bc

Before We Call It A Day

book_age12+
193
FOLLOW
1K
READ
goodgirl
sensitive
student
sweet
campus
small town
rejected
slice of life
friends
passionate
like
intro-logo
Blurb

Aku tahu dia. Selayaknya sebuah kapal mengenal salah seekor camar gagah yang pernah singgah di tiang tingginya.

Aku tahu dia. Namun, segamang kapal itu pula, aku hanya bisa menatapnya dengan mata tak tahu apa-apa.

Dia ada, tetapi asing.

Di sampingku harum tubuhnya semerbak jelas, tetapi raga itu bergerak bebas. Sampai-sampai aku tak tahu … di mana sebenarnya dia?

Samudra lepas yang membuatku bisa berlama-lama menatapnya, justru kuhadiahi ribuan u*****n yang semesta pun mungkin malu mendengarnya.

Karena dari sang samudera, aku semakin tersesat dalam pengetahuan tentang tidak tahunya aku pada segala hal tentangnya.

Sebab luasnya tempat itu, hanya membuatku terombang-ambing bak kapal dengan kerusakan mesin, menatap burung camar itu terbang, menjauhiku yang sampai usia selesai, senantiasa terikat navigasi yang tak pernah dia sukai.

Pada akhirnya semesta yang sempat bersinggungan ini berlepas, memilih kata “cukup” sebagai sebuah penutup yang dipaksa manis meski tak benar-benar begitu.

chap-preview
Free preview
Prolog
*** Jika Tuhan memberiku satu sempat untuk menghapuskan hari yang pernah terjadi, maka senja kala rautmu kembali terjamah indra adalah hari yang ingin kubinasakan saja. Ingin kukaburkan momen di atas motor sore itu, hingga tak ada sedikit pun bekas yang bisa dihidu oleh hati yang kini mengabu. Atau, jika Tuhan berbaik hati membawaku kembali ke sana, tak akan segan kutampar wajah sendiri, agar satu kalimat yang menjadi awal kita mendekat tidak meluncur dari mulut lancangku yang telah dikendalikan intuisi, juga debar jantung yang mengisi seluruh sendi. Bukan karena aku membenci hadirmu, atau aku di hari ini yang tidak mensyukuri betapa kau sebaik itu membiarkanku meminjam alammu. Hanya saja, kita terlalu sakit, bahkan untuk sama-sama menikmati langit, atau melewati badai karena bagi kita … itu terlampau sulit. Bumiku lain. Jauh lebih sempit dari yang ingin kau sambangi, tak cukup luas untuk kelanamu yang tak pernah berhenti. Kau bak camar dan aku sebuah kapal yang terikat navigasi. Kau bisa ke mana pun pergi, sedang aku sedikit pun tak bisa ingkar jika ingin sampai di dermaga tujuan. Rama, sejak kembali bertemu denganmu, tidak sekali pun aku tidak mencintaimu. Kau asing, tetapi bising kepalaku masih saja tentangmu. Bersamamu aku selalu tersesat, tetapi tak pernah ingin menemukan jalan berpulang. Namun, Ram, aku sekarang sadar bahwa bersamaku kau kelelahan, dan bersamamu … aku tak bisa mengimbangi ritme berjalan. Sehebat apa pun kau bilang, “Kin, darimu aku tak pernah hilang,” kamu tetaplah kamu, Ram. Dan aku tak juga berubah sedikit pun. Navigasi yang menjadi kiblatku terlalu kaku untuk luasnya langit yang ingin kau sambangi, sedang aku tak bisa terus sembarangan mengikutimu terbang ke sana kemari, karena sekali lagi, setirku mengikuti navigasi. Aku tak mau lepas darimu dan kau pun tak berniat mengurai ikatan yang sejak semula memang tak lebih kuat dari sehelai benang. Akan tetapi, kita hanya saling menyakiti. Tali tipis itu mengiris kita dengan amat perlahan, memanjang, membebaskan darah dari pembuluhnya. Ram, aku harus bagaimana? Aku harus bagaimana jika melepaskanmu aku tak pernah bisa, sedang satu pengandaian yang kusebutkan di awal tulisan ini sama sekali tidak mungkin terjadi. Sungguh, Ram. Entah aku atau kamu yang paling tersakiti, tetapi aku lebih takut jika karena ini, kamu tak pernah menjadi kamu lagi. *** Halow! Hihi Welcome to my new story that will be frequently updated on December ^^ Kindly wait for me, ya!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

DENTA

read
17.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.2K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.5K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.4K
bc

Head Over Heels

read
15.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook