bc

Love Destiny

book_age18+
813
FOLLOW
3.9K
READ
possessive
love after marriage
arrogant
student
heir/heiress
drama
straight
highschool
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Cerita Tamat, Sebelum baca tap love tap follow akun ku kak, juga.

Kisah cinta segitiga yang rumit, namun sang gadis tak luput akan cinta yang utuh dari dua pria.

Gadis sederhana dan telaten, namun merebut semua perhatian pria tampan bahkan di semua kalangan.

Adik Kakak menjadi satu memperebutkan nya, perseteruan yang setara dengan cinta dan apa yang mesti di dapat.

Akan kah Maria dapat menemukan cinta sejatinya? Atau dia akan terbebani perasaan keduanya?

Silahkan di buka bab nya kak Terimakasih.

chap-preview
Free preview
Mimpi
Ketika hampir semua orang tua berlomba memasukan anak-anaknya untuk masuk ke sekolah ternama dan terkenal. Namun tidak dengan keluarga Maria. Dia gadis yang di sibukan dengan urusan rumah yang bahkan tidak terpikirkan untuk sekolah lagi. Meski hatinya masih berharap untuk dapat melanjutkan sekolah. "Kak? Suara gadis cantik mungil membuyarkan lamunannya. "Hmm, apa Dek?" balas Maria tersenyum. "Aku lapar Kak!" ucap Lia lagi. "Hmm, ok kita pulang!" ajak Maria tersenyum dan mengajak ke tiga adiknya untuk kembali melanjutkan perjalanan pulang. Sepanjang perjalanan pulang, Maria masih terpikirkan untuk melanjutkan sekolah, namun hal yang sulit untuk bisa memohon pada kedua orang tuanya. "Semoga saja aku bisa mengatakannya sih!" gumam Maria. Melakukan perjalanan dari kebun ke rumah cukup makan waktu yang panjang, sesampai di rumah rasa lelah menyelimutinya hingga duduk di teras depan rumah bersama ketiga adiknya. "Akhirnya kamu pulang Dek!" Suara seorang pria yang tak lain kakak Maria berjalan keluar rumah menghampirinya. "Hmm, Kakak lebih dulu kan pakai skuter pulangnya!" rengek Lia memajukan bibirnya. "Iya, maaf. Laij kali kakak ajak kalian naik skuter! Tapi kan tidak muat jika semua naik skuter kakak, adik kakak ada 4," tawa Amran dengan lembut. "Hahaha, ke tiga adik Maria tertawa mendapati kenyataan jika mereka terlalu banyak jika harus naik skuter milik kakaknya. "Masak Dek! Kakak lapar," pinta Amran. "Baik, Tuan muda," ledek Maria. "Iya tuan muda," tambah Lia. Amran hanya menggelengkan kepalanya menanggapi kedua adik perempuannya selalu mengejeknya. "Kak, mau masak apa?" tanya Lia. "Yang ada di dapur saja," balas Maria. Maria dan Lia berada di dapur, adiknya yang berusia 8 tahun itu selalu mengikutinya kemanapun Maria pergi. Makan malam yang di inginkan mereka kini hanya sekedar makan sederhana. Hingga kakaknya saat ini tengah belajar di malam hari mengerjakan pekerjaan rumahnya Maria menghampiri kakknya. "Kalau Maria ikut sekolah SMA lagi gimana Kak?" tanya Maria. "Bagus donk, Dek!" seru Amran. "Menurut Kakak, ibu akan setujukah?" tanyanya lagi. "Hmm, berusahalah! Pasti bisa," Amran memberi semangat adiknya. Maria mengangguk, dia mencoba untuk bersabar dan mengatur cara untuk berbicara pada ibunya agar dapat di setujui olehnya. Terdiam di sebuah kamar, menatap langit kamar yang gelap tanpa penerangan, Maria di usianya yang baru menginjak 16 tahun berkeinginan untuk sekolah dan menata masa depan. Dari usia mulai baligh Maria sudah dapat di andalkan oleh keluarganya dengan mengurus rumah dan menjadi ibu dari ketiga adiknya. Kedua orang tuanya selalu menghabiskan waktu di kebun di sisa usianya, mereka hanya menggemari berkebun meski berkecukupan. Sangat jarang bagi mereka untuk berada di rumah dan bersama dengan ke lima anaknya. Maria sebagai anak perempuan yang menjadi kakak dari ketiga adiknya, dia mengimban tugas sebagai kakak dan ibu bagi adiknya. Pagi dan malam hanya mereka habiskan di rumah saja, hingga kedua orang tuanya pulang. Maria mencoba untuk berbicara pada ibunya saja, ayahnya tengah pergi ke balai desa untuk suatu hal. "Bu, apa bisa Maria melanjutkan sekolah SMA?" tanya Maria meski ragu-ragu. "Untuk apa?" balas Ibunya tanpa memgalihkan perhatiannya dari sayuran yang hendak dia masak. "Hmm, Maria hanya ingin melanjutkan sekolah Bu," ucap Maria lagi, meski rasa takut menyeruak di hatinya. "Kamu itu jangan terlalu banyak keinginan Maria, sudah bagus kamu selesai sekolah pertama. Kamu mau menyusahkam keluarga hanya dengan kamu bertambah biaya sekolah?" tegas Ibu Maria. "Tapi Bu ...." "Masak saja yang benar! Seorang wanita meski sekolah tinggi, ujung-ujungnya hanya akan diam dan fokus di dapur rumah! Untuk apa sekolah, hanya membuang biaya lebih baik uangnya untuk adik-adikmu yang belum merasakan bangku sekolah!" sela Ibu Maria berdiri dan pergi tanpa mencoba mendengarkan ucapan Maria lagi. Selalu seperti itu jawaban ibunya setiap tahun. Maria hanya bisa menghela nafas dan berharap keajaiban dapat berpihak padanya dan membuat ibunya setuju akan keinginannya. Pagi itu, kedua orang tua Maria berada di rumah, tugas menjaga adik-adiknya kini di ambil alih ibunya. Maria berangkat sekolah, mengingat hari kelulusan sudah dekat. Meski sudah tidak ada pelajaran, namun siswa wajib hadir karna sudah bukan liburan akhir tahun. Sahabatnya Atika menghampiri Maria yang berjalan hendak mendekati sekolah. "Maria! Kamu selalu kebiasaan melamun. Apa yang sedang kamu pikirkan, ibumu masih tidak setuju kamu sekolah?" tanya Atika berjalan beriringan dengannya. "Heem, jawabannya masih sama," angguk Maria. "Wanita itu untuk apa sekolah tinggi-tinggi, ujung-ujungnya kita sebagai wanita hanya akan menghabiskan waktu di rumah dan dapur saja kan!" Atika memperagakan bagaimana ibu Maria mengatakannya, membuat Maria tertawa. "Kuwalat kau mengejek ibuku!" seru Maria tertawa melihat tingkah sahabatnya. "Aku hanya mengatakan hal yang akan kamu katakan!" bela Atikah tertawa. "Kau memang sialân!" tawa Maria. Atika sahanbat baik Maria, senang susah dia selalu ada. Hanya kpribadiannya selalu tertutup, hanya Maria yang tahu akan apapun tentang Atika. Di hadapan umum Atika hanya gadis pendiam dan tertutup, dia sama sekali enggan bergaul dengan yang lain. Hanya Maria yang mampu meluluhkannya dan melawan keacuhan Atika setelah mereka bertemu. "Lain kali kamu coba lagi untuk berbicara pada ibumu!" seru Atika di balas anggukan Maria yang tersenyum. Mereka berada di sekolah menghabiskan waktu senggang, saat Atika dan Maria duduk di bangku taman. Atika pergi terlebih dahulu mengambil buku untuk di baca di kala waktu istirahatnya. Tiba-tiba sebuah bola voli datang menghampiri Maria tepat di kakinya. Dia masih fokus membaca buku tanpa memperhatikan bola di kakinya. "Boleh aku mengambil bolanya?" Suara seorang pria tak mengecohkan Maria yang sedang asik membaca buku yang dia baca. Pria itu mengangkat sebelah alisnya tidak percaya jika ada seorang gadis yang mengabaikannya. "Hallo! Kau mendengarku?" tanya Nana. "Hmm, aku tidak tuli. Kau butuh bolanya, ambil saja," ucap Maria tanpa melihat ke arah Nana. Nana membungkukan tubuhnya dan mencoba mengambil nola di kaki Maria, dia tidak percaya jika ada seseorang yang benar-benar mengabaikannya. Semakin penasaran, dia mencoba mencuri untuk melihat Maria di balik buku yang dia baca. Bibir yang mungil merah muda, tengah kumat-kamit sedang asik membaca. "Nona, bukumu terbalik!" seru Nana. "Aku tidak bodoh," jawab Maria masih tidak mencoba menghiraukan Nana. "Apa yang kau baca?" tanya Nana. "Sepertinya kau tidak pandai membaca buku?" balas Maria. Nana tertegun akan ucapan Maria, apalagi perkataannya yang mengatakan dia tak pandai membaca. "Apa yang kau baca?" Nana mencoba bertanya lagi. "Kenapa kau tidak pergi saja setelah mendapatkan bolanya!" Maria mulai merasa terganggu akan pertanyaan Nana yang tanpa henti padanya. Maria terdiam, begitupun Nana. Mereka bersitatap tidak percaya satu sama lain. Maria tidak menyangka jika ada pria setampan itu di hadapannya yang tidak pandai membaca. Lain dengan Nana, dia tidak percaya jika masih ada wanita yang tidak mengejarnya dan berteriak mencintainya. Apalagi gadis di hadapannya hanya gadis biasa saja. "Apa yang kau lihat?" tanya Maria. "Seorang gadis yang ...." "Yang tidak percaya jika pria sepertimu bodoh!" sela Maria. "Hah?" tatap Nana, tidak percaya akan apa yang dia dengar. "Sayang sekali parasmu yang cantik ini, tidak bisa membaca judul tulisan buku ini dengan benar!" seru Maria. "Kau ...." Nana terdiam. "Pergilah! Aku masih harus menyelesaikan bukuku!" seru Maria. Nana terdiam, dia tidak percaya apa yang terjadi kali ini. Seorang gadis bahkan tidak berteriak dan berharap padanya. Malah mengusirnya begitu saja.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Bastard My Boss

read
2.7M
bc

Undesirable Baby (Tamat)

read
1.1M
bc

Chain Of The Past ( Indonesia )

read
4.1M
bc

Sepenggal Kisah Gama ( Indonesia )

read
5.0M
bc

Guru BK Itu Suamiku (Bahasa Indonesia)

read
2.5M
bc

Nur Cahaya Cinta

read
357.9K
bc

Suamiku Calon Mertuaku

read
1.4M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook