIDAKSENGAJAAN.

Aku hampir dibuat tidak percaya dengan semua apa yang aku lihat. Bagaimana bisa di dunia ada pria seperti itu? Apa aku sudah gila?

Cerita ini dimulai ketika aku dengan mudahkan percaya dengan seorang yang berkedok teman. Seharusnya, waktu itu aku tidak mengikuti dia dengan mudah. Karena saat aku masuk, maka akan sangat sulit untuk keluar.

chap-preview
Free preview
1. Meet Him
“Dari mana, Ra?” Wajah Cyra mendominasi ketika Akira membuka matanya. Setelah berbincang sebentar dengan Kakek Wijaya, Akira memang memutuskan untuk ke kelasnya saja. Dan kebetulan sekali di kelasnya sedang tidak ada orang. Merasa kantuk menyerang akibat menonton film drama China yang ia tuntaskan semalam, akhirnya Akira terlelap di jajaran baru belakang. Itu adalh bangku milik Devin dan Ken. Tetapi, entah mengapa Cyra bisa menemukan dirinya. Tangan Akira menjulur ke samping sambil perlahan bangkit. Ia pun menggerakkan tangannya yang sedikit kebas dan menatap teman-temannya yang sudah berkumpul. “Dari bawah,” jawab Akira singkat. “Tadi kita semua dihukum gara-gara berisik. Untung banget lo enggak ada di kelas pas kita lagi jamkos,” sahut Cyra sebal. Wajah Akira terlihat penasaran. “Emang dihukum apaan? Kok gue enggak lihat tadi.” “Kita disuruh bersihin rooftop, basement, dan yang terakhir tangki air. Entah kesialan apa kelas kita hari ini sampai tangki air aja jadi bahan hukuman.” Cyra merebahkan tubuhnya di sandaran kursi sambil memejamkan mata lelah. Roknya terlihat sedikit lembab dengan sepatu yang kotor karena debu. Mata Akira mengarah pada Devin dan Ken yang terlihat berbincang dengan anak laki-laki di kelasnya. Pakaian mereka tidak jauh beda dengan Cyra. Hanya Akira satu-satunya siswi di kelas yang masih bersih dan wangi. Diam-diam Akira tertawa dalam hati melihat betapa kacaunya penampilan mereka semua. “Akira! Lo dipanggil Bu Yasmin di ruangannya.” Tears Of Death Dengan langkah ringan Akira meninggalkan kelasnya. Semoga saja tidak ada hukuman kedua, karena Akira merasa sangat kasihan melihat mereka yang basah sekujur tubuh dan mengharuskannya ganti seragam. “Ibu manggil saya?” tanya Akira ketika sampai di pintu ruangan yang kebetulan terbuka. Di sana nampak Bu Yasmin tengah sibuk dengan beberapa tumpukan kertas. Sementara yang menjadi perhatian Akira adalah laki-laki berseragam abu-abu terlihat kusut memandangi ponselnya sambil menunduk. Sama sekali tidak mengalihkan wajahnya saat Akira bertanya tadi. “Akira, Ibu minta tolong sama kamu untuk mengantarkan Alvaro ke kelasnya. Tadi Ibu sudah mencari Ken, tetapi Ibu rasa kamu cocok untuk mengantarkannya,” kata Bu Yasmin sambil menatap Akira penuh. Akira ingat, pakaian Ken sedikit lusuh. Itu pasti penyebab Bu Yasmin tidak ingin meminta bantuan kepada laki-laki itu. Pasti guru piket ini sudah mengetahui kelasnya yang dihukum massal dengan cara sadis. “Baik, Bu.” Akira mengangguk patuh, lalu menatap Alvaro yang memasukkan ponselnya ke dalam saku celana dan meraih tasnya yang tergeletak. Sama sekali belum menatap Akira. “Tolong antarkan di kelas 12 IPS 1, ya. Setelah itu kamu bisa kembali,” ucap Bu Yasmin diakhiri senyuman tipis, lalu kembali berkutat dengan pekerjaan yang sempat tertunda. Lagi-lagi Akira menangguk sebelum mengundurkan diri. Tak lupa ia menutup pintu ruangannya, siapa tahu Bu Yasmin ingin menutupnya, tetapi karena pekerjaan yang menumpuk membuat guru muda itu malas untuk bangkit. Pandangan Akira mengarah pada sesosok laki-laki kusut di hadapannya. Ia tadi sempat mendengar laki-laki itu menggerutu, tetapi dengan suara yang tidak jelas membuat dirinya mengerutkan dahi bingung. Merasa sangat aneh dengan tingkah laki-laki di hadapannnya. Merasa jenuh Akira mulai membuka suara. “Anak baru, ya?” Alvaro menoleh sekilas siswi mungil ini nampak sekali ingin berkenalan dengan dirinya. Akan tetapi, ia tidak harus bersikap angkuh. Jelas-jelas siswi ini sedari tadi seperti boneka yang sangat menggemaskan dengan mata coklat berkelip ceria. “Iya, gue Alvaro.” Suara Alvaro terdengar berat. Seketika Akira menatap penuh laki-laki yang kini berganti posisi di sampingnya, belum jalan meskipun berkali-kali mendesah pelan. Rasa lelah dan malas menjadi satu. “Oke. Kita bisa jalan bersama sampai lo di kelas. Kebetulan kelas gue ada di bawah tepat kelas lo. Jadi, kalau ada perlu panggil gue aja,” sahut Akira sambil melenggang pergi meninggalkan Alvaro yang menatap punggung mungil itu datar. Kakeknya itu benar-benar mengenalkan Alvaro sebagai murid biasa. Tidak ada marga yang tercantum di identitasnya sebagai murid baru. Hanya Alvaro Kenzi tanpa marga Aryasatya yang selalu melekat di dalam dirinya. Melangkah pelan sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku membuat Alvaro terlihat sangat tampan. Apalagi garis keturunan Aryasatya yang mengalir kental di dalam diri Alvaro. Sepintas ia melihat siswi yang memekik kala ia tak sengaja menatapnya sekilas. Merasa mendengar sesuatu, Akira pun menghentikan langkahnya yang spontan membuat Alvaro menghentikan langkahnya tiba-tiba. Lalu, menatap Akira bingung. Siswi ini sama sekali belum menatapnya dengan pandangan memuja. Hanya bersahabat serta banyak tersenyum, dan itu salah satu kegemaran Alvaro. Menatap wajah manisnya Akira yang tersenyum ringan. Baru saja Alvaro menginjak sekolah ini, tetapi hampir satu sekolah mengetahui dirinya sebagai murid baru. Itu pasti berkat siswi-siswi yang suka bergosip. Siapa lagi kalau bukan mereka, karena sejak tadi yang memekik kegirangan hanyalah mereka. “Dia teriak-teriak kenapa, sih?” Alis tebal yang hampir menyatu itu menukik bingung dan menatap sekelilingnya yang diperhatikan beberapa siswi. Bahkan ada yang terang-terangan melihatnya dari jendela. Sontak Akira yang tidak mengetahuinya pun menjerit ketakutan. Ia sungguh takut dengan makhluk yang bernama hantu. Alvaro menggeleng pelan menatap wajah polos Akira. Ia jadi penasaran, mengapa perempuan mungil ini nampak sangat polos. Padahal jelas-jelas mereka tengah meneriaki dirinya yang terlewat tampan. Namun, entah mengapa dengan sikap ini membuat Akira semakin menggemaskan di matanya. “Bukannya biasa kalau ada murid baru?” Bukannya menjawab, Alvaro justru bertanya balik. Kepala Akira menggeleng pelan. “Waktu itu ada murid baru juga, tapi enggak sampai seperti ini. Mereka jamkos kali, ya?” “Berarti gue satu-satunya murid baru yang membuat gempar sekolah?” Senyum mengejek dari Alvaro membuat Akira sedikit kesal. “Enggak juga, ah.” Langkah kaki Akira semakin cepat dan hampir berlari menaiki tangga. Namun, dengan mudah Alvaro menyusulnya. Jika dua langkah dari perempuan mungil itu, maka satu langkah untuk Alvaro berjalan. Sebab, tinggi mereka terpaut jauh. Akira hanya sebatas pundaknya saja, tidak lebih. Perasaan Akira sedikit kesal dengan ucapan Alvaro tadi. Bagaimana bisa laki-laki itu percaya diri jika siswi yang baru saja melihatnya itu hanya karena ketampanannya. Jika semua orang tampan, apakah ada orang jelek? Akira berusaha mempercepat langkahnya. Ia melihat papan nama yang bertuliskan ’12 IPS 2’ tidak jauh darinya. Ya, sebentar lagi Akira akan terbebas dari Alvaro. Itu artinya hanya kali ini ia berurusan dengan laki-laki aneh yang bernama Alvaro. Sekilas Akira menatap wajah Alvaro yang ternyata lebih tegas daripada Ken, dan lebih gagah daripada Devin. Alvaro tampan dengan segala yang dimilikinya. Sederhana, namun berkelas.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Husband My CEO (Completed) - (Bahasa Indonesia)

read
2.2M
bc

Living with sexy CEO

read
277.5K
bc

Bastard My Boss

read
2.7M
bc

10 Days with my Hot Boss

read
1.5M
bc

PERFECT PARTNER [ INDONESIA]

read
1.3M
bc

OLIVIA

read
29.1K
bc

DESTINY [ INDONESIA ]

read
1.3M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook