bc

TERJERAT CINTA SANDIWARA PAK BOS!!

book_age18+
627
FOLLOW
3.0K
READ
confident
boss
sweet
bxg
genius
office/work place
love at the first sight
assistant
like
intro-logo
Blurb

(SPIN OFF) CINTA YANG TERBELENGGU.

Alesha tahu dunia ini hanya panggung sandiwara. Bahagia hanya untuk mereka yang berlimpah materi. Kuasa hanya untuk mereka yang memiliki lembaran tak berseri.

Tapi, bukan berarti ia akan jadikan kisah cintanya bak sandiwara yang di mana, dia pemeran utamanya.

Alesha menjunjung tinggi sebuah kejujuran. Itu sebabnya, Ia menjatuhkan pilihan hatinya pada lelaki bernama Dhiyo, sosok lelaki yang benar-benar menerima dirinya apa adanya. Dan satu lagi, mereka berasal dari kasta yang sama.

Sayangnya manusia memiliki hati yang tak bisa dipaksa. Alesha harus kehilangan Dhiyo karena sosok lelaki bernama Rafka Athari Fawwaz.

“Haruskah aku membelah diriku untuk menghadirkan Dhiyo di hadapanmu?”

Rafka menatap sendu pada pemilik nama lengkap Alesha Izza Azzahra.

“Lakukan!” Alesha menyerahkan belati yang sudah ia siapkan sejak tadi.

“Lakukan sekarang juga, di hadapanku!”

“Kamu pasti belum tahu. Kalau kami, keluarga Fawwaz sangat menyukai sebuah tantangan, Alesha.”

Tanpa ragu, Rafka meraih dan meletakkan belati itu tepat di depan tubuhnya. Bersiap untuk menggoreskan benda itu ke tubuhnya sesuai keinginan Alesha.

Sekeras apapun Rafka berusaha, dia tak bisa menggantikan posisi Dhiyo di hati Alesha.

Dan sekuat apapun Alesha mengharapkan kehadiran Dhiyo, nyatanya yang ada di hadapannya kini, hanyalah Rafka Athari Fawwaz.

chap-preview
Free preview
PART 1 – MALAM MENYEDIHKAN.
Keheningan terlihat dalam sebuah perjalanan di mobil fortuner hitam yang melaju dengan kecepatan sedang membelah ibukota. Malam ini malam minggu. Malam yang biasa dijadikan pasangan kekasih untuk keluar dan memadu kasih. Itu juga yang kini dilakukan oleh dua orang yang berstatus pasangan kekasih, yang sesekali saling menoleh dan menularkan senyum. Si pengemudi menoleh ke arah samping, memuaskan matanya pada seorang gadis cantik yang malam ini mengenakan gaun selutut warna biru laut. Gadis yang ia akui sebagai kekasihnya itu tampak tersenyum ketika pandangan mereka bertemu. Telapak tangan si lelaki terulur dan menggenggam erat. “Kamu gugup? Tangan kamu kok dingin gini sih?” Lelaki bernama Ramdan itu membelai telapak tangan sang kekasih. Alesha Izza Azzahra. “Echa takut, Ram.” Terdengar cicitan sang kekasih yang membuat Ramdan terkekeh. “Orang tua aku gak gigit kok Cha.” Ck, bisa saja kekasihnya ini berucap. “Echa takut hubungan kita gak direstui.” Gadis itu menunduk menguar rasa gugupnya. Belum bertemu saja begini, bagaimana jika sudah bertemu nanti? “Echa sayang, apapun yang terjadi aku akan memilih Echa kok. Tenang saja ya.” Echa mengangguk pasti. Ada rasa tenang di dalam d**a. Ia yakin cinta sang kekasih tak perlu diragukan lagi. Kegigihannya mengejar cinta Alesha sudah terbukti. Pertama kali berjumpa, di tempat kerja Alesha. Ketika Ramdan memesan busa untuk memasok pada beberapa hotel yang tengah ia tangani. Pertemuan sekali, dua kali menumbuhkan rasa di dalam hati keduanya. Hingga mereka sepakat untuk saling mengenal dan menjadi dekat. Tapi keduanya belum berani mengumumkan hubungan keduanya. Ramdan yang harus meyakinkan Mamanya, dan Echa yang harus meyakinkan sang Kakak, Pratama. Karena Tama sering menasehati sang adik, untuk tidak menjalin hubungan dengan keluarga Sultan, karena mereka berasal dari kalangan menengah kebawah. Tapi hati tak bisa diatur akan mendarat di mana, akan memilih siapa. Itu sebabnya Echa belum berani memperkenalkan Ramdan pada kakaknya, dan juga Jono sahabatnya. Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah restoran yang sudah Ramdan pesan. Ramdan menggenggam telapak tangan Echa dan membawanya ke dalam. “Atas nama Ramdan dan Echa.” Ramdan berucap pada pelayan yang langsung mengangguk hormat. “Mari ikut saya.” Echa membiarkan tangannya terus digenggam oleh Ramdan ke dalam. Echa memandang ke seluruhan restoran ini. Mereka melewati sebuah meja yang hanya ditempati seorang lelaki dengan topi yang menutupi sebagian wajahnya. “Ini tempatnya Pak.” Ramdan mengangguk dan duduk bersama Echa. “Kamu suka tempatnya?” tanya Ramdan. “Iya, tempatnya bagus. Echa suka.” Restoran ini bisa dibilang ramai juga. Ada beberapa pasangan yang duduk berdua, ada yang bersama keluarga dan dari semua itu, ada meja yang hanya berisi seorang lelaki bertopi. Mungkin pasangannya belum datang. Echa membiarkan telapak tangannya kembali digenggam erat. Mengalihkan pandangannya yang semula melahap isi restoran. “Kamu cantik,” puji Ramdan yang sontak membuat rona merah di pipi Echa. Ramdan gak berdusta. Gadis dengan postur tubuh mungil ini cantik sekali. Rambutnya yang melebihi bahu, mengenakan jepit di sebelah kiri, sedang sebelah kanan dibiarkan terurai. Sedikit rambut yang disebut poni tersampir ke dahi. Wajah Echa pun hari ini sedikit berwarna. Dia memberi warna pink pada kelopak matanya, juga pada pipinya. Sementara pada bibirnya Echa memulasnya dengan warna soft, dan tampak berkilat. Begitu menggoda di mata Ramdan. “Setelah kita ketemu kedua orang tuaku, kita akan ketemu kakakmu dan berlanjut ibumu,” janji Ramdan. Echa mengangguk, mesti ragu sang kakak akan merestui. Pratama yang biasa dipanggil Tama sangat over protektif sebagai seorang kakak. Ini pun ia bisa malam mingguan keluar, karena kakaknya pergi ke luar kota. Rasa gugup tetap merajai Echa. “Ram, aku ke toilet dulu ya.” Echa bangkit berdiri. “Mau aku antar?” tanya Ramdan. “Gak usah, Echa bisa kok.” Echa berjalan ke arah toilet. Sesampainya di toilet Echa menatap cermin. “Echa gugup sekali. Kira-kira kedua orang tua Ramdan mau terima Echa gak ya?” Echa bertanya pada cermin. Sebenarnya sejak awal Echa tak berniat menjalin kasih dengan Ramdan. Lelaki ini berasal dari kalangan yang jauh berbeda dengannya. Ramdan seorang manajer di sebuah perusahaan ternama, dan berasal dari keluarga berada. Tapi cinta tak bisa memilih, ketika Ramdan tak patah semangat mendekati, Echa pun luluh. Hingga lelaki ini mengajaknya untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Merasa sudah tak gugup lagi, Echa keluar. Ia akan menuju meja milik kekasihnya. Dari jauh, Echa bingung. Pasalnya Ramdan duduk bukan hanya bersama kedua orang tuanya. Wanita dan lelaki setengah tua yang ada di sana, Echa yakin itu orang tua Ramdan. Tapi siapa gadis yang- “Upss maaf.” Seorang lelaki bangkit dan menabrak tubuh Echa. “Ya ampun gaun Echa,” protes gadis itu ketika melihat minuman coklat tumpah di gaunnya. “Maaf, saya gak sengaja.” Lelaki di depan Echa mengangguk dengan tak enak hati. Sekilas Echa melihat sosok di depannya ternyata adalah lelaki yang mengenakan topi, yang duduk seorang diri. Echa gak bisa memastikan seperti apa wajahnya. “Sebaiknya kamu bersihkan gaun kamu di toilet.” Echa merengut. Ya iyalah! Ini sih Echa balik lagi ke toilet. Lalu Echa kembali berbalik menuju toilet. Sementara lelaki yang menabraknya hanya menggeleng pelan. “Sorry, aku hanya ingin menyelamatkanmu saja.” Ia kembali duduk di kursinya. Gaun Echa tampak basah. “Ck, nodanya gak bisa hilang.” Sudah berusaha Echa bersihkan tetap susah. Yang ada gaunnya justru basah. Pintu toilet diketuk dari luar. “Echa, kamu masih lama di dalam?” Suara Ramdan. “Eh sebentar Echa udahan kok.” Kembali menatap cermin. Memastikan riasannya. “Sudahlah mungkin Ramdan juga akan mengerti. Ini gaun pemberian Ramdan padahal.” Echa pun kembali ke luar dari toilet menuju meja. Ia hanya melirik sekilas pada lelaki si penabraknya tadi, yang menyebabkan gaunnya basah. Saat menoleh ke arah Ramdan, ternyata benar! Yang Echa lihat bukan hanya kekasihnya, tapi kedua orang tua Ramdan dan seorang gadis cantik. “Selamat malam.” Echa menyapa kedua orang tua Ramdan dengan senyum ramah. Semua menatap ke arahnya. Tak ada balasan sama sekali untuk Echa. “Duduk Cha.” Ramdan tak enak hati jadinya. Echa hanya mengangguk. Hatinya jadi ketar-ketir. Ia pun duduk di samping Ramdan. “Siapa nama kamu?” Ibu Ramdan bertanya dengan nada yang menurut Echa gak enak di dengar. Echa saling tatap dengan Ramdan, sebelum menjawab. Sungguh, ia bingung sekali. Kenapa aura malam ini semakin tak enak dirasa. “Echa, Tante. Alesha Izza Azzahra.” Alis ibu kandung Ramdan saling tertaut. “Begini Echa.” Wanita itu menatap Echa dengan tatapan siletnya. “Ramdan sudah menceritakan hubungan kalian pada Tante.” Echa kembali melirik kekasihnya yang seakan tak memiliki kekuatan untuk mengangkat wajah. “Boleh Tante tahu siapa kedua orang tua kamu? Ayah kamu kerja dimana?” DEG! Jatung Echa mendadak berdebar. “Tante, Echa sudah gak punya ayah. Ibu Echa tinggal di desa.” Memang Ramdan gak cerita? “Oh begitu.” Senyum meremehkan terlihat sekali. “Echa, kamu tahu anak saya Ramdan sudah memiliki posisi penting di tempat kerjanya. Dan untuk itu, ia butuh wanita yang pantas berada disampingnya. Tapi itu bukan kamu.” “Ma.” Ramdan menyela. Akhirnya kepala Ramdan terangkat sudah. Namun selaan Ramdan dianggap angin lalu oleh sang bunda. “Tante sudah menjodohkan Ramdan dengan Chika.” Ibu Ramdan menoleh ke samping. Dimana ada seorang gadis dengan kecantikan yang paripurna duduk dengan elegan. “Jadi kalau kamu pikir hubungan kamu dan Ramdan bakal kami restui, sepertinya kamu terlalu bermimpi.” Echa menoleh ke arah sang kekasih, tapi hanya tatapan hampa yang ia dapati. Seolah senyum menenangkan yang Ramdan berikan beberapa menit terakhir raib ditelan angin. Jadi makan malam mereka hanya untuk ini? Jauh sekali dari yang Echa bayangkan. “Kamu gak punya ayah, dan ibu kamu di desa? Hadeh, ya kali Tante besanan sama orang kampung! Gak level amat sih!” Mata Echa sudah berkaca. Tapi ia harus mati-matian menahan agar bulir bening itu tidak jatuh meluncur bebas ke pipi lembutnya. “Ram,” bisiknya lirih. Tapi Ramdan tetap terdiam. “Chika ini lulusan dari universitas luar negri. Cocok bersanding dengan Ramdan. Ayahnya atasan di kantor Ramdan. Dan sebentar lagi mereka akan menikah.” Tubuh Echa bak ditimpa balok yang beratnya tak terkira. “Me-menikah?” Kembali menoleh ke arah kekasihnya. Namun Ramdan justru menutup matanya. Jika mereka mau menikah, kenapa ia harus diajak makan malam seperti ini? “Ya, tapi kamu gak usah datang deh. Percuma, gak pantas juga menghadiri pernikahan putra saya yang akan segera berlangsung di hotel bintang lima. Lagipula nanti kamu mengacau lagi di sana.” Sudah, Echa sudah tak tahan. Ia berdiri, membuat semua menoleh ke arahnya. “Kalau memang kamu mau menikah, kenapa ajak Echa kemari?” Mata Echa kian mengabur. Oh, tidak. Ia tak ingin menangis. Terlebih di depan keluarga Ramdan yang telah menghinanya. “Echa.” Ramdan menggeleng. Ia pun tak tahu akan seperti ini. Rencana indahnya dihancurkan sang bunda. “Selamat malam.” Echa beranjak pergi. “Echa!” Ramdan ikut beranjak “Duduk Ramdan!” Ibunya Ramdan berang ketika melihat putranya akan mengejar Echa. Sungguh Ramdan tak tega. Malam ini ia memang berencana mengenalkan Echa pada kedua orang tuanya. Tapi siapa sangka Chika ikutan datang. Chika adalah anak atasannya di kantor, yang telah lama mendekatinya. Ramdan tidak mempedulikan pada awalnya. Tapi Chika gak patah arang, dia dekati kedua orang tua Ramdan. Tentu saja ibunya Ramdan lebih setuju putranya dekat dengan Chika dibanding Echa. Chika anak orang berada dan Echa hanya gadis miskin. Echa menghapus basah pipinya. “Ramdan b******k! Bisa-bisanya ia permalukan Echa.” Gadis itu memejam dan berusaha menguar rasa sakit hati. “Bahkan ia gak mau mengejar Echa.” “Sebaiknya Echa pulang saja. Echa harus cari taxi. Ramdan benar-benar keterlaluan.” “Ck, Echa kan gak tahu jalan? Kalau Echa diculik gimana?” Tak lama gadis itu berdiri dan terisak. “Echa harus gimana sekarang?” “Tahu gini Echa ajak Mas Jono. Echa butuh lawakan Mas Jono,” isaknya sedih. Menangis di pinggir jalan, terlihat seperti orang yang tersesat. Echa menghembuskan napas, dan bermaksud menyebrang jalan. Ia sudah melambaikan tangan ingin menyebrang. Echa mulai berjalan. Mobil putih yang di dekatnya berjalan perlahan memberi Echa tempat menyebrang, tapi tidak dengan mobil yang ada di belakang mobil putih itu. Echa melotot ketika melihat mobil yang berada dibelakang mobil putih melaju kencang dan hampir menabraknya andai tidak ada tubuh yang menyambar pinggang rampingnya. “Awas!” Tubuh Echa berguling dan mendarat di aspal. Tapi tidak sakit, karena- “Auw!” Rintihan terdengar di telinga Echa. Napas hangat menerpa lehernya. Hidung Echa menghirup aroma yang begitu menengkan. Apa Echa udah mati? “Kamu bisa bangun? Tubuh kamu berat sekali.” Masa mati bisa dengar suara? Perlahan, takut-takut Echa membuka mata. Ia terbelalak ketika menemukan sepasang mata menatapnya tajam. Echa mengerjap. Dan ia baru menyadari posisinya kini. Posisi yang sangat-sangat tidak pantas. Jadi yang selanjutnya terjadi adalah, “Ya Tuhan!” Echa memekik histeris.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.5K
bc

My Secret Little Wife

read
93.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook