bc

Menjadi Istri Presdir Dingin

book_age18+
592
FOLLOW
1.9K
READ
possessive
love after marriage
shifter
goodgirl
sensitive
bxg
lighthearted
soul-swap
naive
passionate
like
intro-logo
Blurb

Peringatan!!!

Cerita ini memuat kontent dewasa dengan rating 21+. Harap bijak dalam memilih bacaan.

Kecelakaan tunggal yang dialami oleh Nadia, membuat ia terbaring koma. Namun, siapa yang menyangka jika saat tubuhnya koma, justru jiwanya hidup dalam raga wanita lain.

Alicia Bramantyo, wanita cantik yang bekerja sebagai model majalah dewasa. Dalam tubuh Alicia lah, Nadia kini harus hidup.

Namun, hal yang paling mengerikan bagi Nadia adalah, menjadi istri Vincent Auguste. Lelaki tampan yang begitu dingin pada Alicia.

Kehidupan rumah tangganya, hanyalah demi kepentingan bisnis semata. Juga, demi kepuasan bathin masing-masing.

Jangan bayangkan pernikahan dingin itu hanya sebatas formalitas di atas kertas. Karna kenyataannya, hubungan mereka pun tetap berlaku di atas ranjang. Malam b*******h, selalu mereka lewati bersama. Dan, hal itu sukses membuat Nadia kewalahan.

Dapatkah Nadia kembali ke tubuh aslinya?

Ataukah, ia akan terjebak selamanya dalam tubuh Alicia dan bertahan hidup bersama Vincent?

chap-preview
Free preview
Bab 1 - Nadia
Vincent, menatap tajam wanita dalam kungkungannya. Istri yang biasanya terlihat angkuh dan arogan, kini tiba-tiba berubah menjadi takut kala berhadapan dengannya. Seperti saat ini, contohnya. "Bukankah, biasanya kamu, yang tiap malam menggodaku untuk naik ke ranjangmu?" bisik Vincent tepat di telinganya. Tubuh itu bergetar, takut jika lelaki di hadapannya itu nekat menjamahnya. Berkali-kali, ia selalu bisa menolak ajakan sang suami untuk pergi ke peraduan. Namun, sepertinya tidak akan mudah untuk malam ini. Kungkungan lelaki itu, membuatnya sulit untuk bergerak. Dengan kedua tangannya di atas kepala, yang dipegang kuat. Sedang kedua pahanya, diapit oleh kedua lutut lelaki tersebut. Napas yang berembus hangat, begitu terasa di wajah Nadia, atau lebih tepatnya, di wajah Alicia. "Bu-bukan begitu. Kamu, kan tau jika akhir-akhir ini aku terlalu lelah dengan pemotretan. Dan kamu juga, sedang sibuk mengurus kantor cabang yang akan dibuka di Bali, kan? Jadi menurutku, lebih baik jika kita istirahat yang banyak saja. Iya, seperti itu kira-kira," jelasnya terbata. Tak mudah bagi Vincent untuk percaya begitu saja, pada ucapan istrinya barusan. Hampir setahun mereka menikah, dan baru kali ini sang istri berani menolaknya berkali-kali. Hal, yang hampir mustahil dilakukan oleh sang istri selama ini. Karna, seperti yang Vincent bilang tadi, biasanya justru istrinya lah yang selalu mengajaknya bercinta hampir setiap hari tanpa kenal lelah. Sang istri, mulai menolak untuk disentuh oleh Vincent sejak dua bulan yang lalu. Tepatnya, setelah ia mengalami kecelakaan dalam keadaan mabuk. Untungnya, mobil keluaran negara Italia itu memiliki air bag yang mampu menyelamatkan Alicia dari benturan keras, yang mungkin dapat mengancam jiwanya. Hingga, Alicia hanya mendapat cedera ringan saja. Setelah bangun dari pingsan yang hampir dua belas jam, saat itulah Alicia mulai berubah. "Aku, ga merasa lelah sedikit pun malam ini. Jadi, sekarang aku ga mau ada penolakan," perintahnya tegas, tak ingin dibantah. Vincent tau, jika masalah pekerjaan hanyalah alasan Alicia untuk menolaknya. Karna kenyataannya, wanita itu sudah lebih dari sebulan berhenti dari pekerjaan modelingnya. Entah apa sebabnya, Vincent pun tak tau dan merasa sangat heran. Pasalnya, modeling adalah hidup bagi Alicia. Meski sudah memiliki harta yang mungkin tak akan habis tujuh turunan, tapi ia tetap melakoni modeling dengan tekun. Karna, ia memang sangat mencintai pekerjaan tersebut sejak ia masih kecil. Selama ini, Vincent hanya berpura-pura tak tau jika wanita itu sudah berhenti menjadi model. Karna baginya, itu bukanlah urusannya. Hubungan mereka, hanya sebatas di atas kertas. Dan, di atas ranjang. Tak pernah menuntut lebih satu sama lain, selama hampir setahun pernikahan mereka. Kehidupan pribadi mereka, tetap lah milik mereka sendiri. Tak ada, yang ingin ikut campur antara keduanya. Vincent memulai serangannya dengan melumat bibir Alicia kasar, sedang tangannya menjamah tubuh bagian atas Alicia. Cengkraman tangannya pada kedua tangan Alicia merenggang, menjadi kesempatan bagi Alicia untuk melepaskan tangan dan mendorong Vincent menjauh. "Tung-tunggu, tunggu dulu sebentar." Alicia mengangkat kedua tangannya di depan wajah Vincent, sebagai tanda agar Vincent berhenti sejenak. "Oke, ki-kita akan melakukannya malam ini. Ta-tapi, beri, beri aku waktu sebentar untuk menyiapkan diriku terlebih dahulu," pinta Alicia gugup. Vincent bergeming, tak beranjak sedikit pun dari hadapan Alicia. "Aku, berjanji. Sungguh." Kali ini, tatapan memohon Alicia perlihatkan pada Vincent. Vincent mengangguk pada akhirnya. Menyetujui permintaan Alicia, demi kepuasannya malam ini. Kepalanya, hampir pecah lantaran harus menahan hasrat yang tak tersalurkan selama dua bulan ini. Jadi, ia rasa tak akan masalah memberi Alicia waktu sebentar saja. Meski, tampilannya terlihat seperti casanova, namun kenyataan berkata sebaliknya. Vincent, bukanlah seorang pria yang hobi bergonta-ganti pasangan, apalagi sampai tahap membawa ke ranjang. Pengalaman pertamanya pun, ia lakukan bersama Alicia pasca mereka telah sah menjadi pasangan suami istri. Baginya, sangat pantang untuk membawa wanita ke ranjang jika tak punya ikatan sah. Karna, ia sangat menghargai dan menghormati perempuan. Dan, dia tetap memegang teguh prinsipnya itu hingga ia menikah dengan Alicia. "Aku memberimu waktu sepuluh menit. Maka, gunakan sebaik mungkin." Alicia, mengangguk paham. Vincent bangkit, dan berlalu dari kamar Alicia. Meninggalkan Alicia dalam ketakutan terbesarnya. Terdengar suara helaan napas yang berat, keluar dari mulut Alicia. Pikirannya, mengawang jauh, mengingat peristiwa yang membuatnya harus terjebak seperti ini. *** Terik matahari, begitu menyengat di kulit. Ditambah, kepala yang semakin pusing karna perut yang belum sempat terisi dari pagi, membuat tubuh Nadia mulai limbung. "Ya ampun, Nad. Muka kamu, pucet banget itu," seru Lola, teman satu tempat kerjanya sebagai SPG minuman kemasan keliling. "Hah. Iya, kah?" Nadia mengambil kaca di tasnya."Iya. Bener, pucet," lirihnya, sambil menggerakkan wajahnya ke kiri dan kanan di depan kaca kecil, itu. Sudah hampir setengah hari, tapi Nadia belum bisa mencapai target penjualannya. Jangankan, mencapai target, bahkan setengahnya pun, belum. Baru beberapa paket saja, yang bisa ia jual sampai siang ini. Sebagai anak panti asuhan, yang hanya mampu bersekolah hingga jenjang SMP, bisa bekerja sebagai SPG dengan gaji dua juta sebulan sudah merupakan berkat yang harus Nadia syukuri. Karna, tak banyak pekerjaan yang ia bisa kerjakan dengan modal ijazah SMP-nya. Andai, ada pekerjaan yang menerima pun, biasanya hanya akan menjadi asisten rumah tangga, atau sejenisnya yang bergaji di bawah satu juta. Saat umur Nadia enam belas tahun, ia memutuskan untuk keluar dari panti asuhan dan belajar hidup mandiri. Meski ia keluar, tapi ia tetap tinggal tak jauh dari panti asuhan sesuai permintaan pak Syahid dan ibu Nur, orang tua yang mengasuh panti asuhan tempat ia tinggal. Dan, meski empat tahun sudah ia keluar dari sana, Nadia tetap sering berkunjung menemui kedua orang tua tersebut. Bola mata Nadia yang berwarna biru dan rambut natural blonde, membuat calon orang tua asuh enggan mengadopsinya. Mereka beranggapan, orang tua Nadia pastilah penjajak cinta yang sering berhubungan dengan turis asing, hingga hamil dan terpaksa membuang anaknya di panti asuhan. Mereka khawatir, jika sifat itu akan menurun pada Nadia kelak dan mencoreng nama baik keluarga mereka. Meski, kenyataannya justru Nadia sangat menjaga dirinya dari perbuatan hina tersebut sampai sekarang. Kota tempat ia tinggal adalah kota wisata yang sering dikunjungi turis. Jadi, bukan hal aneh jika ada warga lokal  yang berprofesi sebagai penjajak cinta karna terdesak kebutuhan ekonomi. Tapi, itu pun hanya beberapa saja yang berani melakukannya. Dan, secara diam-diam. Hingga Nadia lulus SMP, belum ada satu pun orang tua yang bersedia mengadopsinya. Akhirnya, Nadia memilih untuk bekerja membantu perekonomian pak Syahid, alih-alih melanjutkan pendidikannya ke SMA. "Mending, kamu pulang aja deh, Nad. Kayanya kondisimu makin parah, deh." Nadia membenarkan ucapan Lola. Ia sendiri pun, merasa jika pusing di kepalanya semakin menjadi. "Yaudah. Kalau gitu, tolong ijinin aku ke pak Sapto, ya. Nanti, sampai rumah aku kirim pesan juga ke beliau," pintanya, yang langsung diangguki Lola. "Kamu, kuat ngendarain motor sendiri?" Raut kekhawatiran, begitu terpancar dari wajah Lola. "Iya, jangan khawatir," ucapnya menenangkan. Segera, ia berjalan menuju tempat motornya terparkir. Pandangannya, menggelap sesaat. Nadia pun, mengambil napas sejenak guna mengembalikan kondisinya. Baru setelah itu, ia mulai menjalankan motornya. Lalu lintas kota, terbilang cukup padat meski tak sampai membuat macet. Hal itu, cukup membuat Nadia kesulitan mengimbangi motornya dalam kondisi tubuh yang tak sehat. Meski begitu, ia bersyukur bisa melewati lalu lintas yang padat dengan baik. Hanya, tinggal melewati jalanan kampung, maka ia akan langsung sampai di rumahnya. Lebih tepatnya, rumah kontrakan satu petak yang sudah ia sewa sejak ia memutuskan keluar dari panti empat tahun yang lalu. "Ahh ... pusing." Pandangan Nadia kembali menggelap. Rasanya, semua isi dalam perutnya berebut untuk keluar. Nadia, mulai kehilangan kontrol tubuhnya. Dan, tanpa sadar ia menarik tuas gas, hingga motor melaju cepat tak terkendali. Suara benda berat terjatuh di tanah, terdengar begitu kencang. Motor Nadia, oleng dan terjatuh dengan keras di aspal. Tubuhnya, terseret beberapa meter dari tempatnya terjatuh bersama dengan motor yang masih menyala mesinnya. Helm usangnya pun, terlepas dari kepalanya karna talinya tak terpasang. Hingga, membuat kepalanya terbentur aspal. Darah mengalir dari kepala, membanjiri rambutnya. Tubuh Nadia tergeletak, tak bergerak sama sekali. Kesadarannya pun, telah hilang entah kemana. Bahkan, untuk merasakan sakit tubuhnya pun ia tak bisa. Untungnya, jalan kampung ini bukanlah jalanan yang sepi. Meski jam berapa pun, pasti ada saja yang melintas di jalan ini. Beberapa petani yang melintas, segera melarikan Nadia ke rumah sakit terdekat. Mereka sangat mengenal Nadia, karna ia termasuk warga yang ramah dan ringan tangan dalam membantu tetangga. Hampir semua warga, menyukai Nadia karna sifatnya itu. Perjalanan yang cukup cepat, mampu menyelamatkan nyawa Nadia. Namun sayangnya, kondisi Nadia kini dalam keadaan koma akibat pendarahan di kepalanya. *******

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook