bc

Going Crazy

book_age16+
318
FOLLOW
1.5K
READ
sex
friends to lovers
drama
sweet
campus
city
first love
friendship
model
wild
like
intro-logo
Blurb

“Aku mencintaimu Joe, sungguh. Selama ini aku membuatnya seolah candaan karena itu caraku untuk mendekatkan diri padamu. Bisakah melihatku sekali saja sebagai seorang wanita, bukan sekadar teman.” Ujar Zee dengan lirih.

“Aku hanya menganggapmu teman, Zee, tidak seharusnya kau menganggap semuanya menjadi seserius ini. Aku mencintai wanita lain dan itu adalah dia.” Tunjuk Joe pada wanita yang ia suka.

“Kau tidak tahu malu mengatakan itu di depanku dan Zee?" tanya Hans pada Joe, lalu menatap Sabrina "Sekarang katakan padaku, kau memilih Joe atau aku?” tanya Hans pada Sabrina, gadis yang ditunjuk oleh Joe.

“Maaf Joe, tapi aku tidak mencintaimu. Lebih baik kau memilihnya dan aku akan memperjuangkan Hans kembali. Jangan m*****k pertemananmu dengan Hans dan Zee hanya karena aku, sebab aku tidak bisa membalas perasaanmu.” Jelas Sabrina.

chap-preview
Free preview
Satu
“Selamat pagi, sayang.” Adkey mengecup pipi Ela sambil memeluk wanita itu dari belakang. Ia melingkarkan tangannya cukup erat di perut wanita itu untuk memperlihatkan betapa ia merindukan wanita itu. Ela mengangkat kedua tangannya yang sedang memegang menu sarapan yang baru saja masak. Adkey tidak terlalu suka sarapan hanya dengan roti saja, jadi itu sudah menjadi kebiasaan bagi mereka untuk sarapan berat bahkan di pagi hari. Anak-anak mereka juga memiliki selera yang sama dengan Adkey, jadi Ela tidak bisa menolak saat mereka memintanya memasak. “Oke.” Angguk Adkey sambil menjauh, lalu membiarkan Ela meletakkan piring yang dibawanya ke atas meja. “Kenapa tidak membangunkanku semalam?” tanya wanita itu. “Itu sudah tengah malam, jadi akan sangat mengganggu istriku yang cantik ini jika aku tega membangunkannya.” “Meski merindukanku?” tanya Ela dengan tatapan menggoda dan lidah yang membasahi bibirnya dengan gerakan sensuaal. Adkey langsung memeluk wanita itu, kemudian menatap Ela dan mengecup bibirnya berulang kali tanpa melumatnya. “Oh itu sangat menjijikkan untuk ditonton langsung.” Desis anak pertama mereka yang kebetulan berjalan ke dapur untuk mengambil minum. Adkey terkekeh geli, “Kau harus tahu kalau Ayahmu ini merindukan Ibumu, tentu saja ciuman adalah sarapan utama kami.” “Jadi kerjaan Ayah sudah siap?” tanya Abercio Joe Wikler, putra pertama Ela dan Adkey. “Belum, tapi tentu saja Ayah harus memiliki waktu untuk mengunjungi kalian.” Jelas Adkey sambil merangkul anaknya. Bocah yang dulunya masih lari-larian dan sulit diatur, kini sudah menjadi pria dewasa berusia 23 tahun dan memiliki tubuh tinggi serta kulit yang agak gelap. Rambutnya yang cukup panjang kini sudah menghalangi penglihatannya. Poninya cukup mampu untuk menutup matanya, tapi tetap tidak bisa menyembunyikan ketampanannya. Ela sudah menyuruh Joe untuk memotong rambutnya, tapi pria itu tidak ingin karena menurutnya itu adalah pesonanya. Karena Joe sudah besar, jadi Ela juga merasa tak berhak lagi mengatur hal-hal seperti itu. Joe jelas sudah tahu apa yang baik dan buruk untuknya. “Jam berapa Ayah tiba tadi malam?” tanya Joe. Keduanya duduk di sofa, sementara Ela kembali ke dapur untuk membuatkan kopi. “Sepertinya jam 1.” Jawab Adkey. Ini kepulangan Adkey setelah sebulan meninggalkan keluarganya untuk urusan pembangunan hotel di luar kota. Ini pembangunan hotel pertamanya setelah mengembangkan hotel WL yang diberikan ayahnya dulu. Sudah 22 tahu mengolah hotel WL dan kini baru Adkey berhasil memiliki uang untuk membangun anak cabang. Selain itu, ia juga sudah berhasil mengembangkan restoran JKL, hadiah pernikahan dari ayahnya, dan membuka cabang baru 10 tahun yang lalu. Awalnya ia ingin menamai restoran keduanya dengan mencantumkan nama anak ke-3, yaitu Atharazka Wikler. Sayangnya Joe cemburu dan merasa ingin namanya yang dibuat di restoran itu, hingga akhirnya timbullah inisiatif untuk mencantumkan inisial ketiga anaknya sebagai jalan keluar. Setelah itu, jadilah Adkey mengganti nama restoran pertama juga dengan nama JKL. “Mau ke mana?” tanya Adkey saat Ela hendak pergi setelah meletakkan kopi di depannya dan Joe. “Kay ada kelas pagi ini, semalam dia berpesan agar aku membangunkannya.” Ela mengetuk pintu kamar yang memiliki gantungan bertuliskan nama gadis itu, Adelara Kay Wikler. Ia mengulang ketukannya sambil menyerukan nama anak ke-2-nya itu, “Kay, bangun, ini sudah pagi. Kay.” Bosan memanggil hingga beberapa kali, Ela akhirnya memutuskan untuk membuka pintu dan ternyata pintu kamar anaknya itu tidak dikunci. Ia menggelengkan kepala sambil berdecak melihat lembar-lembar kertas berserakan di sisi kanan tempat tidur anaknya dan ada laptopnya yang terbuka dengan layar gelap. Ia kemudian menutup laptop tersebut dan memindahkannya ke atas meja. “Kay bangun, sudah pagi. Semalam kau bilang ada kelas pagi ini.” Ela mengguncang lengan gadis itu. “Engh, aku masih sangat mengantuk.” “Bangunlah, nanti Ayahmu marah kalau kau bermalas-malasan seperti ini.” Peringat Ela. Adkey memang marah jika Kay tidak serius dalam pendidikannya. Sebagai seorang anak dan ayah yang pernah tertekan ketika dibatasi untuk melakukan sesuatu yang ia inginkan, Adkey berhasil membuat dirinya bangga dengan membebaskan anak-anaknya dalam memilih apa yang mereka sukai dan tugasnya sebagai orang tua adalah mendukung keputusan anaknya. Kay lahir dengan wajah cantik yang menurun dari ibu dan ayahnya, hanya saja tubuhnya tidak mengikuti tinggi kedua orang tuanya. Ia malah sangat mungil diantara keluarganya. Tinggi badannya hanya mencapai 160 cm, sementara ibunya memiliki tinggi 168 cm dan ayahnya 176 cm. Bahkan kedua saudara laki-lakinya memiliki tinggi melampaui ayah mereka. Joe dengan tinggi 178 cm dan Loy 180 cm. Meski begitu, ia terlahir dengan kepintaran di atas kedua saudara laki-lakinya. Sayangnya, ia tidak mudah bergaul dengan teman-temannya. Ia terlalu pendiam dan kaku di samping teman-temannya, tidak banyak bicara dan lebih sering berdiam di rumah saat ada waktu kosong. Kay menggeliat sejenak, kemudian mengubah posisi tidurnya sambil menarik selimut lebih tinggi agar ia bisa menutupi tubuhnya yang kedinginan. “Kalau tidur tidak menggunakan baju seperti ini, kunci kamarmu. Aku terus memperingatkan hal itu.” tegur Ela melihat Kay hanya berbalut gaun tidur yang tipis. “Hanya Ibu yang selalu masuk tanpa mengetuk. Ayah, Joe, dan Loy tak pernah masuk tanpa kuizinkan.” Ujar Kay. Memang benar adanya, dua saudara laki-laki dan ayahnya tak pernah masuk ke kamarnya tanpa seizinnya sekalipun pintu tidak terkunci atau bahkan tidak tertutup. “Ya sudah, cepat bangun. Mandi dan ke bawah untuk sarapan.” “Iya, aku akan mandi.” Ujar Kay dengan cepat, tapi ia malah semakin merapatkan selimutnya. *** Ela menghampiri Adkey saat dilihatnya pria itu sedang bertelponan. Ia ikut merapatkan telinganya ke ponsel Adkey dan mendengarkan percakapan itu. Adkey tersenyum kecil, kemudian menjauhkan ponselnya dan mengaktifkan pengeras suara supaya mereka bisa sama-sama mendengar. “Ini, Ibumu sepertinya ingin berbicara.” Ujar Adkey pada anak ke-3 mereka. “Emh, padahal aku masih mengantuk.” Ujar suara serak di sebrang telpon. Atharazka Loy Wikler. Anak terakhir yang lahir dari Elasca Janner. Anak terakhir yang membuat Adkey berpikir untuk tidak memiliki anak lagi, meski rencana awalnya ia ingin memiliki 4 anak. Setelah Ela melahirkan Joe, Adkey terus menerus diserang mimpi buruk tentang Ela yang tidak selamat saat persalinan. Dari situ, akhirnya ia menghentikan pemikiran mengenai anak ke-4 dan seterusnya. Loy lahir dengan ketampanan yang luar biasa dan kini menjadi pria yang sangat jangkung meski usianya masih 18 tahun. Pria itu memiliki minat dalam berbagai hal, terlebih di bidang seni. Ia pandai dalam bernyanyi dan memainkan berbagai alat musik. “Loy, di mana celana dalamku yang kau robek semalam?” tanya seseorang yang bisa Ela dan Adkey tangkap bahwa itu adalah suara wanita. Ela membulatkan matanya, “Loy, kau..” “Tidak, itu bukan kekasih atau bahkan teman tidurku. Itu suara managerku yang berpura-pura menjadi wanita.” Keluh Loy sambil menatap tajam managernya, “Ibuku bisa salah paham.” Tegurnya. “Kau tahu kan kalau sekarang kau ini seorang public figure, jadi jangan mecam-macam. Kau masih baru di dunia hiburan.” Peringat Ela. “Setidaknya tunggu Joe lebih dulu, nak.” Ujar Adkey sambil terkekeh. Loy menghela nafas dan menguap, “Kau bahkan tidak tahu kalau dia mungkin sudah berbuat sejauh itu, Ayah. Jangan kolot. Itu hal biasa kan di Inggris?” ujar Loy meminta persetujuan. Adkey menganggukkan kepalanya setelah terdiam dan berpikir sejenak, “Ah benar juga. Ya sudah lah, intinya kau jangan membuat ulah padahal masih baru menjadi artis kecil.” Saran pria itu pada putranya. “Aku mengerti. Aku pun takut kalau tiba-tiba didepak dari dunia hiburan, padahal masih sangat dini.” Ujar Loy. Tentu saja Loy lebih paham tentang itu dan agensinya juga selalu mengingatkannya dalam bertindak. Karena masih baru, ia jelas banyak diberikan arahan tentang apa yang boleh dan tidak boleh ia lakukan. Kehadirannya ke dunia model cukup menarik perhatian baru-baru ini, jadi namanya cukup melejit hingga membuat agensinya merasa bangga dan perlu mengawasi setiap tindakannya. Mengizinkan anaknya masuk dunia hiburan adalah hal yang cukup berat bagi Ela dan Adkey. Bahkan Antonio (Ayah Adkey) sempat melarang cucunya itu menjadi public figure karena ia memang tak begitu menyukai dunia keartisan yang jelas ia ketahui baik buruknya. Meski mendapat penolakan dari keluarganya, ia akhirnya berhasil meyakinkan Adkey atas pilihannya dan mengatakan akan bertanggung jawab untuk setiap keputusan yang ia ambil. Sebagaimana Adkey melepaskan Joe dan Kay untuk menentukan pilihannya sendiri, ia akhirnya juga membebaskan Loy sekalipun berat. Loy berhasil mengikuti casting pemeran film Flight to the Moon dan menjadi salah satu pemeran tambahan yang cukup memiliki banyak adegan, namun saat itu belum banyak yang mengenalnya. Ia juga pernah menjadi bintang iklan sebuah produk dan namanya juga belum berhasil melejit saat itu. Tanpa sengaja, ia malah terkenal karena seorang youtuber yang datang ke restoran JKL dan melakukan rekaman dan tanpa sadar merekamnya sedang bernyanyi dan bermain musik. Ia tidak menyangka bahwa setelah 2 tahun berusaha, ia malah menjadi sangat menarik perhatian dengan cara yang tak pernah ia duga. Setelah itu, Loy justru semakin terkenal saat dirinya menjadi model untuk salah satu desaigner pakaian laki-laki. Semua orang mengagumi bentuk tubuhnya terlebih tinggi badannya. Mungkin ada banyak sekali artis atau model yang lebih tinggi dari dia, tapi pesonannya dalam balutan jas yang ia gunakan tetap tidak bisa disembunyikan. Sejak itu, orang-orang mulai tertarik menguliti masa lalunya dan mencari tahu di mana saja ia pernah tampil, bahkan hingga masalah privadi mengenai keluarganya. “Jadi kapan kau akan pulang?” tanya Ela. “Mungkin 2 minggu lagi. Oh ya, besok aku tampil di TV siaran 01, pastikan kalian menonton.” Ujar pemuda itu sedikit memaksa. “Tanpa kau katakan pun, tentu saja kami sebagai orang tua yang baik menontonnya.” Ujar Adkey dengan kekehan kecil. “Meski aku meragukan Ayah, tapi baiklah, akan kuusahakan untuk mempercayainya. Oh ya, di mana Joe dan Kay?” “Mereka sedang bersiap-siap untuk kegiatannya masing-masing.” Jelas Ela, “Oh ya Loy, jangan lupakan sarapan di tengah banyaknya kegiatanmu. Kesehatan adalah yang utama.” Pesan Ela. “Baik Ibu, aku akan mendengarkan. Kalau begitu, aku tutup telpon dulu ya. Bye.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook