bc

GRIZZLE

book_age18+
103
FOLLOW
1K
READ
dark
goodgirl
sensitive
student
tragedy
bxg
mystery
bully
others
school
like
intro-logo
Blurb

Berkisah tentang Allana Andromeda Kusuma yang selalu memohon permintaan maaf pada Elenio Cakra Wijaya. Beribu-ribu kali Allana mencoba meyakinkan Elenio jika bukan dirinya yang membunuh Razella, namun Elenio tetap tidak percaya.

Hari-hari yang Allana jalani dipenuhi dengan kelabu. Allana diharuskam mencari bukti atas kematian Razella yang masih menjadi teka-teki. Menyisakan tanda tanya dan misteri. Hingga akhirnya Allana menemukan satu per satu petunjuk yang mengantarkannya pada sebuah kebenaran.

Namun, ketika Allana ingin menunjukan semua bukti pada Elenio. Rencana Allana sudah diketahui oleh Sang Pelaku sebenarnya. Sang Pelaku yang  bersembunyi di balik topeng peran, sangat lihai dalam memainkan drama. Pandai menjiwai setiap adegan untuk menipu semua orang dengan bersikap empati tanpa menggunakan hati. Sungguh,  permainan drama yang mengesankan. Namun sayang, kini drama itu akan berakhir jika Allana membongkar semua sandiwaranya.

Tentu saja, Sang Pelaku tidak akan tinggal diam. Sang Pelaku bahkan tidak segan-segan untuk membunuh Allana demi melindungi dirinya sendiri. Juga demi terjaganya rahasia yang sejauh ini telah dia tutup rapat-rapat.

Mampukah Allana melepaskan diri dari cengkraman Sang Pelaku? Lantas, menunjukan siapa dalang di balik sebuah peristiwa yang selama ini Allana alami dan selidiki? atau mungkin, Allana akan kehilangan nyawanya dan kebenaran itu tidak akan pernah terungkap.

chap-preview
Free preview
Tragedi
Seorang remaja perempuan dengan surai hitam sekitar bahu. Tengah memasukan beberapa buku tulis juga buku pelajaran ke dalam tas ransel berwarna biru. Dia Allana Andromeda Kusuma. Sesuai dengan agenda yang telah direncanakan sebelumnya. Allana, Razella dan Elenio akan menghabiskan akhir pekan untuk belajar bersama di rumah Razella. Hari Senin esok, sudah diadakan ulangan harian untuk mengukur sejauh mana para Siswa-Siswi dapat memahami materi yang telah diajarkan. Sudah sewajarnya selaku Siswa kelas XII SMA mereka lebih memperbanyak waktunya untuk belajar. Allana yang memakai hoodie hitam, berjalan melewati beberapa gang kecil menuju rumah Razella. Allana menenteng satu kresek putih berisi makanan juga camilan. Langkah Allana terhenti pada rumah berpetak kecil yang terlihat sepi karena berjauhan letaknya dari rumah tetangga. Allana terkejut. Biasanya pintu Razella sudah terbuka dan gadis itu pasti akan menyambut Allana dengan senyum ceria juga sambutan hangatnya. Tapi kali ini berbeda. Allana lantas mengetuk pintu berbahan kayu berwarna coklat di depannya. "Razella, ini Allana," ujar Allana meninggikan suaranya seraya terus mengetuk pintu. "RA?" panggil Allana pandangannya mengamati sekeliling menoleh ke kanan dan kiri. Siapa tahu Razella sedang pergi keluar. "Gak ada ya," gumam Allana heran. Karena tidak mendengar tanda-tanda adanya Razella. Allana membuka pintu yang ternyata tidak terkunci. Entahlah, perasaan Allana tidak enak sekarang. Seperti ada yang janggal. "Ra, aku datang nih. Kamu dimana?" Allana berada ruang tamu. Entah darimana datangnya, bau anyir menyeruak memenuhi indra penciuman Allana. "Bau apa ini?" Allana meletakkan kresek yang dibawanya di kursi lalu berjalan mengikuti aroma yang menusuk hidungnya. Perlahan Allana berjalan menuju dapur dan bau itu semakin tercium jelas. "RA?" panggil Allana khawatir. Jantung Allana berdegup kencang. Detik itu juga Allana tercengang, mendapati Razella yang tergeletak di lantai dengan bagian perut yang bersimbah darah. Allana bersimpuh di samping Razella. "Ra?" tanya Allana tangannya gemetar saat mengecek napas dari hidung Razella. Tidak ada. "Gak! Ini gak mungkin!" seru Allana reflek menutup mulutnya yang menganga tidak percaya. Apa yang dilihat Allana sulit diterima, fakta bahwa Razella sudah meninggal menimbulkan rasa kehilangan yang mendalam bagi Allana. Setetes cairan bening turun dari pelupuk mata Allana. "Siapa yang tega lakuin ini sama kamu Ra," lirih Allana disela-sela tangisnya. Pandangan Allana teralih pada pisau berwarna merah yang berada di tangan kanan Razella. Tidak! Ini tidak mungkin! Razella bunuh diri? Razella yang Allana kenal bukanlah sosok orang yang punya pemikiran untuk mengakhiri hidupnya. Allana berdiri, dia bergerak ke sebelah kanan Razella. Allana reflek mengambil pisau dari tangan Razella. Respon tubuhnya melemas melihat darah yang menempel di ujung mata pisau. "ALLANA!" panggilan itu sontak membuat Allana terkejut dan menjatuhkan pisau dari tangannya. Allana menatap pemilik suara yang sangat familier di telinganya. Itu adalah, Elenio Cakra Wijaya. Elenio yang berdiri terkejut menatap Allana kemudian beralih pada tubuh Razella yang terkulai di lantai. Elenio mendekat pada tubuh Razella kemudian menaruh kepala Razella di atas pangkuannya. "RA? BANGUN RA!" seru Elenio menekan denyut nadi Razella. "RAZELLA," jerit Elenio menangis, dia tidak merasakan adanya detak di sana. Untuk kedua kalinya Elenio harus kehilangan dua sosok wanita yang sangat berarti dalam hidupnya. Setelah Ibu kandungnya──Amara meninggal dua tahun silam, kini giliran Razella. "Kenapa kamu juga tinggalin aku Ra," keluh Elenio berwajah sendu. Jari-jemarinya menelusuri wajah Razella yang terlihat pucat pasi. Kedua mata Razella tertutup rapat untuk selamanya. Elenio tidak bisa lagi merasakan kehangatan yang terpancar dari kedua netra Razella. Perlahan Elenio mengangkat wajahnya melihat Allana yang masih berdiri seolah membeku di tempat, dengan wajah yang basah akibat air mata yang mengalir semakin deras. "Apa yang kamu lakuin ke Razella Allana?!" tanya Elenio menginterogasi. Tatapan Elenio menajam, menghunus manik mata Allana dalam-dalam. Elenio benci pikirannya saat ini. Tapi fakta di depan matanya lebih meyakinkan sekarang. Fakta bahwa Elenio melihat Allana memegang pisau di tangannya. Satu prasangka buruk terlintas di pikiran Elenio yang langsung mengarah pada Allana. "Kamu yang udah bunuh Razella? Jawab Allana!" tuduh Elenio suara beratnya bergaung di dalam ruangan. Mendengar itu Allana membulatkan matanya. Kenapa Elenio setega ini menuduhnya? "Bu-bukan aku El," jawab Allana bibirnya gemetar. "Tapi kenapa pisau itu ada di tangan kamu Al?" cecar Elenio menuntut kejelasan. "A-a-aku reflek pegang pisau itu El. Saat aku datang kesini, aku udah lihat Razella dengan kondisi seperti ini," jelas Allana jujur. Tapi Elenio menggeleng tidak percaya. Dilatarbelakangi emosi yang melingkupi diri, Elenio mengemukakan pendapat tentang rasa cinta. "Apa gara-gara aku tolak cinta kamu dan kamu senekat ini?!" tanya Elenio dengan rona wajah serius. Sontak, Allana langsung menyangkalnya. "Aku gak sejahat itu El! Aku emang kecewa, tapi bukan berarti aku membunuh sahabat aku sendiri!" tegas Allana lugas. Allana tidak habis pikir Elenio langsung menuduhnya hanya karena kesalahpahaman semata. Allana akui, dia memang ceroboh karena telah memegang pisau itu sembarangan. Sungguh, Allana menyesal sekarang. "Pembunuh!" tuding Elenio pada Allana. Seketika tubuh Allana merosot ke bawah. Satu kata itu bagai beribu anak panah yang menghujam hati Allana. "Aku bukan pembunuh, El," sanggah Allana memukulkan kepalan tangannya di keramik. Allana menangis sejadi-jadinya. Elenio terdiam, pandangannya kembali menatap Razella. "Ra ini gak mungkin, gak mungkin kamu pergi kan Ra? Ini pasti cuma mimpi aku kan? Ayo Ra buka mata kamu. Ini aku El, Ra," pinta Elenio mengenggam sebelah tangan Razella. Telapak tangan itu terasa terasa dingin membuat Elenio tersadar jika ini adalah kenyataan. Elenio menaruh genggaman tangan itu di dadanya. Elenio masih tidak menyangka kehidupan Razella akan berakhir tragis. Kedua mata Elenio yang memerah tertuju pada Allana yang menunduk lemas. Perlahan Elenio mengalihkan kepala Razella ke posisi semula. Elenio mengusap wajahnya gusar. "Aku akan laporin kamu ke Polisi Al!" seru Elenio penuh ambisi menarik kuat tangan Allana. "Jangan El! Ini bukan salah aku. Aku juga gak tahu kenapa Razella meninggal. Aku baru aja sampai di sini dan lihat Razella dalam keadaan gak bernyawa. Kamu percaya sama aku El," terang Allana dengan sorot mata memohon. "Percaya? Setelah aku lihat kamu pegang pisau itu, kamu suruh aku buat percaya sama ucapan kamu?" balas Elenio menarik pergelangan tangan Allana lagi agar gadis itu berdiri. "Aku berani sumpah! Bukan aku yang bunuh Razella!" tekan Allana. Elenio semakin mengetatkan rahangnya. "Aku lebih percaya sama apa yang aku lihat Al. Ikut aku!" seru Elenio masih bersikukuh mempertahankan pendapatnya. "Jangan El! Aku mohon percaya sama aku. Aku gak mungkin sejahat itu sama Razella." Allana memohon suaranya melirih. Seakan menutup telinganya rapat-rapat. Elenio tidak menghiraukan pengakuan yang keluar dari mulut Allana. Elenio menyeret paksa Allana keluar, membuat Allana berjalan tertatih-tatih di belakang Elenio. Sulit bagi Allana untuk menyeimbangkan langkah kaki Elenio yang lebar dan cepat. "El, dengerin aku! Aku juga gak tau kenapa Razella meninggal. Tolong lepasin aku," rintih Allana.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

My Devil Billionaire

read
94.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
101.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook