bc

A Possessive stepmother

book_age18+
156
FOLLOW
1K
READ
family
forced
like
intro-logo
Blurb

"Semua ibu tiri itu jahat dan selallu mengatur."

"Anak tiri bagiku ku anggap sebagai anak ku sendiri, dan akan ku rawat serta ku berikan kasih sayang.

chap-preview
Free preview
Pernikahan
"Menyebalkan." Aku hanya bisa menggerutu dalam pulau kapuk kesayanganku. Aku kira ucapan Papa sebulan yang lalu hanya omong kosong belaka, tapi lihatlah hari ini! Aku sibuk dengan koper yang harus aku bawa ke Surabaya untuk pesta pernikahan Papa lusa. Beberapa pakaian sudah ku masukan. Tinggal hanya alat make Up yang harus aku bereskan. Kalian jangan salah walaupun umurku baru tujuh belas tahun tapi, wanita tanpa makeUp hidupnya pasti kurang sempurna. Ohhh ya toiyibah! Aku tak pernah sekalipun berpikir akan mempunyai ibu tiri. Tapi aku berharap hidupku akan tetep normal meski ada anggota qbaru yang akan hadir dalam rumah ini. Tokkkkk.... Tokkkkk... Tokkkk.... "Cah ayu," Suara Asisten rumah tangga yang selalu menemaniku sejak kecil terdengar dari balik pintu. "Ya Mbok." "Mobil jemputan sudah datang Cah Ayu." Aku hanya bisa menghela napas kasar. Jika aku bisa memilih, ingin sekali rasanya aku tidak pergi ke acara yang tidak penting bagiku. "Baik Mbok, sepuluh menit lagi aku turun." jawabku. Tak ada jawaban dari Mbok hanya suara derap langkah kaki yang mulai terdengar menjauh. "Ohhhh ya toiyibah, aku akan punya mama tiri." Huffffffttttt... Aku hembuskan nafas kasar hanya bisa merutuki mulut koyol yang mau saja tergoda dengan mobil sialan itu, sebagai syarat ijinku untuk papa menikah lagi. Derttttt... Derttttt... Gawai di atas ranjang yang sejak tadi tak ku sentuh berbunyi. Aku tebak itu pasti si Tuan Bastian yang terhormat. Ku lihat nama yang terpampang disana, tak salah lagi. "Ya Pa." jawabku tanpa basa basi. "Assamualaikum dulu sayang." tegurnya. ASTAGA. haruskah ucapan itu yang pertama kali ku ucapkan! Tapi tak urung aku nurut. "Assamualaikum Pa." Ralat ku kembali. "Nah kan kalau gitu enak di dengar sayang, kamu dah siap belum? sopir sudah datang kan?" tanyanya. "Ya Pa, udah. Nih juga mau turun." "Jangan lama-lama ya sayang, Papa tunggu disini." "Ya ini mau jalan kok." "Ya udah hati-hati ya. Assamulaikum." "Ya, Waalauikum salam." ku masukkan gawaiku dalam tas, ku geret koper kecilku, berjalan dengan malas menuruni anak tangga. Jika aku bisa, ingin sekali aku membuang diriku ke samudra pasifik. Sungguh bermimpi atau membayangkan mempunyai ibu tiri tak pernah terbesit di kepalaku. Tapi takdir membawaku dalam keadaan yang kini kujalani. menghadiri pesta penikahan Papa ku sendiri. Lamunan ku buyar saat sopir pribadi Papa mengambil koper ku dan memasukkan kebagasi. "Silahkan Non." ucapnya dengan sopan sambil membukakan pintu mobil untukku. "Makasih pak." balasku. Ku duduk dengan nyaman di kursi belakang. Mobil mulai berjalan keluar pekarangan rumah. Gawai yang tadi ku simpan ku buka kembali ternyata ada pesan masuk dari sang pujaan hati, jangan lupakan ada nama tuan Bastian yang terhormat di urutan pertama. 'Kamu dah berangkat Yang?' pertanyaan itu membuat sedikit kepalaku yang pening mulai membaik. Segera ku balas pesan yang tiga menit yang lalu sampai. 'Ini lagi di jalan Yang.' Tak perlu menunggu lama, centeng dua biru sudah terlihat, terdapat kata sedang menulis disana. Ting... segera k*****a pesannya. 'Hati-hati ya, i love you my girl.' seketika senyum terbit dari bibirku. Hanya kata itu saja bisa membuat hatiku berbunga-bunga. 'I love you too.' setelah pesan itu ku tutup gawaiku, pesan dari papa tak sama sekali aku hiraukan. Aku mulai menutup mata perjalan ini sangat membosankan bagiku dan tidur itu lebih baik untukku. ******** Mobil mulai memasuki pekarangan yang asing menurutku. Rumah yang pertama kali ku lihat, ada banyak orang yang berkeliaran dengan busana yang menurutku norak. Tertutup dalam keadaaan cuaca yang panas. Sungguh! jika papa sampai menyuruhku memakai pakaian seperti itu, lebih baik aku teggelam dalam pusaran segitiga bermuda saja. "Mari Non." Seketika pikiran ku kembali ke alam nyata. ku lihat sebagian mata memandangku. Apa aku terlihat aneh, sampai mereka melihatku seperti itu, agak risih, tapi aku coba untuk tidak perduli, ku lanjutkan saja langkahku menuju pintu utama, dengan sopir sebagai pemandu serta membawa koperku. "Sayang kamu udah sampai," Suara itu adalah milik Tuan Bastian yang terhormat, lelaki yang tak lain adalah Papaku sendiri. Papa memelukku sejenak dan membawa aku ke ruang tamu yang sudah di hias sedemikian rupa. "Indah." Tanpa ku sadari ucapan yang terdengar seperti gumaman itu lolos dari bibirku. Papa hanya tersenyum mendengarnya. "Gimana?" tanyanya. Aku menoleh sejenak, "Lumayan." jawabku singkat. Papa membawaku ke lantai atas, disana sudah ada dua orang gadis yang duduk di sofa, tepat di depan pintu. Melihat kedatanganku seketika bangun dan membawaku ke dalam ruangan yang sudah di siapakan oleh si Tuan rumah. Huffffftttt... Ku hembuskan napas kasar, setelah sampai di kamar, dua gadis tadi itu telah keluar setelah memnyelsaikan tugas mereka. Ku berjalan ke kemar mandi untuk melakukan ritual biasa. ***** Entah berapa lama aku berada di dalam sana, tubuhku sedikit lebih segar dan pikiranku sedikit lebih tenang. Ku keringkan rambut dengan hair draiyer yang sudah tersedia di sebuah meja rias di kamar ini. Derttttt... Derttttt.... Derttt.... Suara gawai menghentikan kegiatanku sejenak. Ku dengar suara itu berasal dari dalam tas di meja samping, sejak pesan terakhirku dengan pujaan hatiku, hingga aku sampai aku belum mengabarinya. Segera ku ambil benda itu, benar saja ada nama yang memenuhi pikiranku disana. "Sayang." sapanya lembut. "Ya, Yang." balasku dengan senyuman. "Kamu dah sampai? Aku tebak.." ucapnya sambil meletakkan jari telunjuk di bibir, Ahhhh jangan lupakan senyum yang menghiasi bibirnya. "... Pasti kamu baru selesai mandi!" lanjutnya kembali. Aku hanya bisa mengangguk bodoh. Sungguh, dia membuat aku gila. "Baru sampai Yang, dan aku langsung mandi, abisnya capek." jawabku jujur, dia hanya tersenyum manis. "Ya udah Kamu istirahat ya, jangan sampai sakit, makan malamnya jangan lupa, nanti malam aku telpon lagi." ujarnya. "Ya, emangnnya kamu mau kemana Yang?" tanyaku, karena ku lihat dia sudah rapi dengan kaos putih serta jaket lepis yang melekat indah di tubuhnya. "Biasa Yang, mau ngumpul ma mereka." "Hati-hati ya, jangan nakal." peringatku. "Ya sayang. Hanya kamu dalam hatiku dan nggak akan tergantikan." Aku hanya bisa mengangguk dengan senyum, meski hati ini ada rasa khawatir, tapi segera aku enyahkan. ******* Makan malam yang membosankan. Itulah yang aku rasakan, ini lebih parah dari aku makan sendirian di rumah. Obrolaan mereka tadi hanya tentang acara akad lusa, dan besok aku sudah mulai bersiap. Ya toiyibah mengapa hidupku harus seperti ini. Aku berjalan mendekati jendela. Bintang sangat terlihat indah dari bumi. Ingatanku kembali pada mama. "Ma, bintangnya banyak banget ya!" "Vina suka nggak?" "Suka Ma!" "Vina tau nggak? kata orang bintang-bintang itu adalah jelmaan dari seseorang yang telah pergi jauh menghadap Allah." "Allah itu siapa Ma?" "Allah itu adalah Tuhan kita, pemilik alam semesta dan pemilik kehidupan. "Jadi kalau orang sudah menghadap ke Allah dia akan jadi bintang Ma?" "Ya sayang, nanti jika mama pergi ke Allah, dan Vina kangen mama, Vina bisa lihat bintang. Lihatlah bintang yang paling terang, dan disana ada mama yang melihat Vina. "Emangnya mama mau ke Allah?" "InsaAllah, mungkin tak lama lagi." Kesadaranku kembali kealam nyata, air mata sudah membasahi pipi, kenangan masa kecilku, bayangan wajah mama serta kata mama membuat ku terisak. "Mama bohong..." ucapku sambil menghapus air mataku. "...Mama nggak jadi bintang, bintang itu hanya belahan bebatuan di luar angkasa yang terkena sinar matahari, dan bersinar, dan itu terlihat seperti lampu kecil dari bumi, karena jarak yang jauh dan di namakan bintang. "Ya Allah mengapa kau ambil mamaku dari hidupku?" gumamku. Bolehkan aku memintanya kembali kesisi ku saat ini. "Aku kengen mama." lirihku. Tangisku terhenti mendengar getar gawaiku. "Ya yang." "Kamu nangis Yang?" Tanyanya langsung. Mungkin dia melihat mataku yang merah. "Sedikit." "Kenapa? Ada yang nyakitin kamu?" tanyanya kembali. "Aku kangen mama." jujurku, kembali air mata ini terjatuh. Dia hanya menghela napas, terukir senyum menenangkan di wajahnya. "Kamu sabar ya, ambil hikmahnya aja." Aku hanya menggangguk. Entah berapa lama kami mengobrol, sesekali dia membuat ku tertawa, rasa sedih yang tadi hinggap seolah lenyap terbawa angin. Kini mataku sudah meminta haknya untuk di istirahatkan sejenak. Aku pun mulai terlelap berharap hari esok tak semembosankan hari ini. ****** Sejak membuka mata, Vina si gadis tujuh belas tahun itu telah di suguhkan dengan berbagai makanan dan hidangan, suasana kota Surabaya yang panas membuat ia sedikit gerah. Namun tak membuat ia diam begitu saja, persiapan untuk pernikahan sudah hampir seratus persen, hari ini lebih melelahkan bagi Vina dari pada kemaren, Gadis remaja itu semakin terlihat cantik dengan gamis yang di paksa pakai oleh sang Papa, semula ia menolak dengan keras hal itu namun bukan Damar Bastian namanya jika lelaki itu tak bisa membuat sang putri menurut. Acara yang di tunggu pun tiba, dengan kebaya warna biru laut, serta hiasan sanggul modern membuat penampilan Vina semakin menawan, gadis itu telah siap menghantarkan sang ayah untuk menghalalkan sang pujaan hati. "Saya terima nikah dan kawinnya Nova Putri Anggrani dengan maskawin tersebut tunai." Suara lantang serta tegas dengan satu tarikan napas membuat kata SAH menggema di dalam gedung. Acara yang berlangsung pagi hari itu betlanjut dan selesai menjelang sore. ucapan selamat dan rasa bahagia mengiringi mobil pengantin mereka untuk kembali ke rumah. Vina yang sudah lelah sejak kemarin tak ikut berbaur makan malam bersama anggota keluarga barunya. Dua hari setelah acara Vina kembali kerumah, setelah meminta izin kepada kedua orang tuanya, Damar awalnya tak mengizinkan namun, Vina bersikukuh, nasehat serta wejangan dari sang ibu sambung Nova, membuat niatnya pulang semakin besar. Setelah melalui perdebatan akhirnya Vina di ijinkan pulang, dengan di antar oleh sopir pribadi.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
860.4K
bc

Si Kembar Mencari Ayah

read
28.2K
bc

Menantu Dewa Naga

read
177.0K
bc

KEMBALINYA RATU MAFIA

read
11.7K
bc

SESAL (Alasan Menghilangnya Istriku)

read
12.7K
bc

Aku Pewaris Harta Melimpah

read
153.4K
bc

Aku Pewaris Keluarga Hartawan

read
145.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook