bc

Return

book_age0+
2.0K
FOLLOW
14.8K
READ
possessive
family
arrogant
others
badgirl
sensitive
student
sweet
like
intro-logo
Blurb

Ada beberapa hal penting bagi Abi dalam hidup.

Pertama, mama dan adik-adik perempuannya.

Kedua, motor hitam kesayangannya.

Ketiga, berkelahi.

Awalnya hanya tiga point tersebut. Sampai sebuah kondisi dimana Abi merasa bahwa ia wajib menunjukkan tanggung jawab.

Hingga muncullah point keempat, yaitu tentang senyum dan tawa seorang perempuan.

R E T U R N

[Third Book of Between Us]

Copyright © 2017 by Dina Agustina

chap-preview
Free preview
1 - Sebal
Deru suara motor memecah keheningan pagi di gerbang Cakrawala. Siswa siswi yang tengah berjalan di sekitar pekarangan menatap ke arah pengendara motor dan orang yang dibonceng dengan rasa penasaran tingkat tinggi. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa seorang yang dibonceng adalah Abiana. Siswi kelas sebelas pentolan Cakrawala. Tapi bukan Abiana yang selama ini membuat penasaran. Melainkan laki-laki dengan helm fullface yang sekarang sedang menahan keseimbangan motornya karena Abiana, yang kerap disapa Bia, sedang turun dari motor. "Itu siapa, sih?" celetukan penasaran tersebut terdengar dari salah satu siswi disana. "Aroma-aromanya cogan." "Pacar Bia, kali," sahut siswi yang satunya. "Lo kan tau Bia gimana. Cantik, body bikin ngiri, rambut badai punya. Lah, siapa yang bakalan nolak?" "Ah, padahal gue penasaran banget sama mukanya tu cowok. Ganteng gak, ya? Itu helm dilepas dulu nggak bisa apa?" "Teriakin, gih," usul temannya sambil menyenggol bahu. "Buset, nggak ah." Kedua siswi tersebut pura-pura kembali mendekati gerbang. Berniat tebar pesona pada si lelaki. Tapi memang bukan keberuntungan, karena lelaki itu melengos pergi begitu saja melewati gerbang. Membuat mati kutu kedua siswi perempuan yang berada disana. "Cuek amat, sih?!" teriak salah satu dari mereka dengan kesal. Lelaki itu, namanya Abirayyan. Kerap disapa Abi. Dengan kecepatan dipercepat, ia mengendarai motor membelah jalanan menuju sekolahnya. Setiap pagi sebelum menuju sekolah, memang seperti itulah rutinitas seorang Abi. Mengantarkan Bia ke sekolah, baru berlanjut ke sekolahnya. Kenapa Abi tidak sekolah di Cakrawala juga? Hanya Abi yang tau alasan pastinya. Dan jika ditanya seperti itu oleh orang-orang berhasrat penasaran, Abi pasti memilih bungkam. Tidak penting juga menjelaskan hal seperti itu pada orang-orang yang bukan ia anggap teman. Teman Abi hanya satu. Victor. Mereka kenal sejak kelas sepuluh disebabkan karena insiden naas untuk wajah Abi. Ketika ada perkelahian antar siswa, Victor tidak sengaja menonjok wajah lelaki ganteng tersebut. Abi yang mendapat sapaan di rahangnya tentu membalas perlakuan Victor. Bisa bahaya jika rahangnya bergeser, bukan? Dari sana, Victor meminta maaf pada Abi. Dan memang karena semangat Victor yang luar biasa besar untuk mengajak Abi berteman, membuat Abi menerima lelaki itu sebagai temannya. Dan menurut Abi, berteman itu menyenangkan. Setidaknya, Victor tidak pernah pergi meninggalkannya disaat-saat pelik. Salah satunya ketika berkelahi. Benar. Selain belajar dan menaruh hati pada negara Jepang, Abi memiliki hobi lain; berkelahi. Abi adalah laki-laki yang akan memakai otot ketika melihat orang lain ditindas dengan otot pula. Karena menurutnya, akan percuma membalas dengan otak perlakuan seseorang yang hanya bisa menggunakan otot. Dan Mamanya tidak tau perihal satu ini. Berbeda dengan Sang Papa yang tidak jarang mendukung Abi. Memberikan banyak nasihat padanya. Laki-laki wajar kelahi, ungkap Papanya suatu hari. Memangnya, perempuan mana yang mau berlindung pada lelaki lemah? Butuh waktu lama untuk Abi mencapai sekolah. Faktor macet sebenarnya. Setelah memarkirkan motor dan membuka helm, Abi turun dari motor. Bergegas menuju kelasnya karena bel akan segera berbunyi. Ketika menyeberangi lapangan basket, Abi sibuk mengatur keadaan tali tasnya. Hingga akhirnya, Bugh! "Aduh!" Abi sontak menatap ke arah perempuan yang terduduk di lapangan. "Lo kayaknya punya dendam kesumat ya, Bi, sama gue?!" Abi mengernyit. Menghela napas ketika tau siapa perempuan yang baru saja menabraknya. "Apa lo liat-liat gue? Suka? Kalau suka pacaran sini!" Perempuan itu menyemprot lagi. Abi tidak peduli. Dia sering malas menanggapi celotehan tidak penting milik perempuan cerewet tersebut. Menurutnya, semakin disahuti, perempuan itu pasti semakin menjadi-jadi. "Ngomong dong lo! Sesekali omongan cewek cakep kayak gue ditanggepin." Perempuan itu ngedumel sendirian. Bikin Abi jadi ngebatin. Susah sama yang sakit jiwa begini. "Abi dasar lo, Setan!" "Itu mulut kamu gak capek ngomong terus?" Satu hal yang sulit Abi ubah dari dirinya. Memanggil perempuan manapun dengan sapaan 'lo', Abi bukan ahlinya. Mungkin faktor memiliki dua adik perempuan, membuat Abi terbiasa. "Idih! Suka-suka guelah, orang mulut-mulut gue!" Perempuan itu kembali menyahut. Sejak tadi, dia masih setia duduk di lapangan basket. Tahan mendongakkan kepala untuk menatap Abi yang sedang berdiri. "Berdiri, deh," perintah Abi tenang. "Lo yang nabrak! Lo yang bantuin gue, lah!" "Yaudah. Duduk aja terus. Lagipula orang-orang yang keenakan karna nikmatin paha kamu." Perempuan itu menunduk, segera menutup roknya yang tersingkap dan mempertontonkan setengah dari bagian paha mulusnya. Ia buru-buru berdiri, menatap Abi sambil merengut karena sebal. "Susah emang tinggal berdiri?" tanya Abi menatap manik matanya. "Diem lo!" Abi melengos, segera meninggalkan perempuan itu. Percuma berdebat dengannya, sayang dengan tenaga. Perempuan dengan mulut pedas seperti itu, lebih baik Abi tidak kenal. "Mati buruan lo, Bi." Ch, Renata. Entah kapan dia akan berhenti mengusik Abi. Abi lelah sendiri dibuatnya. Tidak lelah lagi, harapan Abi agar Renata segera pindah dari sekolah ini. • r e t u r n • Renat mencak-mencak sendirian. Abi berhasil membuatnya malu. Ah, paha mulusnya bisa-bisanya menjadi tontonan segar para siswa laki-laki pagi ini. Jika bukan karena Papanya yang tiba-tiba mengirim pesan singkat, Renat pasti lebih memilih berada di kelas. Bergabung dengan kelompok teman-temannya untuk menggosipkan perihal kakak kelas ganteng. Renat tiba di gerbang dan tidak menemukan siapa-siapa. Bahkan satpam saja tidak terlihat. Bel baru saja berbunyi, tapi Renat terlampau tidak peduli. Matanya sibuk menyisir sekitar. Berharap melihat mobil Papanya. "Kok nggak ada?" gumam Renat dan hilang begitu saja karena angin. Jangan bilang Papanya pergi? Ya Tuhan, Papanya terlalu suka seenaknya sendiri. Papanya tidak tau, seperti apa kebahagiaan Renat ketika mendapatkan perhatian walau kecil. Renat mendesah lelah. Sudah biasa dengan situasi seperti ini. Tangannya menuju saku rok. Dan sialnya, Renat tidak merasakan keberadaan ponselnya disana. "Bego! Pasti ketinggalan di meja," ujar Renat kesal dengan dirinya sendiri. "Karna kesenengan Papa dateng nih makanya ponsel gue ketinggalan. Eh, tau-taunya pas nyampe sini, malah zonk." Renat berjalan kembali ke kelasnya. Dan ia baru sadar bahwa pagi ini, Pak Iskandar-guru Bahasa Indonesia-pasti sudah duduk manis di kursi guru. "Begonya, gue! Tu guru bau minyak urut hobinya kan ngehukum murid." Renat berhenti, menengadahkan telapak tangan bermaksud berdoa dengan kepala mendongak menatap langit cerah. "Semoga Pak Iskandar amnesia! Amin!" Setelah berdoa, Renat mempercepat langkahnya. Renat mengetuk pintu kelasnya, membuat semua penghuni kelas menatapnya. Ada yang kaget, iba, dan geleng kepala. "Ya?" Pak Iskandar bersuara. "Eh, maaf, Pak. Saya telat." "Oh, kamu murid kelas ini?" Renat mengangguk kaku. "Masuk!" Renat buru-buru masuk. Baru saja ingin menghela napas lega, Pak Iskandar kembali bersuara, "Yang suruh kamu duduk siapa? Saya cuma suruh kamu masuk. Berdiri di depan!" Renat menelan saliva susah payah sambil berjalan ke depan kelas, mematuhi perintah Pak Iskandar. Sialan, dia malu.     • r e t u r n •

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

Satu Jam Saja

read
593.1K
bc

Mas DokterKu

read
238.5K
bc

His Secret : LTP S3

read
649.3K
bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

HURTS : Ketika Hati Yang Memilih

read
112.2K
bc

Bastard My Ex Husband

read
382.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook