bc

My Reason is You

book_age12+
455
FOLLOW
5.5K
READ
forbidden
love-triangle
friends to lovers
CEO
drama
comedy
serious
office/work place
spiritual
love at the first sight
like
intro-logo
Blurb

Salwa Fatimah. Aku hanyalah orang biasa yang tidak bisa mengatur hati kepada siapa dan kapan dia akan berlabuh. Tapi Allah mampu membolak-balikan hati hamba-Nya. Semoga lillahku dengan memilihnya, menjadikanku hamba yang jauh lebih taat kepada-Mu.

Kenzo Prasaji. Jika hanya berbeda suku, budaya ataupun status sosial, aku akan menerjang itu semua agar tetap bisa bersamamu, wanita pujaanku. Tapi bagaimana jika Tuhan kita yang berbeda? Haruskah aku mengorbankan Tuhanku untuk mendapatkan hatimu?

Ibrahim Alatas. Hatimu memang bukan untuk ku, lebih tepatnya belum. Karena aku tidak akan menyerah untuk membuat hatimu berpaling kepadaku. Bukankah tidak ada yang tidak mungkin jika kita menaruh kata ikhlas dalam setiap usaha kita mendapatkan apapun.

chap-preview
Free preview
1. Lamaran
Salwa menyisir rimanya di depan cermin. Rambut panjangnya terurai jatuh di bawah pundak. Hitam legam dengan tipe rambut ikal yang tak lurus panjang. Ia lalu mengikat seluruh helai rambutnya, membentuk sebuah ikatan di puncak kepalanya. Tangannya terulur untuk mengambil ciput berwarna putih, lalu membungkus rambut kepalanya dengan benda tersebut. Salwa mengambil jilbab dan menaruhnya di atas kepala, membungkus kepalanya dengan sehelai benang hingga menutupi ciput dan rambutnya. Perempuan itu membenarkan ikatan jilbabnya, lalu tersenyum saat semuanya sudah rapi. Jilbab warna putih terpasang rapi di kepalanya, blazer warna hitam menutupi kemejanya juga celana kain warna hitam dan sepatu heels warna hitam. Salwa tengah bersiap untuk tes wawancara di sebuah perusahaan iklan di Jakarta. Ia baru lulus kuliah beberapa bulan yang lalu dan beruntung bisa masuk tahap wawancara pada perusahaan yang ia lamar. “Hufh, bismilah,” desah Salwa sebelum mengambil tas juga beberapa berkas lalu melangkah keluar kamar. Perempuan itu menuruni tangga lalu berbelok ke arah kiri, mendatangi orangtuanya yang sudah ada di ruangan makan. “Pagi, Yah, Bun,” sapanya lalu duduk di salah satu kursi. “Pagi, Wa,” sapa sang ibu yang sedang mengaduk nasi goreng di dapur. “Tes wawancara?” tanya sang ayah yang sedang sibuk membaca koran. “Iya, Yah,” jawab Salwa. “Nggak usah gugup, jawab saya dengan tenang dan sebisanya,” ujar Karsa menasehati anaknya. “Iya, Yah.” Salwa mengangguk mengiyakan. “Berdoa dulu sebelum masuk ke ruang wawancara. Bismilah sebelum memulai apapun.” Rahmi bergabung dengan suami dan juga anaknya di meja makan. Perempuan paruh baya itu membawa mangkok besar berisi nasi goreng. “Ayo sarapan dulu, supaya nanti wawancaranya tambah fit,” celotehnya kemudian setelah duduk di samping suaminya. Rahmi mengambilkan nasi untuk suaminya juga putrinya. Mereka sarapan dengan nasi goreng dan telur dadar. Salwa merupakan anak semata wayang dari pasangan Karsa Dinata dan juga Rahmi Ayu. Berasal dari keluarga yang agamis dan masih menerapkan norma norma agama. Sejak dulu Salwa di didik dengan sangat baik oleh kedua orangtuanya. Hingga perempuan yang berusia 23 tahun itu tumbuh menjadi pribadi yang baik, ramah dan juga taat beragama. “Salwa berangkat dulu ya, Yah, Bun. Doain supaya Wawa lulus tesnya,” ujar Salwa setelah menyelesaikan acara sarapan. Ia meminta doa dari kedua orangtuanya supaya di lancarkan untuk tes wawancara hari ini. “Pasti, Wa. Kami akan selalu berdoa untuk hal baik apapun yang kamu lakukan,” ujar Rahmi tersenyum hangat. Salwa balas tersenyum hangat, ia meraih tangan ibunya dan mencium punggung tangannya untuk berpamitan. “Nanti pulangnya mau ayah jemput?” tanya Karsa saat Salwa mencium punggung tangannya. “Tidak perlu, Yah. Salwa tahu kalau ayah sibuk mengurus pembangunan masjid di rumah kakek,” ujar Salwa menolak dengan halus. Karsa adalah tipe ayah yang overprotective terhadap putri semata wayangnya. “Ya sudah, nanti kalau memang mau di jemput, telfon ayah saja. Siapa tahu nanti pulangnya malam, jangan nanik taksi atau angkutan umum lainnya. Terus jangan pulang sama orang baru juga. Pokoknya kalau pulang malam langsung telfon ayah saja,” celoteh Karsa panjang lebar. “Siap, Yah.” Salwa tersenyum kecil mendengar penuturan ayahnya barusan. “Salwa berangkat dulu, assalammu’alaikum!” ujarnya kemudian sebelum pergi. “Huhf, nggak terasa ya, Yah, Salwa kita sudah mau mulai kerja. Padahal kayak baru kemarin kita mengajari Salwa belajar berjalan,” gumam Rahmi setelah kepergian Salwa. “Pertumbuhan anak itu cepat sekali, Bun. Kita nggak akan sadar sampai putri kita pergi dan memulai rumah tangganya sendiri,” balas Karsa menoleh ke arah istrinya. “Memangnya kapan ayah siap melepas Salwa untuk suaminya kelak?” tanya Rahmi iseng. “Ya kalau di tanya seperti itu, jawabannya tidak akan pernah siap, Bun. Mana ada seorang ayah yang siap kehilangan anaknya. Apalagi Salwa itu anak tunggal,” ujar Karsa jujur. “Tapi ibarat pohon, manusia itu kan selalu tumbuh dan berproses. Tidak ada yang bisa menghentikan prosesnya, termasuk menikah, punya keluarga sendiri, punyak anak. Mau tidak mau ya, ayah harus merelakan Salwa suatu saat nanti. Yang jelas, ayah harus tahu dulu tentang bibit, bebet dan bobot calon suami Salwa kelak. Ayah nggak akan melepaskan Salwa sebelum ayah yakin dengan pria yang nanti akan menjabat tangan ayah,” jelasnya panjang lebar. “Hehm, ibu setuju kalau itu.” Rahmi mengangguk setuju. Sebagai orangtua, tentu saja mereka ingin kebahagiaan putrinya terjamin lahir dan batin. Mereka tidak akan menyerahkan putrinya ke sembarang orang. Harus tahu dulu A-Z tentang calonnya Salwa nanti. ***** Tring! Tring! Tring! Jam beker di kamar Ibra sudah berbunyi tiga kali namun sang pemilik kamar tak berniat untuk beranjak bangun dan mematikannya. Pria itu hanya bergulat dengan guling dan selimut, menggeliat layaknya ulat dalam kepompong. Dor! Dor! Kali ini bukan jam beker, tapi bunyi pintu yang di gedor dari luar. Bersamaan dengan teriak nyaring dari seorang wanita yang melahirkan Ibra ke dunia. “Ibra! Cepat bangun! Kamu bilang hari ini ada wawancara tes kerja! Nanti kamu terlambat!” teriak Sofia nyaring. Cukup lama menunggu, namun tidak ada tanda tanda dari manusia bernama lengkap Ibrahim Alatas itu. Pria itu masih terus melanjutkan tidurnya. “Ibra!” Sekali lagi Sofia berteriak. “Bangun!” teriaknya dengan urat urat syaraf yang menyembul di bagian leher. “Kalau kali ini kamu gagal tes wawancara lagi karena bangun kesiangan, mama tidak akan memberikan uang jajan lagi padamu! Dasar pengangguran!” Sofia yang jengah akhirnya memberikan ultimatum kepada putranya. Ibra yang mendengar ancaman dari ibunya langsung bangun terduduk. Ia mengerjabkan kedua matanya lalu melirik ke arah jam beker yang masih berbunyi nyaring. Pukul 7 lebih 10 menit, sudah pasti ia akan terlambat jika tidak segera bangun dan ganti baju. Lupakan mandi karena ia akan sangat terlambat jika harus mandi terlebih dahulu. Ibra mematikan jam beker, lalu membuka pintu kamarnya. Pria itu tersenyum konyol ke arah wanita yang berdiri di depan pintu kamarnya. “Morning,” sapanya kemudian. “Siap siap.” Sofia melotot kesal kepada Ibra. “Iya, siapkan bekal saja karena aku tidak akan sempat sarapan,” celoteh Ibra sebelum berjalan masuk ke kamar mandi. Setidaknya ia perlu membasuh wajah, mengusap iler iler di sekitar mulutnya, gosok gigi dan merapikan rambutnya. Sofia hanya geleng geleng kepala melihat tingkah putranya yang tak pernah berubah. Ini sudah wawancara ke sekian kalinya sejak putranya lulus kuliah 6 tahun yang lalu. Selama 1 tahun Ibra pengangguran, lalu selama 3 tahun ia pergi ke Malang untuk meneruskan kuliah S2-nya. Lalu 1 tahun terakhir, Ibra selalu gagal di tes wawancara karena datang terlambat atau bahkan sering melewatkannya. Sofia lalu berjalan masuk ke kamar, merapikan tempat tidur Ibra yang cukup berantakan dengan baju kotor dimana mana. “Hufh, semoga saja kelak ada seseorang yang bisa merubah sifat anak itu. Ck, meskipun aku meragukan ada perempuan yang mau dengan begajulan sepertinya,” celoteh Sofia seraya mengambil beberapa baju kotor lalu membawanya keluar kamar.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Pengantin Pengganti

read
1.4M
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Hurt

read
1.1M
bc

Unpredictable Marriage

read
280.4K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

GADIS PELAYAN TUAN MUDA

read
463.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook