bc

Little Bird [Indonesia]

book_age18+
1.5K
FOLLOW
26.3K
READ
billionaire
dark
possessive
age gap
bxg
female lead
city
virgin
gorgeous
naive
like
intro-logo
Blurb

Burung kecil yang mulai mengepakkan sayapnya, kemudian terbang bebas tanpa batas.

Catherine Swan berusia 19 tahun, meninggalkan rumah dan memulai kehidupan yang baru. Tidak lagi ingin terkurung dalam sangkar emas milik ibunya Kateline Swan.

Mencari jati diri katanya.

Lalu, tanpa sadar dia terperangkap kedalam jerat pria dewasa yang dingin dan tak berperasaan bernama Alexander Murich.

Catherine Swan, burung kecil yang lepas dari sangkar emas nya, kini telah menjadi b***k seorang pria jahat tanpa hati bernama Alexander Murich.

Lantas, bagaimana kisah keduanya terjalin dan berakhir?

chap-preview
Free preview
Part 1. I've flown free from my gold cage
Catherine Swan telah hidup selama 19 tahun. Dia tidak pernah sekalipun merasakan bagaimana memiliki sahabat perempuan, teman sebaya yang dapat bertukar tangis, tawa dan kesedihan. Hidupnya terasa kosong kecuali satu-satunya teman sedari kecil yang tinggal disebelah rumahnya. Max Thompson, putra paman Thompson yang merupakan duda religius yang sangat baik dengan ibunya dan juga dirinya.  Disaat semua orang menatap jijik pada ibunya dan dirinya, mencemooh secara terang-terangan bahkan meludahi mereka bagai tong sampah. Memang dirinya bagian dari sampah masyarakat.   "Hei anak wanita jalang! Berikan aku uangmu!" gertak seorang gadis urakan kembali meminta uang dari anak seorang penjaja seks ini katanya.  "Kau mengatai ku anak wanita jalang, tapi kau masih meminta uang hasil ibuku melacur, hah?!" teriak Catherine tak pernah ingin terintimidasi oleh sampah masyarakat yang memandang orang buruk seolah dirinya sendiri lebih baik. “Lebih baik kau tutup mulutmu, sialan!” Perempuan itu menarik rambut Catherine hingga gadis tak berdosa itu merintih sakit, "Jika aku meminta uang mu, berikan saja! Jangan membuatku marah!" "Akh, lepaskan! Aku tak memiliki kewajiban untuk menurutimu! Lepaskan atau aku akan melaporkan mu kepada polisi!" teriak Catherine meronta dan mendorong tubuh kecoa busuk pengganggu itu sampai terjatuh ke lantai depan convenience store itu.   Bugh!  "Akh! Sialan kau!"  "Kau yang sialan!" Cukup sudah dia mengalah dengan gadis penindas inisejak berada di sekolah menengah atas yang sama. Catherine tak mau kalah dan menjadi lemah karena tidak ingin terkena masalah seperti biasanya. Sekarang mereka ditempat umum, bukan lagi di sekolah. Semua memiliki hak yang sama, jika harus diadili, bukan orang-orang munafik dengan label seorang pendidik yang bisa menghakiminya. Dirinya telah mencapai ambang batas seluruh rasa sabar dan muaknya. Aksi saling bertubrukan dan saling menjambak rambut satu sama lain pun terjadi, teriakan demi teriakan penuh umpatan seolah menjadi musik pertarungan diantara tubuh mereka yang saling bergulat dalam jambakan dan cakaran yang kuat. Semua orang yang berlalu lalang di trotoar itu menonton pergulatan mereka dan seorang kasir convenience store mau tak mau memanggil pihak kepolisian untuk mengamankan dua remaja wanita yang sedang bergumul tepat di depan tokonya.  Sirine mobil polisi wilayah tersebut datang mendekat, namun hal itu tak menghentikan pertarungan sengit antara Catherine dengan si pengacau bernama Maria. Entah sudah berapa helai rambut pirang Catherine terlepas dan entah bagaimana rambut keriting Maria terlepas didalam genggamannya. Bisakah kalian menghentikan semua ini!" "Jangan campuri urusan kami!" teriak keduanya serempak. "Saya Sherrif wilayah kota ini! Pertengkaran kalian sudah mengganggu ketentraman orang lain. Baik penjaga convenience store maupun pejalan kaki merasa terganggu dengan pertengkaran kalian" "Lepaskan aku, Cat!" "Aku bukan kucing, Maria! Kau harus meminta maaf padaku!" "Kau darah daging wanita sialan yang menggoda banyak pria termasuk paman ku! Cuih! Aku tak sudi meminta maaf padamu!"  "Sialan kau Brooklyn!"  "Kau jauh lebih sialan Swan!" "Hei hentikan perkelahian kalian atau ku borgol kalian sekarang!" ancaman polisi itu membuat keduanya berguling bangun dan menundukkan kepalanya. "Maafkan kami, Sir" ucap Catherine penuh sesal. "Manusia sampah ini yang memulai, Sir!" Maria Brooklyn kembali mematik api amarah Catherine. "Kau yang sampah, Brooklyn!"  "Bisakah kalian diam dan masuk di mobil kami!" Catherine membelak takut, "Aku berjanji tidak akan mengulanginya Sir" Maria hanya menunduk tanpa bicara. Pria paruh baya itu berpikir dalam pertimbangan, "Masuklah, buat surat perjanjian tertulis agar kalian tidak mengulanginya lagi dan aku akan memanggil wali kalian sebagai saksi. Catherine menundukkan kepalanya saat duduk di dalam mobil tepat disamping Maria. " Kau membuat segalanya menjadi rumit, little b***h!" umpat Maria membuat Catherine menunduk sedih dan lelah untuk bertengkar. Semua orang tahu siapa dirinya, bagaimana pun dia tidak ingin tertindas, ruang dunia memang hanya menyisakan tempat hina itu untuknya di tindas dan terinjak-injak. Seperti ibunya yang tak memiliki orangtua yang jelas, kini dirinya pun berada diposisi yang sama. Tidak memiliki ayah yang jelas, tidak ada siapapun yang memandangnya dengan layak selain seorang anak hasil dari pelacuran. Menyedihkan sekali…  ★★★  "Sekarang kalian bisa saling meminta maaf." ucap petugas kepolisian itu setelah Maria dan Catherine menandatangani surat perjanjian agar tidak membuat keributan dimuka umum. Gadis berkulit gelap bernama Maria itu hanya bersedekap tanpa kata. Melihat tingkah para remaja dan arogansi mereka Kateline hanya dapat menghela napasnya lelah. "Catherine, meminta maaflah pada Maria. Nyonya Brooklyn, aku meminta maaf atas nama putriku." ucap Kateline berusaha bijak agar masalah ini cepat selesai. "Mengapa kau harus meminta maaf dan mengapa harus aku yang meminta maaf?" tanya Catherine kesal. "Catherine!" bentak Kateline pada putrinya yang keras kepala. Nyonya Brooklyn memutar bola matanya malas, "Sudah kubilang padamu, jangan mendekati anak perempuan yang tak tahu sopan santun ini! Dia hanya akan membawa masalah dalam hidup mu! Aish bahkan dia tak tahu caranya meminta maaf." omel nya sembari memberi sindiran. "Putrimu sendiri yang mendekati ku untuk memeras uang kepada darah daging wanita jalang ini, mengapa aku harus merendah dan meminta maaf kepada kalian! Jelas-jelas kalian lebih rendah dariku!" "Hentikan ucapan mu Cath!" bentak Kateline semakin menyulut amarah Catherine. "Aku juga tak mau selalu merendah kepada manusia sampah seperti mereka!" "Kau harus menjaga ucapan mu, gadis tak tahu malu!" teriak Nyonya Brooklyn marah. "Kau yang harus mengajarkan anakmu bagaimana caranya mencari uang agar tidak memeras orang lain. Tidak disekolah, bahkan sampai kami lulus dia selalu mengemis uang padaku!" "Benarkah itu, Maria?!" Maria Brooklyn hanya menunduk tanpa bicara. "Jadi tak ada yang ingin meminta maaf dan berdamai? Apa kalian ingin kasus ini dilanjutkan?" tanya Sheriff itu membuat Nyonya Brooklyn membuang napasnya kasar. "Kami meminta maaf dan kau jangan pernah muncul lagi dihadapan putriku, semua orang terganggu dengan kehadiran mu!" ancam Nyonya Brooklyn penuh penekanan kepadanya dan ibunya, "Kami pergi sekarang!" tegas wanita itu kepada Sheriff dan petugas kepolisian yang menangani perjanjian damai mereka. Catherine pun tanpa kata meninggalkan ibunya yang berbasa-basi meminta maaf kepada pihak kepolisian.  Sungguh dirinya muak. "Cathy, kau harus menjaga emosi mu. Belakangan ini kau benar-benar terlihat berbeda." "Aku hanya lelah mengalah…" ucap Catherine malas. "Sekarang, apakah kau sudah merasa menang?" tanya Kateline sarkas. "Setidaknya dia tidak akan memeras ku lagi, memeras uang hasil dari ibuku melacurkan diri." ucap Catherine sinis. "Sudah kubilang, biarkan saja mereka mengatakan apapun tentang kita. Kita tidak bisa mengubah pandangan orang lain tentang kita, Cath.” "Tapi aku bisa mengubah tanggapan ku atas apa yang mereka lakukan, aku muak kau paksa untuk mengalah. Sampai aku terbentuk untuk selalu mencari jalan agar diriku kalah. Mengalah pada dunia yang penuh dengan omong kosong ini!" "Setidaknya hidup tanpa masalah jauh lebih baik, Cathy." Catherine memutar kedua bola matanya malas, "Kate, aku lelah menghadapi semua ini dan memilih menempati posisi protagonis agar tidak mendapatkan masalah yang akan membebani mu. Aku manusia, aku bukan malaikat!" "Sudahlah, kita lebih baik pulang dan beristirahat." "Baik versi mu" "Ya, kau memang terlihat lelah dan kotor. Kau perlu mandi dan beristirahat." Kateline membukakan pintu mobilnya untuk Catherine tanpa kata, Catherine pun masuk dalam senyap yang sama. "Maaf telah membebani mu dengan status ku." ucap Kateline disela fokus menyetir. "Kapan kau akan berhenti? Aku sudah selesai sekolah dan aku tak berniat melanjutkan ke universitas." ucap Catherine to the point. Rasanya dia sudah cukup lama untuk mentoleransi pekerjaan ibunya. Sejak dia mengerti bahwa ibunya adalah pekerja seks komersial tepat 9 tahun lalu. Alasan ibunya selalu sama, masih harus mencari uang untuk biaya sekolahnya, tapi sekarang apalagi? "Tenang saja Cathy, aku sudah memikirkannya sejak lama untuk berhenti, tapi aku masih perlu mempersiapkan segalanya. Tidak mudah untuk berhenti begitu saja disaat aku tidak memiliki tabungan yang cukup untuk masa depan kita." Membuang napasnya kasar, "Kau sudah melunasi cicilan mobil, cicilan rumah juga sudah hampir selesai. Apalagi yang belum cukup Mom? Kau bisa mencari pekerjaan lainnya ditoko pizza atau lainnya. Kita tidak akan kelaparan dan aku sudah bisa membantumu mencari uang." "Cicilan asuransi, tanggungan rumah dan kebutuhan hidup kita sehari-hari, semuanya membutuhkan uang yang tidak sedikit, Cathy. Aku akan memastikan semuanya baik-baik saja dan kau tidak perlu bekerja, aku masih berharap kau berubah pikiran dan memilih jurusan universitas yang kau inginkan. Aku ingin putriku menjadi orang yang hebat dimasa depan." "Hebat? Menjadi super hero maksudmu?!" Catherine kembali melemparkan pertanyaan sarkastik pada sang ibu. "Catherine, meskipun aku bukan ibu yang baik tapi aku sangat tahu siapa putriku dengan baik. Kau memiliki kemampuan otak yang diatas rata-rata." "Sepintar apapun dan sehebat apapun prestasi ku, label 'anak seorang pekerja seks' tak akan pernah musnah dari hidupku. Itu fakta yang harus kau ketahui dan itu aib yang menyulitkan ku selama ini." "Cathy…" "Aku ditolak membawa nama sekolah untuk olimpiade matematika seluruh Amerika Utara, padahal aku sudah menang untuk tingkat  seluruh New York city. Aku di tolak oleh semua orang saat ingin bergabung di klub tari, renang, balet, vokal dan musik kontemporer. Tak ada yang menerima ku, status sosial menentukan segalanya. Aku rasa kau cukup tahu tentang semua itu. Masa depan apalagi yang kau harapkan disaat semua orang berkata seperti peramal, bahwa kelak aku akan mengikuti jejak mu" ucap Catherine panjang lebar, lalu keluar dari mobil ibunya tanpa kata. "Bagaimana dengan chicken barbeque sore ini?" tanya Kateline sedikit berteriak. "Aku akan menikmati apapun itu, asal jangan lagi kau bawa tamu mu kerumah ini. Apa kau benar-benar berencana membuat rumah bordil disini?" Kateline menghembuskan napasnya kasar, "Jika kami ke motel maupun hotel, pasti ada saja pihak keamanan yang meminta uang padaku." "Maka dari itu, kau harus berhenti dari pekerjaanmu itu." "Tidak semudah itu Cathy," "Kau hanya tidak ingin keluar dari zona nyaman mu, Kate." Mungkin semua orang yang berada di Downtown Manhattan, New York tahu siapa Kateline Swan. Primadona pekerja seks komersial meskipun sekarang dia bekerja secara independent, tidak terikat oleh g***o disebuah rumah bordil. Kateline Swan, yatim piatu yang katanya berdarah Inggris-Rusia dengan rambut pirangnya yang berkilauan dan mata hijaunya yang menawan. Catherine pun mendapatkan semua gen kecantikan dari ibunya, termasuk tubuh indahnya. Hanya saja, tubuhnya jauh lebih tinggi dengan bentuk proporsional yang sangat seksi untuk wanita muda seusianya dan matanya berwarna biru. Kata ibunya dia adalah anak dari seorang mantan kekasih yang meninggalkannya. Seorang pria bermata biru keturunan Inggris-Amerika, berwajah tampan dengan tubuh atletis yang suka berpetualang. Lebih tepatnya si tampan yang b******k dan tidak bertanggung jawab. Demi apapun, Catherine sangat membencinya. Paling tidak jika pria itu tidak meninggalkan ibunya, mungkin ibunya akan memilih berhenti bekerja dan fokus terhadap keluarganya. Tapi lagi-lagi Catherine percaya, mencintai pria yang salah akan membawa penyesalan seumur hidup. Dia harus berhati-hati… ☆☆☆   "Cathy, good night baby…" Menatap ibunya kesal, "Jangan bilang kau mengundang tamu mu lagi kerumah ini." "Aku belum mendapatkan tempat yang nyaman untuk ku mencari uang tanpa pungutan liar. Bye, besok aku akan membukakan pintu untuk mu." BLAM! "I Hate you, Kate!" "I Love you, Cathy!" "Sialan!" teriak Catherine memukul kasurnya. Wanita bodoh, keras kepala dan sulit untuk di beritahu. Wanita itu adalah ibunya sendiri. Kateline Swan. Catherine memeluk guling erat dengan napas yang menderu marah karena emosi. Mencoba memejamkan matanya karena besok dia akan kembali bekerja, meskipun hanya pekerjaan paruh waktu sebagai kasir drive thru disebuah restoran cepat saji, tapi Catherine merasa bangga karena dapat menghasilkan uang sendiri. Dan Catherine memiliki rencana untuk hidup mandiri suatu saat nanti jika uangnya sudah cukup untuk sewa tahunan apartemen. Catherine sudah merasa muak tinggal bersama ibunya yang tidak pernah mau meninggalkan pekerjaannya dan hidup dengan normal. Amerika memang negara yang menganut paham bebas, tapi pikiran sempit orang-orang terkadang tak selamanya dapat menjunjung tinggi privasi orang lain. Mereka senang menghujat dimanapun itu saat memiliki kesempatan. Catherine merasa muak dengan fakta itu. - BRAK! "Oh my God!!" "Aaaakkkh!" BRUGH! "Siapapun, tolong aku!" "You better shut up, Kate!" "Keluar dari rumah ku, pria sialan! Akhh!!" Catherine yang sudah sedari tadi sadar dari tidurnya terkaget saat mendengar suara bantingan dan teriakan ibunya yang semakin menjadi-jadi. BRAK! BRAK! "Tolong hentikan, kau bisa membunuh ku!" "Aku memang akan membunuh mu perempuan sialan!" Catherine kini sibuk mencoba membuka pintu kamarnya tapi tak bisa, dia tak berteriak memanggil ibunya ataupun membuat suara gaduh, karena tamu psikopat itu bisa saja menyeretnya dan menyiksanya. Lalu siapa yang akan membantu mereka berdua. Suara teriakan semakin menjadi disertai suara gaduh barang-barang semakin terdengar menakutkan dan mencekam. Catherine berlari mengambil ponselnya dan menelpon 911. "911, apakah ada yang dapat kami bantu?" "Tolong segera kirimkan bantuan untuk ku. Seseorang menganiaya ibuku dan aku terkunci dikamar, tolong aku…" tangis Catherine kini merasa ketakutan. "Bisakah sebutkan alamat jelas anda?" ".... Tepat di depan Battery park, lorong jalan disamping lawson convenience store." "Baiklah, kami akan mengirimkan bantuan terdekat untuk anda." Catherine berlari mengambil jepit rambut dari laci meja nya dan kembali berlari membuka kunci pintu tersebut, suara tangisan dan teriakan memecah konsentrasinya, dirinya benar-benar takut sekarang. "Sialan! Ayolah terbuka sialan!" dia pun memukul pintu itu dengan penuh amarah. Catherine mendongakkan kepalanya, menatap hiasan kaca diatas pintu kamar. Mengambil tongkat baseball miliknya, Catherine memanjat dengan kursi dan memukul kaca tersebut sampai pecah dan terdapat celah untuk dia keluar. Dia kembali turun dan mengambil handuknya, membelitkan handuk itu di tangannya untuk menyapu pecahan kaca.                      PRAK! Melempar tongkat baseball itu keluar dari kamar dan mengeluarkan diri dari kamar tersebut dengan bersusah payah, beruntung tubuhnya sangat ramping untuk melewati ruang petak yang kecil itu. BRUGH! Catherine berlari dengan tongkat baseball ditangannya, menuju suara keributan itu dikamar tamu. Dan saat dia menolaknya pintu itu tidak terkunci, ibunya yang tercekik di dinding menggeleng takut saat melihatnya masuk perlahan. "Tolong, lepaskan aku…" tangis Kateline dalam keadaan setengah telanjang. "Aku membayarmu untuk tiga jam kedepan! Kau harus melayani ku!"  "Tapi aku tidak bersepakat untuk abusive s*x!" teriak Kateline berusaha mendorong tubuh pria itu. Pria itu adalah seorang maniak seks yang kerap melakukan kekerasan saat melakukan seks dan sialnya Kateline tak mengetahuinya. "Lepaskan ibuku!" BUGH! BUGH! "Akh! Hentikan gadis sialan atau aku akan memukul mu!" Catherine terus memukul pria itu sampai ambruk di lantai dengan tongkat baseball nya. "Aku sudah memanggil bantuan! Jika kau tidak meninggalkan rumah ini, luka lebam ibuku akan menyeret mu ke penjara!" "Aaarrggghh!!!" pria itu menubruk tubuh Catherine hingga tongkat baseball nya terpental jatuh. PRAAAAK! "Aaakkhhh!!!" pekik Catherine saat lehernya tercekik kuat. "Jangan sentuh putriku!" teriak Kateline mengambil tongkat baseball itu dan memukul pria itu dan suara sirine mobil polisi menghentikan cekikan pria itu. "Dasar, wanita sialan!" teriak nya berlari meninggalkan rumah tersebut dari jendela. "Dasar pria gila!" pekik Kateline membuat Catherine pergi meninggalkan ibunya saat mendengar suara ketukan pintu. Kateline pun memakai jubah tidurnya dan menyusul keluar. "Pria sinting itu sudah pergi dan aku yang melapor untuk meminta bantuan." ucap Catherine memberikan penjelasan untuk polisi tersebut. "Apakah benar kalian tidak apa-apa?" "Ya kami tidak apa-apa, pria itu hanya tamu gila yang melakukan kekerasan saat seks." ucap Kateline santai membuat Catherine menatapnya muak. "Anda membuka praktik prostitusi dirumah ini?" tanya polisi itu. "Tidak, hanya menerima satu tamu personal dan putriku tak ada hubungannya dengan semua ini." ucap Kateline membuat Catherine mendengus kesal, lalu masuk kedalam rumahnya. Kateline memang tak pernah merasa malu dengan apa yang dia lakukan. Catherine memasuki kamarnya dan mengemasi barang-barangnya kedalam tas, dia akan pergi. Dia benar-benar muak dengan kelakuan ibunya. "Cathy, apakah kau dikamar mu? Oh Tuhan, kau memecahkan ini untuk keluar dari kamar. Besok aku akan segera menggantikannya untukmu." Catherine keluar dari kamar dengan tas besar ditangannya dan ransel di pundaknya tanpa kata. "Kau akan kemana? Aku sudah meminta pihak kepolisian untuk memberikan penjagaan ekstra dirumah kita sampai seminggu kedepan. Apakah kau ingin menginap dirumah Max?" "Aku akan pergi dari rumah ini." jawab Catherine datar. "A-apa?" "Aku akan pergi dari hidupmu dan tak akan pernah kembali!" teriak Catherine membuat Kateline menggeleng tak setuju. "Kau akan kemana, hah?" "Kemanapun asal tidak bersamamu, kau lihat bagaimana tamu gila itu hampir membunuh mu, hah?!" "Aku hanya tertipu, Cathy. Lain kali aku akan berhati-hati dalam memilih tamu." "Lain kali?! Apa kau tidak merasa muak dan jera?! Aku benar-benar muak memiliki ibu sepertimu!" teriak Catherine kesal. "Aku melakukan ini semua untuk kehidupan kita, Cathy!" "Mulai sekarang untuk hidupmu sendiri, aku akan pergi!" teriak Catherine hendak berlalu, namun Kateline menahan tangannya. "Lepaskan aku, Mom!" "Tidak Cathy, kau tidak boleh pergi. Aku janji aku akan perlahan berhenti dari pekerjaan ini." Menyentakkan tangannya, "Aku tidak butuh janjimu!" "Kau tidak tahu betapa kejamnya dunia diluar sana, Cathy! "Dunia mu jauh lebih kejam! Membunuh hak ku di lingkup sosial, membuatku takut dan terkungkung dalam hidup yang hina ini!" "Catherine..." "Sudah cukup, Kate! Aku pergi sekarang!" tegas Catherine melangkah pergi meninggalkan rumah itu.  Kateline pun berlari mengejarnya. "Catherine, aku mohon jangan pergi! Kita bisa membicarakannya dengan kepala dingin." "Lupakan saja, Kate!" "Oke, baiklah! Sekali kau melangkah keluar dari pintu rumah ini, jangan pernah kembali!" gertakan Kateline membuat langkah Catherine di ambang pintu terhenti dan Kateline tersenyum, berharap ancaman nya ampuh. "Ya, aku tak akan pernah kembali lagi dan terkurung didalam neraka mu ini! Aku akan hidup mandiri dengan cara ku sendiri." Catherine melangkah pergi tanpa menoleh lagi, hatinya benar-benar merasa sangat sakit. Dia selalu berusaha menjadi anak yang baik agar kelak ibunya dapat berubah, tidak mencari masalah agar tidak menambah beban ibunya. Tidak pernah memaksakan untuk meminta apapun dari ibunya, Catherine hanya ingin ibunya berhenti bekerja seperti itu. Masih banyak cara untuk mendapatkan uang. Catherine menepis air matanya. Hatinya benar-benar terasa sangat sakit. "Cathy! Catherine Swan! Berhenti disana!" "Jangan ikuti aku!" pekik Catherine terus berjalan cepat meninggalkan rumah sialan itu. Rumah dimana ibunya mengurungnya sejak kecil dikamar saat wanita itu pergi bekerja di malam hari. Rumah dimana dia mengurung diri saat ejekan dan hujatan teman sebaya terlontar untuknya. Catherine sudah lelah, terkurung bagai burung kecil yang tak memiliki daya untuk terbang jauh. Sekarang, dirinya akan pergi, mencari kehidupannya sendiri, kehidupan yang jauh lebih baik. Jika bisa, dia ingin keluar jauh dari kawasan ini. === BLAM! Kateline membuang napasnya kasar, membiarkan tubuhnya yang bersandar di pintu merosot jatuh. Bagaimana nasib Catherine diluar sana? Kepalanya terasa ingin pecah memikirkan hal itu. “Nomor yang anda tujui sedang berada diluar jangkauan…” PRAK! Kateline melempar ponselnya hingga hancur saat berbenturan dengan dinding. Meremas kepalanya frustasi, Kateline benar-benar menyesal akan kejadian malam ini. Harusnya tak mengapa dia membayar pungutan liar para preman diluar sana. Tak masuk akal memang karena dia membawa tamu dan melayaninya dirumah. Tapi, dia masih harus mengumpulkan uang untuk membayar asuransi masa tuanya dan Catherine. Dia ingin mempersiapkan masa depan yang baik sehingga putrinya tidak perlu hidup menderita karena harus bekerja keras seperti dirinya saat muda dulu. "Aku benar-benar sangat menyesal, Cathy…" tangis Kateline semakin pecah karena sebuah rasa bersalah dalam dirinya. === Udara dingin akhir musim gugur sedikit mengganggu nya, ini untuk pertama kalinya Catherine keluar dari rumah lewat tengah malam. Mengambil ponselnya yang terus berbunyi dan mematikan benda tersebut. Menghela napasnya menatap langit malam dengan berjuta kenangan yang mengungkit rasa sakit yang memenuhi dadanya. “Catherine, apa cita-cita mu saat besar nanti?” “Aku ingin menjadi dokter, Mrs. Brown.” “Bukankah kau akan melanjutkan karir nyonya Kateline Swan sebagai primadona rumah bordil?” Catherine menunduk malu dengan mata yang memerah, sedih dan marah. “Kalian tahu? Ibuku bilang, Kateline Swan bahkan yang membuat kedua orangtua ku bercerai.” Benarkah?” “Aku bersumpah demi nama ibuku.” “Oh Tuhan, Patricia yang malang…” “Catherine, seharusnya kau tidak perlu sekolah jika pada akhirnya kau akan menjadi penerus ibumu.” “Aishh… menjijikkan sekali… kasihan Patricia…” “Bisakah kalian semuanya diam dan lanjutkan pelajaran kalian! Catherine, kau bisa kembali duduk ke kursi mu. Catherine menitikkan air matanya, itu adalah salah satu dari beribu cemoohan buruk teman-temannya sejak dia sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Hidupnya selama ini bagai neraka. Tidak ada yang dapat memahami deritanya, tak ada yang mengerti seberapa dalam hatinya terluka. Catherine pun sampai di pinggir jalan raya, dia menghentikan taksi dan menaikinya. "Kemana tujuan anda, nona?" "Tolong antarkan aku ke motel tengah kota yang kau ketahui." ucap Catherine membuat pria paruh baya itu mengerutkan dahi. "Aku tahu kau bukan orang jahat, jadi tolong aku. Tolong antarkan aku ke Motel di pusat kota dengan harga terjangkau..." ucap Catherine membuat pria paruh baya itu menganggukkan kepalanya. Catherine memang tinggal di kawasan pinggiran daerah paling Selatan kota New York yang sibuk, dia berniat pergi ke pusat kota dan meninggalkan pekerjaan paruh waktunya yang berada tak jauh dari rumah. Dia akan mencari pekerjaan dan tempat tinggal dengan uang tabungannya yang tidak seberapa. Max juga bekerja di sebuah toko peralatan rumah tangga ditengah kawasan pusat kota New York. Catherine akan mencari peruntungan disana. "God, wish me luck…" gumam Catherine merasa senang karena telah terlepas dari ibunya. Lepas dari sangkar emas yang membelengunya selama ini, terbang tanpa arah dengan kedua sayapnya yang mungkin saja rapuh. Catherine tak ingin meragu, dia pasti akan meraih kebahagiaan yang selalu ada dalam angannya. Tapi, apakah hidup diluar rumah akan membuat hidupnya jauh lebih baik? Entahlah… 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

OLIVIA

read
29.2K
bc

Pinky Dearest (COMPLETED) 21++

read
285.7K
bc

My One And Only

read
2.2M
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

Naughty December 21+

read
512.1K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.1K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook