bc

The Demons Wrong Places 2 ( Sekuel )

book_age18+
1.2K
FOLLOW
8.6K
READ
billionaire
dominant
manipulative
drama
comedy
sweet
Multi-professional Billionaire Writing Contest
daemon
abuse
Writing Academy
like
intro-logo
Blurb

40 bulan ... Lorna mencoba menenangkan diri di negara Haggen. Bekerja dan mencoba memulai hubungan baru nya bersama Rowan, berpikir untuk melupakan pria yang pernah membuatnya jatuh cinta begitu dalam, Alexander Dalle Morgan.

Hingga akhirnya, pertemuan mereka kembali terwujud. Membongkar satu persatu keadaan lama yang sesungguhnya. Fakta terkuak, membuat Lorna tidak bisa lagi dari jerat seorang Demon, Alexander.

chap-preview
Free preview
PROLOGUE
Alexander berdiri di sudut ruangan kamarnya, memandang jauh keluar mansion yang ada di kawasan Beverly Hills, California. Sesekali ia menenggak minuman beralkohol, mencoba menyesap rasa pahit yang sedikit membakar tenggorokan. Ia mendapatkan protes keras dari Ferdinand Dulce yang kini pindah ke kawasan Santa Barbara pasca bercerai dari Sandra yang hanya menggerogoti harta tidak seberapa. Perlahan ia mendengar hentakan sepatu sayup, mulai mendekat begitu cepat ke arahnya. "Alexander apa yang kau katakan pada kedua orang tua ku?"tanyanya saat ia berada tepat di depan pria tersebut. "Hanya memperjelas kesalahpahaman!"balasnya datar kembali menyesap ujung gelas nya tanpa melirik ke arah wanita tersebut. "Apa karna wanita itu? Ini sudah lebih dari tiga tahun Alexander! Kau bahkan tidak tahu dia hidup atau mati,"Reaksi wanita itu kini berhasil mengundang Alexander yang langsung memicingkan pandangannya. Tepat sasaran. "Bukan urusan mu Joana!"balasnya begitu dingin tanpa ada senyuman sedikitpun. Alexander seakan lupa caranya tersenyum sejak kehilangan Lorna. Ia benar-benar hancur, hidupnya semakin tidak karuan. "Alexander! Aku ini kekasih mu dan—" "Jangan berharap lebih! Kau hanya selingan, tidak lebih dari itu!"potong Alexander dengan nada lebih tegas hingga Joana mendadak terdiam menatapnya dengan pandangan berkaca-kaca. Ia jatuh cinta pada pria dingin itu dan memilih tinggal di dalam gelapnya kehidupan Alexander. "Aku berharap bisa membantu mu melupakan wanita itu, aku cukup serius dengan ini Alexander!"pria itu langsung menoleh, mengedarkan pandangan di mata hazen green itu tajam. "Jangan mimpi di siang bolong!"balasnya sambil memiringkan sedikit bibirnya lalu melangkah menjauhi wanita tersebut. Joana meraih sesuatu yang terpajang di atas nakas, melemparnya begitu cepat ke arah Alexander. Pranggg!!! Vas bunga itu pecah, menciptakan suara begitu memancing saat mengenai bibir pintu. Ia mengeratkan kedua tangan sambil mengigit bibirnya begitu kuat. "Alexander aku hamil!"teriaknya datar membuat langkah pria tersebut berhenti, ia mengangkat kepalanya sedikit mencoba menyaring kalimat barusan. "Apapun yang terjadi, aku tidak ingin anak itu!"balas Alexander begitu tegas tetap melangkah menjauhi kamar tersebut. "Dasar b******k!!"Joana menarik benda-benda yang ada di kamar, melemparnya sembarang hingga ia merasa benar-benar puas setelah pria tersebut menghilang dari pandangannya. Alexander melangkah pelan melewati lorong mansion megahnya menuju galeri mobil dua lantai yang ia punya. Pria itu mengeluh, mengedarkan pandangannya sejenak memandangi apa yang ada di ruang tersebut. "Whoaa.. Kau tahu? Ini pengalaman terbaik ku, aku suka!" "Alexander kau butuh dokter, kau bisa infeksi!" "Kau menakuti ku," Alexander mendadak mengeratkan tangan, mencoba menahan kenangan yang terus terekam di memori pikirannya. Semua begitu kosong. "Apapun yang kau pilih, akan ku pakai!"Lagi penggalan kalimat Lorna semakin menghantuinya, sungguh ia sudah menyiapkan gaun pengantin yang begitu cantik untuk wanita itu. Sekarang benda itu hanya terpasang di sebuah patung lilin yang sengaja di buat Alexander. Setidaknya ia bisa melihat bagaimana Lorna mengenakan gaun itu. "Sir..."sapa seseorang membuat pria itu seakan kembali pada kenyataan pahitnya. Ia menoleh lambat, mencoba memperbaiki perasaannya lebih dulu. "Kita di serang oleh kelompok bersenjata saat kami nyaris sampai di markas," "Lantas bagaimana sekarang?"balas Alexander cepat menatap datar wajah wanita berwajah tegas itu. "Semua aman, aku dan Billy berhasil melawan kelompok itu." "Siapa pelakunya?" "Aku belum menemukan data yang valid. Kemungkinan besar ia memiliki riwayat dengan keluarga Hall dan pernah menghapus data pribadinya untuk menghilangkan jejak," "Di mana Billy?" "Bersama istrinya, di depan!"tukas wanita itu sambil melirik ke arah Joana yang melangkah ke arah mereka dengan tampang berantakan. "Apa yang kau lihat Michella?"tanya Joana membuat wanita itu tersenyum miring lalu memutar bola matanya ke arah lain. "Alexander aku—"ucapan Joana terputus saat pria itu melangkah menjauh tanpa perduli dengan ucapan nya. "Michella! Ambilkan aku minuman," "Sorry! Aku bukan pelayan mu,"balas wanita itu cepat dan segera meninggalkan Joana yang merasa begitu frustasi. ______________ Lorna mengelap keringatnya, memijat keningnya sedikit lalu mengedarkan pandangan ke tengah kota. "Ini upah mu,"ucap seseorang memberikan wanita itu amplop atas jasanya. "Terimakasih,"Lorna meraihnya, mencoba menyimpan benda itu di dalam tas lalu beranjak dari tempatnya. Ia bekerja sebagai pelayan toko, mencoba menyambung hidupnya di Haggen. Wanita itu melangkah pelan, tampak mengulas senyuman mencoba menyapa beberapa pemilik toko yang ia kenal di tiap sudut kota. "Lorna!"panggil seorang pria membuatnya langsung menoleh. "Rowan," "Ayo aku antar kau pulang,"ucap pria itu sambil mengedarkan pandangan ke tiap tempat. "Rowan itu tidak perlu, rumah ku tidak jauh dari sini," "Aku ingin bicara dengan mu, Ini penting!"balasnya cepat meraih jemari Lorna dan menariknya pelan. Rowan pengusaha kelas menengah yang tengah meneliti Haggen, ia mencoba mengembangkan usahanya di tempat itu, hubungan spesial mereka terjadi begitu saja dengan pikiran Rowan bisa membuat Lorna melupakan Alexander. Lorna terpaksa mengikuti pria itu, masuk ke dalam mobilnya yang jauh di bawah standart Alexander. "Kau sudah makan?"tanyanya pelan melirik ke arah Lorna yang hanya mengangguk pelan lalu mengedarkan pandangan ke tengah kota makmur itu. Mereka tampak canggung, tidak ada sepatah katapun keluar dari bibir keduanya hingga sampai di rumah yang di sewa Lorna. Begitu sederhana dan tidak terlalu layak, wanita itu sedikit kesusahan dengan masalah uang 3 tahun ini. "Apa yang ingin kau bicarakan?"tanya Lorna menatap wajah Rowan yang begitu tegas. Pria itu mengeluh sejenak, mendekat ke arah Lorna dan meraih sesuatu dari dalam jaketnya. "Aku ingin kita menikah, kau tidak perlu bekerja lagi. Aku akan mengusahakan semuanya untuk mu,"ucap Rowan mendadak membuat Lorna terdiam. "Menikahlah .. denganku!" Tiba-tiba Lorna menepis cincin itu dari tangan Rowan saat mengingat Alexander. Ia mundur seketika membuat pria di hadapannya sedikit mengerutkan kening. "Lorna! Apa yang terjadi?" "Rowan lepaskan!"lagi Lorna menepisnya, wanita itu menelan Saliva kuat lalu menutup mata, mencoba menahan diri di hadapan pria tersebut. "Lorna,"panggilnya pelan mencoba mendekat, menyentuh pipi wanita itu dengan kedua tangannya hingga mata hazel itu terbuka. "Aku hanya terkejut, maaf."balasnya sambil menarik napas lambat, Rowan mengangguk lalu mendekati wanita itu dan berusaha meraih wanita itu dengan ciumannya. Ia menahan tubuh Lorna, memberikan kelembutan yang berbeda dari Alexander. Namun perilaku itu tidak pernah bisa membuat Lorna terbuai, ia hanya menikmati tanpa merasakan apapun. "Ahhhh Rowann!"pekiknya sarkas mendadak saat pria itu menyentuh kulit dalam tubuhnya. Ia berkali-kali mencoba melakukan hubungan di luar batas namun hal itu tidak pernah berhasil. "Apa yang salah dengan mu Lorna! Kenapa kau tidak pernah bisa ku sentuh?"suara pria itu melengking, ia menatap kilat ke arah Lorna yang hanya menunduk tanpa suara. Wanita itu benar-benar menutup dirinya. "Kau menghindar dari semua hal, apa yang sebenarnya sudah terjadi Lorna?" "Rowan keluarlah, aku letih!"balas Lorna mengulum bibirnya sambil menahan napas yang begitu berat. "Lorna...." "Please..."potong Lorna cepat penuh harapan, hingga akhirnya pria itu mengepal tangan lalu segera keluar dalam keadaan marah dari ruangan itu. ________ "Alexander!"teriak Milla mendadak melengking, ia mendekati pria tersebut sambil mengusap perutnya yang besar. Mencoba memasok oksigen pada kandungannya yang berusia 7 bulan. "Ada apa?"tanya Alexander datar namun melirik tajam ke arah wanita itu. "Lihat, aku tanpa sengaja menemukan sebuah akun media sosial dengan nama Rowan Emanuel Ryvero, di dalamnya ada —" Tap!! Alexander merampas cepat ponsel wanita tersebut, tidak sabar menunggu pernyataannya lebih lama. Seketika ia membulatkan mata dan mencoba membesarkan foto yang terpajang cantik di salah satu feeds ** tersebut. "Lorna...."ucapnya pelan sambil menaikkan pandangannya ke arah Milla yang mengangguk pelan ke arah nya. _____________ Tap Love dan komen yang banyak, Biar aku lebih semangat. Makasih Banyak.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My One And Only

read
2.2M
bc

Sweet Sinner 21+

read
879.7K
bc

BILLION BUCKS SEASON 2 (COMPLETE)

read
334.5K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.1K
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
221.2K
bc

10 Days with my Hot Boss

read
1.5M
bc

PERFECT PARTNER [ INDONESIA]

read
1.3M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook