bc

ANTARA CINTA DAN PILIHAN

book_age16+
790
FOLLOW
3.1K
READ
family
HE
age gap
brave
confident
student
sweet
bxg
city
like
intro-logo
Blurb

Renita tersenyum bangga saat Rafki mengungkapkan perasaannya. Sejak lama mencintai dalam diam, akhirnya perasaan itu bersambut juga. Tapi kebahagiaan yang baru sesaat keduanya rasakan harus terpisah saat hubungan itu diketahui Diana -- Mama Renita, wanita yang juga sudah menganggap, bahkan mengangkat Rafki sebagai putranya.

Lantas bagaimana perjalan cinta keduanya setelah hubungan itu diketahui dan mendapat penolakan? Akankah keduanya mampu bertahan atau malah harus menyerah.

chap-preview
Free preview
Part 1
Renita duduk bersandar di bahu kursi di depan tv. Lebih asyik menatap layar ponselnya daripada harus menonton berita-berita yang tak begitu penting menurutnya. Hanya satu kegiatan Renita saat memainkan ponselnya. Menatap sesosok wajah yang mampu membuat hatinya berdebar bahkan hanya dengan menatap foto saja. Renita menyukainya, lelaki itu, dia yang memanggil dengan sebutan kakak. Dia yang dua tahun lebih muda dari Renita. Rafki, nama itu terukir indah dalam hatinya. Wajahnya tertanam jelas dalam ingatannya. Bahkan perasaan itu seolah mendarah daging, hingga Renita tak lagi mampu berpaling pada yang lain. "Kak." Sapaan itu menyadarkan Renita dari lamunannya. Mengembalikan ingatan gadis itu pada sebuah kenyataan. Renita tak langsung menjawab, menatap datar sejenak wajah Rafki. Renita tak pernah menyukai itu, saat Rafki memanggilnya dengan sebutan 'kakak'. "Kenapa?" tanya Renita bersikap judas. Berharap semoga Rafki peka kalau Renita tak pernah suka saat kata 'kakak' keluar dari mulutnya. "Minjam motor dong." "Mau kemana?" tanya Renita langsung. Rafki menghela nafas. Selalu seperti itu setiap kali ia ingin meminjam barang milik renita. Ralat, cuma motor saja sebenarnya. Untuk barang yang lain, Renita selalu memberikannya dengan senang hati. Bahkan tak pernah meminta penjelasan mau digunakan untuk apa barang itu. Bukan tanpa alasan. Tentu saja Renita memiliki alasan yang saat melakukan itu. Gadis itu tak ingin jika Rafki menggunakan motornya untuk berkencan, terlebih lagi membawa gadis lain dengan menggunakan motornya. "Mau ke rumah, Ruki," jawab Rafki akhirnya, meski terdengar sangat malas untuk mengatakannya. Renita mengulum senyum merasa puas atas jawaban Rafki. Sangat bersyukur sampai saat ini, karena tak sekalipun Renita melihat atau bahkan mendengar Rafki menjalin hubungan dengan gadis mana pun. Dan dapat dipastikan kalau Rafki masih single. Itu sebabnya Renita bertahan untuk tidak menjalin hubungan dengan pria mana pun, karna yang ia inginkan cuma satu pria, Rafki. "Yaudah ... ambil sana, di dalam kamar." Rafki menghela nafas, langsung beranjak setelah Renita memberitahukan letak kunci motornya. Renita menghela nafas disaat Rafki berbalik meninggalkannya. Terkadang Renita merasa kesal dengan dirinya. Mengapa ia tak pernah sekali pun mampu mengungkapkan perasaannya pada Rafki. Mengapa ia tak pernah sanggup menatap wajah itu secara langsung. Dan mengapa usia mereka harus berbeda. Renita mendesah. Selalu saja usia yang menjadi alasan. Padahal jika Rafki juga ingin, mereka bisa saja bersama meski usia mereka berbeda. Lagi pula usia mereka hanya terpaut dua tahun. Bahkan usia Song Hye Kyo dan Song Jong Ki terpaut empat tahun. Tapi mereka bisa bersama dan menikah. Walau pada akhirnya harus berakhir juga. Jadi, kalau aku dan Rafli bisa bersama dan akhirnya menikah. Apakah pernikahanku akan berakhir sama seperti Songsong couple itu? Mengapa mereka gak rujuk aja, sih. Bikin kesel sendiri kalau ingat itu. Oh astaga, kok pikiranmu bisa lari bisa kesitu, sih, Renita. Renita mulai membatin. "Aku gak lama kok. Mungkin habis Maghrib pulang ... tolong bilangin sama Om dan Tante ya." Pinta rafki membuat renita tersentak kaget saat pemuda itu tiba-tiba muncul dihadapannya. Renita tak langsung menjawab, hatinya sibuk mengoceh didalam sana. Akhir-akhir ini Rafki semakin sering keluar rumah dan hal itu terkadang membuat Renita curiga. Pikirannya berlayar entah ke samudera mana hingga menyebabkan hatinya sakit sendiri. Bodoh memang! "Hm," jawab Renita sekenanya, kini melirik punggung Rafki yang sudah menghilang dibalik pintu. Renita menoleh menatap ke luar jendela. Langit masih sangat terang, matahari masih setia menyinari bumi. Memperjelas kalau bintang butuh beberapa waktu untuk berkunjung. Dan hal itu tentu saja membuat Renita kecewa. Kecewa karena akan sangat lama untuknya tak bertemu dengan Rafki. Ya Tuhan, mengapa perasaannya harus sebesar ini pada pemuda itu. Rasa cinta seolah menutup hati dan pikiran Renita. Tak ingin berlarut dengan perasaannya, Renita kembali bersandar mencari posisi nyaman. Teringat kembali saat pertama kali ia dan Rafki bertemu. Ya, Rafki bukan adik Renita, karena tidak mungkin seorang kakak menyukai lelaki yang dianggap adik sedalam itu. Orang tua Renita dan orang tua Rafki sudah berteman sejak SMA. Bedanya, orang tua Rafki menikah saat mereka selesai kuliah. Sedangkan orang tua Renita tidak, itu sebabnya Renita lebih tua dari Rafki. Dan alasan Rafki tinggal di rumah Renita karena kedua orang tuanya sudah meninggal dan menitipkan Rafki pada kedua orang tua Renita. Saat itu, mobil orang tua Rifki menabrak sebuah truk yang tengah terparkir di jalan. Karena tidak adanya tanda-tanda atau rambu-rambu yang menandakan bahwa truk itu sedang terparkir di sana, hal itu akhirnya menyebabkan sebuah kecelakaan. Orang tua Rifki sempat dilarikan ke rumah sakit. Saat itu, Mama Rafki lebih dulu menghembuskan nafas terakhir begitu tiba di rumah sakit. Sedangkan Papa Rafki sempat mendapat perawatan. Namun tiga hari selanjutnya, Papa Rafki ikut menyusul sang istri dan meninggalkan Rafki sendiri. Saat itu... "Hardi." Suara Papa Rafki terdengar sangat lemah saat memanggil nama papa Renita. "Aku di sini, Han." Jawab hardi sambil menggenggam erat tangan Om Handoyo--papa Rafki. "Sepertinya aku gak kuat, Di ... aku titip Rafki sama kamu, y ... tolong jagain anakku, anggap dia sebagai putramu." "Jangan bicara seperti itu, Mas." Sambung Mama coba bersikap kuat, padahal Renita tau, ia tengah menahan genangan air mata yang mendesak ingin keluar. "Kamu kuat, aku tau." Papa coba beri semangat pada Om Handoyo. "Aku udah siapin bekal untuk Rafki sampai dia dewasa ... mungkin cukup hingga dia selesai kuliah dan mencari kerja." "Kamu gak perlu melakukan itu ... aku bisa membiayainya, bahkan sampai dia menikah nanti." "Itu memang tabungan untuk Rifki yang kusimpan bersama Hani." Om Handoyo tersenyum saat mengatakannya. "Hani sudah menungguku, Di." Ucap Om Handoyo lagi membuat tangis Mama Renita yang sejak tadi ia tahan, kini meledak begitu saja. "Jangan panggil Rafki... aku gak bakalan sanggup liat dia sedih." Renita ikut menangis, diusianya yang sudah menginjak dua belas tahun. Tentu ia tau apa maksud dari perkataan Om Handoyo. "Jangan seperti itu, Han." Papa mulai terisak. Bahkan sesekali tangannya mengusap kasar wajahnya yang jatuh tertimpa air mata. "Titip Rafki, Di... aku percaya sama kalian." Itu perkataan terakhir yang Om Handoyo katakan sebelum menghembuskan nafas terakhir dan menutup mata untuk selamanya. Keesokan harinya, Om Handoyo dimakamkan. Dan disaat itulah Renita bertemu dengan sosok Rafki, putra Om Handoyo untuk pertama kalinya. Pertama kali bertemu, Renita sudah mengagumi sosok itu. Menurut Renita, Rafki sangat mempesona. Sangat manis, dan juga... tampan. Yah, begitulah pandangan Renita terhadapnya. "Rafki sekarang tinggal sama Om, ya?" Papa sedikit membungkuk untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Rifki. "Tapi, Om dan Tante, kan, bukan orang tua Rafki." Ucapnya menatap orang tua Renita bergantian. "Sekarang, Rafki bisa anggap Om dan Tante orang tua Rafki kok." Mama menyambung pembicaraan. Saat itu, bukannya menjawab, Rafki malah menatap orang tua Renita secara bergantian hingga beberapa kali. Bahkan, saat itu Rafki juga menatap Renita yang hanya balas tersenyum. Senang juga rasanya kalau Rafki bisa tinggal bersama mereka. "Iya ... Rafki juga punya teman nantinya." Tambah papa. "Ini anak Om, namanya Renita. Tapi Rifki manggilnya kak Rere, ya... soalnya anak Om lebih tua dari Rafki." Mata Renita membulat saat mendengar papa menuturkan dirinya kakak pada Rafki. Begitu pun Rafki, ia terlihat sama terkejutnya. Renita lalu menoleh pada Mama seolah menuntut penjelasan. "Iya, Re. Rafki ini lebih muda dua tahun dari kamu." Penjelasan Mama membuat semangat Renita hancur. Ia pikir, setelah ada Rafki, ia bisa bermanja-manja dengan sosok yang sudah ia kagumi sejak pertama kali bertemu itu. Tapi sepertinya harapan itu hanya akan tetap menjadi sebuah harapan, karena ternyata Rafki akan menjadi adiknya. Yang akan memanggilnya dengan sebutan kakak. Renita memaksakan senyum saat Rafki melempar senyum padanya. Yah, apa boleh buat. Ternyata ukuran besar tubuh tidak bisa menentukan usia seseorang. ________ Renita duduk gelisah menatap jam dinding. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Rafki berjanji akan pulang setelah Maghrib. Tapi sepertinya, pria itu terlambat dari perhitungan. Renita berlari ke arah jendela saat mendengar suara motornya sudah terdengar didepan rumah. Dan benar saja, Renita melihat Rafki turun dan mulai berjalan menghampiri pintu. Cepat-cepat Renita berlari lalu duduk di atas sofa. Ia tak ingin ketahuan kalau sejak tadi tengah menanti kepulangan Rafki. "Sorry ya, kelamaan." Ucap Rafki sambil meletakkan kunci motor Renita diatas meja dihadapan gadis itu. "Ruki minta temenin keluar soalnya." Lanjutnya lagi. Renita bergumam saja, tidak berniat untuk menoleh. Atau lebih tepatnya, pura-pura tidak ingin. Rafki hanya mampu menghela nafas. Mengubah sikap Renita pada dirinya, rafki tidak tau harus bagaimana. Renita ikut menghela nafas begitu Rafki pergi dari hadapannya. Dengan menepuk keningnya beberapa kali, Renita merutuki dirinya. Di depan Rafki, ia selalu bertingkah seolah tidak peduli. Bersikap masa bodoh, dan sangat menyebalkan. Selalu saja berlawanan dengan hati dan pikirannya. Mengapa seolah tak ada sedikit pun celah buat Renita untuk lebih dekat dengan Rafki. Mengapa seolah semuanya terasa sulit padahal yang diinginkan sudah didepan mata. Mengapa Rafki? Mengapa untuk mendapatkan kamu harus berjuang melawan diri sendiri? Mengapa memiliki kamu begitu sulit? ___________

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.2K
bc

My Secret Little Wife

read
92.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook